
Hadapi Pandemi Covid-19 Remaja Butuh Pemahaman dan Panduan .
Remaja Indonesia adalah kelompok yang cenderung terabaikan dalam respons Covid-19. Walaupun pemerintah sudah memiliki strategi nasional, namun intervensi dalam bentuk penyediaan informasi khusus kepada kelompok remaja, masih terbatas.
“Informasi mengenai Covid-19 ini banyak beredar untuk anak-anak dan untuk dewasa, tetapi belum ada yang dibuat khusus untuk remaja,” ujar Co Founder Asosiasi Kesehatan Remaja (AKAR) Indonesia, dr Dyana Safitri, dalam webinar, Minggu (14/2).
Padahal, dia mengingatkan, remaja adalah kelompok kunci untuk memutus rantai penyebaran pandemi Covid-19. Peran aktif mereka diperlukan. “Bahaya jika mereka tidak patuh karena tidak paham sikap menghadapi pandemi. Misalnya, mereka bermain lalu pulang dari luar membawa virus ke dalam rumah,” katanya.
Tapi Dyana juga mengingatkan, kondisi darurat yang memaksa remaja untuk patuh terhadap aturan baru, cenderung membuat mereka bosan. “Nggak bisa ke sekolah, nggak bisa main sama teman-teman, harus di rumah setiap hari. Tambah jenuh ketika ada banyak tugas pelajaran sekolah,” tuturnya.
Karena itu, dibutuhkan perhatian dan arahan untuk remaja agar mereka bisa terus bertahan dan bersabar menghadapi situasi darurat virus Corona. Remaja harus memahami alasan untuk patuh terhadap protokol kesehatan.
Dokter spesialis anak sekaligus Ketua AKAR Indonesia, dr. Fransisca Handy, menambahkan, isu yang dihadapi remaja saat ini bukan hanya soal penularan virus, melainkan juga beberapa dampak sekunder yang turut hadir karena pandemi.
Apa saja? Pertama, remaja putri akan semakin rentan mengalami perkawinan anak. Data pemerintah menunjukan terdapat lonjakan permohonan dispensasi menikah usia anak selama bulan Januari sampai Juni 2020 sebesar 24 ribu anak.
Kedua, pembatasan sosial berskala besar berdampak pada berkurangnya ruang untuk remaja beraktivitas. Remaja yang tadinya bisa aktif melakukan aktivitas fisik menjadi terbatas di rumah dan rentan memicu kegemukan. Padahal 28 persen populasi Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, mengalami obesitas.
Ketiga, pandemi Covid-19 akan semakin memicu penurunan kesehatan jiwa remaja. Remaja yang mengalami depresi, akan rentan mengalami perburukan.
Studi yang diterbitkan oleh jurnal Nature Human Behavior di Jepang menunjukkan, angka bunuh diri melonjak 16 persen selama gelombang kedua pandemi, yakni Juli hingga Oktober 2020.
Direktur Program ChildFund International Indonesia, Grace Hukom, menyebut remaja punya peran penting di dalam komunitasnya masing-masing. Termasuk, dalam menyikapi pandemi. Apa yang disampaikan remaja di dalam lingkup pertemanan, bisa saling mempengaruhi.
“Remaja membutuhkan bekal informasi yang berbasis fakta, biar nggak keliru dalam menjalankan perannya, sebelum turut mempengaruhi komunitasnya agar lebih siaga menghadapi pandemi,” tuturnya.
Untuk mengatasi hal ini, AKAR Indonesia bersama ChildFund hari ini meluncurkan buku “Aku Siap Hadapi Covid-19”. Buku ini memberikan tips dan trik saat #dirumahaja, penggunaan gadget sehat, tantangan untuk berolahraga di rumah, makanan sehat, dan tips dan trik mengelola emosi pada remaja.
Dalam buku ini, AKAR Indonesia memandu remaja, disertai dengan ilustrasi dan warna yang menarik, agar mereka bisa tetap bertahan dan bersama-sama menang melawan hingga pandemi berakhir. [JAR]
]]> .
Remaja Indonesia adalah kelompok yang cenderung terabaikan dalam respons Covid-19. Walaupun pemerintah sudah memiliki strategi nasional, namun intervensi dalam bentuk penyediaan informasi khusus kepada kelompok remaja, masih terbatas.
“Informasi mengenai Covid-19 ini banyak beredar untuk anak-anak dan untuk dewasa, tetapi belum ada yang dibuat khusus untuk remaja,” ujar Co Founder Asosiasi Kesehatan Remaja (AKAR) Indonesia, dr Dyana Safitri, dalam webinar, Minggu (14/2).
Padahal, dia mengingatkan, remaja adalah kelompok kunci untuk memutus rantai penyebaran pandemi Covid-19. Peran aktif mereka diperlukan. “Bahaya jika mereka tidak patuh karena tidak paham sikap menghadapi pandemi. Misalnya, mereka bermain lalu pulang dari luar membawa virus ke dalam rumah,” katanya.
Tapi Dyana juga mengingatkan, kondisi darurat yang memaksa remaja untuk patuh terhadap aturan baru, cenderung membuat mereka bosan. “Nggak bisa ke sekolah, nggak bisa main sama teman-teman, harus di rumah setiap hari. Tambah jenuh ketika ada banyak tugas pelajaran sekolah,” tuturnya.
Karena itu, dibutuhkan perhatian dan arahan untuk remaja agar mereka bisa terus bertahan dan bersabar menghadapi situasi darurat virus Corona. Remaja harus memahami alasan untuk patuh terhadap protokol kesehatan.
Dokter spesialis anak sekaligus Ketua AKAR Indonesia, dr. Fransisca Handy, menambahkan, isu yang dihadapi remaja saat ini bukan hanya soal penularan virus, melainkan juga beberapa dampak sekunder yang turut hadir karena pandemi.
Apa saja? Pertama, remaja putri akan semakin rentan mengalami perkawinan anak. Data pemerintah menunjukan terdapat lonjakan permohonan dispensasi menikah usia anak selama bulan Januari sampai Juni 2020 sebesar 24 ribu anak.
Kedua, pembatasan sosial berskala besar berdampak pada berkurangnya ruang untuk remaja beraktivitas. Remaja yang tadinya bisa aktif melakukan aktivitas fisik menjadi terbatas di rumah dan rentan memicu kegemukan. Padahal 28 persen populasi Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, mengalami obesitas.
Ketiga, pandemi Covid-19 akan semakin memicu penurunan kesehatan jiwa remaja. Remaja yang mengalami depresi, akan rentan mengalami perburukan.
Studi yang diterbitkan oleh jurnal Nature Human Behavior di Jepang menunjukkan, angka bunuh diri melonjak 16 persen selama gelombang kedua pandemi, yakni Juli hingga Oktober 2020.
Direktur Program ChildFund International Indonesia, Grace Hukom, menyebut remaja punya peran penting di dalam komunitasnya masing-masing. Termasuk, dalam menyikapi pandemi. Apa yang disampaikan remaja di dalam lingkup pertemanan, bisa saling mempengaruhi.
“Remaja membutuhkan bekal informasi yang berbasis fakta, biar nggak keliru dalam menjalankan perannya, sebelum turut mempengaruhi komunitasnya agar lebih siaga menghadapi pandemi,” tuturnya.
Untuk mengatasi hal ini, AKAR Indonesia bersama ChildFund hari ini meluncurkan buku “Aku Siap Hadapi Covid-19”. Buku ini memberikan tips dan trik saat #dirumahaja, penggunaan gadget sehat, tantangan untuk berolahraga di rumah, makanan sehat, dan tips dan trik mengelola emosi pada remaja.
Dalam buku ini, AKAR Indonesia memandu remaja, disertai dengan ilustrasi dan warna yang menarik, agar mereka bisa tetap bertahan dan bersama-sama menang melawan hingga pandemi berakhir. [JAR]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .