
Heboh Bear Brand, IDI Proaktif Sampaikan Edukasi
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) angkat bicara soal ramainya isu bear brand yang ramai diborong masyarakat karena disebut bisa melawan Covid-19. Ketua IDI dr Adib Khumaidi menyebut, semua susu sama saja.
“Bear brand saya nggak tahu dimulai dari siapa, tapi pasien saya yang sakit tipes demam berdarah bilang, ‘setelah minum susu beruang jadi enak dok’. Padahal semua susu sama,” ujarnya dalam dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, Rabu (7/7).
“Jadi jangan panic buying mengikuti info yang tidak ada dasarnya,” imbuhnya.
Adib bilang, pandemi Covid-19 memunculkan berbagai mitos dan isu hoaks. Masyarakat harus diberikan penjelasan agar tidak termakan.
“Dalam kondisi ini, kami dari IDI dituntut lebih proaktif menyampaikan edukasi, baik secara organisasi maupun secara pribadi. Banyak dokter yang sudah ada di IG, jadi Youtuber, itu dalam rangka proaktif memberikan edukasi,” tuturnya.
Adib meminta masyarakat untuk melihat kompetensi seseorang dalam memberikan informasi. Misalnya, jika seorang dokter spesialis penyakit dalam atau penyakit paru berbicara soal Covid-19, maka informasi itu bisa dijadikan referensi yang kuat.
Jika yang diinformasikan adalah soal susu, maka ahli gizi yang pas untuk menjelaskannya. Masalah obat, ahli farmakologi, ahli farmasi, atau dokter penyakit dalam yang tahu soal itu.
“Itu harus dilihat masyarakat, sehingga bisa memahami sumber mana yag bisa dipercaya. Tidak kemudian semua informasi yang ada di medsos, di Youtube diterima mentah-mentah semua,” imbau Adib. [OKT]
]]> Ikatan Dokter Indonesia (IDI) angkat bicara soal ramainya isu bear brand yang ramai diborong masyarakat karena disebut bisa melawan Covid-19. Ketua IDI dr Adib Khumaidi menyebut, semua susu sama saja.
“Bear brand saya nggak tahu dimulai dari siapa, tapi pasien saya yang sakit tipes demam berdarah bilang, ‘setelah minum susu beruang jadi enak dok’. Padahal semua susu sama,” ujarnya dalam dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, Rabu (7/7).
“Jadi jangan panic buying mengikuti info yang tidak ada dasarnya,” imbuhnya.
Adib bilang, pandemi Covid-19 memunculkan berbagai mitos dan isu hoaks. Masyarakat harus diberikan penjelasan agar tidak termakan.
“Dalam kondisi ini, kami dari IDI dituntut lebih proaktif menyampaikan edukasi, baik secara organisasi maupun secara pribadi. Banyak dokter yang sudah ada di IG, jadi Youtuber, itu dalam rangka proaktif memberikan edukasi,” tuturnya.
Adib meminta masyarakat untuk melihat kompetensi seseorang dalam memberikan informasi. Misalnya, jika seorang dokter spesialis penyakit dalam atau penyakit paru berbicara soal Covid-19, maka informasi itu bisa dijadikan referensi yang kuat.
Jika yang diinformasikan adalah soal susu, maka ahli gizi yang pas untuk menjelaskannya. Masalah obat, ahli farmakologi, ahli farmasi, atau dokter penyakit dalam yang tahu soal itu.
“Itu harus dilihat masyarakat, sehingga bisa memahami sumber mana yag bisa dipercaya. Tidak kemudian semua informasi yang ada di medsos, di Youtube diterima mentah-mentah semua,” imbau Adib. [OKT]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .