Hadiri Rapat Banggar DPR Sri Mulyani Happy Kocek Negara Surplus 73 Triliun

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semester I-2022 surplus Rp 73,6 triliun.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku happy atas capaian ini. Menu­rutnya, total sementara sampai semester l-2022, pendapatan negara telah mencapai Rp 1.317,2 triliun, atau mencapai 58,1 persen dari target yang ditetapkan dalam Perpres Nomor 98 Tahun 2022.

Di Perpres tersebut, penda­patan negara ditargetkan Rp 2.266,2 triliun sampai dengan akhir tahun.

“Cerita pemulihan ekonomi dan boom komoditas sangat mendominasi pendapatan nega­ra. Meski target penerimaannya sudah direvisi, tetap ada kenaikan yang sangat kuat,” kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Jakarta, kemarin.

Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan, kinerja moncer pendapatan negara pada paruh pertama tahun ini, tidak lepas dari penerimaan per­pajakan yang tumbuh lebih dari 50 persen. Penerimaan pajak tercatat Rp 868,3 triliun, naik 55,7 persen dari tahun lalu.

Menurutnya, penerimaan kepabeanan dan cukai juga tumbuh pesat 37,2 persen, men­jadi Rp 167,6 triliun. Realisasi tersebut sudah mencapai 56,1 persen dari target.

Lalu, Penerimaan Negara Bu­kan Pajak (PNBP) juga tumbuh dua digit meski tidak setinggi penerimaan perpajakan.

“Realisasi PNBP hingga se­mester l mencapai Rp 281 triliun, tumbuh 36 persen dari tahun lalu. Realisasi PNBP juga sudah melampaui separuh target,” ungkapnya.

Sri Mulyani menambahkan, dari sektor belanja, realisasinya baru mencapai Rp 1.243,6 triliun, 40 persen dari target da­lam Perpres. Realisasi tersebut tumbuh 6,3 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Lalu, belanja Pemerintah Pusat oleh Kementerian dan Lembaga terkontraksi 12,6 persen dengan realisasi Rp 392,8 triliun.

 

Namun, belanja Pemerintah Pusat yang turun dikompensasi oleh realisasi belanja non Ke­menterian dan Lembaga yang tumbuh dua digit 39,5 persen mencapai Rp 483,7 triliun.

“Belanja Kementerian dan Lembaga justru masih kontraksi. Ini yang nanti kami review. Ke­marin, memang kami melakukan kebijakan automotic adjusment, tapi ini bisa mendisrupsi belanja. Kami akan sedikit merilekskan belanja dengan penerimaan yang cukup baik,” jelasnya.

Adapun Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) juga terkon­traksi sebesar 1,8 persen. Penurunan terbesar terjadi pada komponen belanja transfer ke daerah sebesar 3,9 persen. Sedangkan belanja dana desa tumbuh 25 persen.

Dengan realisasi pendapatan yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan belanja, postur APBN 2022 hingga paruh per­tama tahun ini berhasil surplus. Surplus tersebut setara 0,39 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Ini pembalikan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu defisit Rp 283,1 triliun atau 1,67 persen PDB,” ucap Sri Mulyani.

Ketua Banggar DPR Said Ab­dullah mengatakan, kinerja penda­patan negara membaik. Bahkan, diprediksi bisa melampaui target APBN seperti tahun lalu.

“Kami yakin defisit APBN yang telah dipatok dari 4,8 persen PDB, lalu kami koreksi turun menjadi 4,5 persen PDB, sangat mungkin turun menjadi 3,92 persen PDB tahun ini,” katanya.

Menurut Said, jika defisit APBN tahun ini bisa diturunkan lebih rendah dari target, tentu akan membuka jalan lebih ringan pada target defisit APBN tahun depan. Sekaligus menu­runkan tingkat beban dan risiko utang. [KPJ]

]]> Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semester I-2022 surplus Rp 73,6 triliun.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku happy atas capaian ini. Menu­rutnya, total sementara sampai semester l-2022, pendapatan negara telah mencapai Rp 1.317,2 triliun, atau mencapai 58,1 persen dari target yang ditetapkan dalam Perpres Nomor 98 Tahun 2022.

Di Perpres tersebut, penda­patan negara ditargetkan Rp 2.266,2 triliun sampai dengan akhir tahun.

“Cerita pemulihan ekonomi dan boom komoditas sangat mendominasi pendapatan nega­ra. Meski target penerimaannya sudah direvisi, tetap ada kenaikan yang sangat kuat,” kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Jakarta, kemarin.

Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan, kinerja moncer pendapatan negara pada paruh pertama tahun ini, tidak lepas dari penerimaan per­pajakan yang tumbuh lebih dari 50 persen. Penerimaan pajak tercatat Rp 868,3 triliun, naik 55,7 persen dari tahun lalu.

Menurutnya, penerimaan kepabeanan dan cukai juga tumbuh pesat 37,2 persen, men­jadi Rp 167,6 triliun. Realisasi tersebut sudah mencapai 56,1 persen dari target.

Lalu, Penerimaan Negara Bu­kan Pajak (PNBP) juga tumbuh dua digit meski tidak setinggi penerimaan perpajakan.

“Realisasi PNBP hingga se­mester l mencapai Rp 281 triliun, tumbuh 36 persen dari tahun lalu. Realisasi PNBP juga sudah melampaui separuh target,” ungkapnya.

Sri Mulyani menambahkan, dari sektor belanja, realisasinya baru mencapai Rp 1.243,6 triliun, 40 persen dari target da­lam Perpres. Realisasi tersebut tumbuh 6,3 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Lalu, belanja Pemerintah Pusat oleh Kementerian dan Lembaga terkontraksi 12,6 persen dengan realisasi Rp 392,8 triliun.

 

Namun, belanja Pemerintah Pusat yang turun dikompensasi oleh realisasi belanja non Ke­menterian dan Lembaga yang tumbuh dua digit 39,5 persen mencapai Rp 483,7 triliun.

“Belanja Kementerian dan Lembaga justru masih kontraksi. Ini yang nanti kami review. Ke­marin, memang kami melakukan kebijakan automotic adjusment, tapi ini bisa mendisrupsi belanja. Kami akan sedikit merilekskan belanja dengan penerimaan yang cukup baik,” jelasnya.

Adapun Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) juga terkon­traksi sebesar 1,8 persen. Penurunan terbesar terjadi pada komponen belanja transfer ke daerah sebesar 3,9 persen. Sedangkan belanja dana desa tumbuh 25 persen.

Dengan realisasi pendapatan yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan belanja, postur APBN 2022 hingga paruh per­tama tahun ini berhasil surplus. Surplus tersebut setara 0,39 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Ini pembalikan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu defisit Rp 283,1 triliun atau 1,67 persen PDB,” ucap Sri Mulyani.

Ketua Banggar DPR Said Ab­dullah mengatakan, kinerja penda­patan negara membaik. Bahkan, diprediksi bisa melampaui target APBN seperti tahun lalu.

“Kami yakin defisit APBN yang telah dipatok dari 4,8 persen PDB, lalu kami koreksi turun menjadi 4,5 persen PDB, sangat mungkin turun menjadi 3,92 persen PDB tahun ini,” katanya.

Menurut Said, jika defisit APBN tahun ini bisa diturunkan lebih rendah dari target, tentu akan membuka jalan lebih ringan pada target defisit APBN tahun depan. Sekaligus menu­runkan tingkat beban dan risiko utang. [KPJ]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Generated by Feedzy