Hadapi Berbagai Tantangan Dunia Menlu Jaishankar: Pengalaman India Akan Buat Perbedaan .

Memasuki tahun 2021, dunia berharap pandemi Covid-19 segera berlalu. Meskipun tiap masyarakat telah menanganinya dengan cara sendiri, diplomasi global akan tetap fokus pada masalah dan pelajaran bersama. Sebagian besar berkisar pada sifat globalisasi.

Menyikapi kondisi itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) India, Subrahmanyam Jaishankar menyebut, generasi ini telah dikondisikan untuk memikirkan yang sebagian besar adalah istilah ekonomi. Yakni, perdagangan, keuangan, jasa, komunikasi, teknologi dan mobilitas.

“Hal ini mengungkapkan saling ketergantungan dan interpenetrasi di zaman sekarang,” ujar Jaishankar, dalam tulisannya, yang diterima Rakyat Merdeka, Kamis (25/2).

Apa yang dibawa pandemi Covid-19 yakni, keberadaan manusia yang semakin tak terpisahkan. Globalisasi nyata saat ini, lebih banyak tentang pandemi, perubahan iklim, dan terorisme. Hal itu jadi inti dari musyawarah diplomatik. Pada 2020 bisa dilihat, mengabaikan tantangan seperti itu malah semakin membutuhkan biaya yang sangat besar.

Covid-19 juga telah mengubah pemahaman dunia tentang keamanan. Sampai saat ini, kata Jaishankar, negara-negara dunia kebanyakan berpikir dalam istilah militer, intelijen, ekonomi, dan mungkin budaya.

Saat ini, mereka tidak hanya akan memberikan bobot yang lebih besar pada keamanan dan kesehatan. Tapi juga semakin mengkhawatirkan rantai pasokan yang terpercaya dan tangguh.

Tekanan era Covid-19 memunculkan kerapuhan situasi saat ini. Mesin pertumbuhan tambahan diperlukan untuk mengurangi risiko ekonomi global. Karena memang lebih banyak transparansi dan kelangsungan pasar. Institusi multilateral belum berhasil dengan baik dari pengalaman ini.

“Terlepas dari kontroversi di sekitar mereka, bahkan tidak ada kepura-puraan untuk menanggapi krisis global paling serius sejak 1945,” katanya.

Hal ini harus dievaluasi secara serius. Reformasi multilateralisme penting untuk menciptakan solusi yang efektif. Merancang respons yang kuat terhadap tantangan Covid-19, akan mendominasi diplomasi global pada 2021. Dengan caranya sendiri, dia bilang, India telah memberi contoh.

Saat ini, India tengah melangkah maju sebagai apotek dunia. Memasok obat-obatan ke lebih dari 150 negara. Dan banyak dalam bentuk hibah. Selain itu, India juga sudah memulai upaya vaksinasi massal. Dengan jaminan dari Perdana Menteri Narendra Modi, India akan membantu membuat vaksin yang dapat diakses dan terjangkau oleh dunia, sudah diterapkan.

Katanya lagi, pengiriman pertama vaksin buatan India, tidak hanya menjangkau tetangga mereka seperti Bhutan, Maladewa, Bangladesh, Nepal, Mauritius, Seychelles, dan Sri Lanka. Tapi juga mitra yang jauh lebih luas seperti Brasil dan Maroko.

 

Tantangan global utama lainnya saat ini membutuhkan perhatian serupa. Sebagai peserta sentral dalam mencapai kesepakatan Paris, India telah berdiri teguh dalam memerangi perubahan iklim. Target energi terbarukannya berlipat ganda. Cakupan hutannya bertambah.

“Keanekaragaman hayati juga meningkat. Dan fokusnya pada pemanfaatan air, meningkat,” jelasnya.

Lebih lanjut, tantangan melawan terorisme dan radikalisme juga merupakan tantangan yang berat. Sebagai masyarakat yang telah lama mengalami serangan teroris lintas batas, India telah aktif meningkatkan kesadaran global dan mendorong tindakan terkoordinasi.

“Ini akan menjadi fokus utama dalam diplomasi India sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) dan di sejumlah forum lain,” katanya.

Di antara manfaat dari pengalaman selama pandemi Covid-19 adalah kekuatan domain digital. Baik itu untuk pelacakan kontak, maupun penyediaan dukungan keuangan dan pangan. Menurutnya, fokus digital India setelah 2014, telah membuahkan hasil yang mengesankan.

Kata dia, praktik “bekerja dari mana saja” diperkuat dengan adanya pandemi Covid-19, sama kuatnya dengan praktik “belajar dari rumah”. Semua ini akan membantu memperluas perangkat program pembangunan India di luar negeri dan membantu pemulihan banyak mitra.

Tahun 2020, lanjutnya, juga menjadi ajang repatriasi terbesar dalam sejarah. Yakni kepulangan lebih dari 4 juta orang India.

Ini saja menunjukkan pentingnya mobilitas di zaman sekarang. Saat manufaktur cerdas dan ekonomi pengetahuan mengakar lebih dalam, kebutuhan akan bakat terpercaya pasti akan tumbuh. “Memfasilitasi pergerakannya melalui diplomasi merupakan kepentingan global,” ujarnya.

Kembali ke keadaan normal pada 2021, berarti perjalanan yang lebih aman, kesehatan yang lebih baik, kebangkitan ekonomi, dan layanan yang digerakkan secara digital. Menurutnya, semua itu akan dilihat dalam percakapan baru dan pemahaman baru. Dunia setelah Covid-19 akan menjadi lebih multi-kutub, pluralistik, dan seimbang.

“India, dengan pengalamannya, akan membantu membuat perbedaan,” tandasnya. [PYB]

]]> .
Memasuki tahun 2021, dunia berharap pandemi Covid-19 segera berlalu. Meskipun tiap masyarakat telah menanganinya dengan cara sendiri, diplomasi global akan tetap fokus pada masalah dan pelajaran bersama. Sebagian besar berkisar pada sifat globalisasi.

Menyikapi kondisi itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) India, Subrahmanyam Jaishankar menyebut, generasi ini telah dikondisikan untuk memikirkan yang sebagian besar adalah istilah ekonomi. Yakni, perdagangan, keuangan, jasa, komunikasi, teknologi dan mobilitas.

“Hal ini mengungkapkan saling ketergantungan dan interpenetrasi di zaman sekarang,” ujar Jaishankar, dalam tulisannya, yang diterima Rakyat Merdeka, Kamis (25/2).

Apa yang dibawa pandemi Covid-19 yakni, keberadaan manusia yang semakin tak terpisahkan. Globalisasi nyata saat ini, lebih banyak tentang pandemi, perubahan iklim, dan terorisme. Hal itu jadi inti dari musyawarah diplomatik. Pada 2020 bisa dilihat, mengabaikan tantangan seperti itu malah semakin membutuhkan biaya yang sangat besar.

Covid-19 juga telah mengubah pemahaman dunia tentang keamanan. Sampai saat ini, kata Jaishankar, negara-negara dunia kebanyakan berpikir dalam istilah militer, intelijen, ekonomi, dan mungkin budaya.

Saat ini, mereka tidak hanya akan memberikan bobot yang lebih besar pada keamanan dan kesehatan. Tapi juga semakin mengkhawatirkan rantai pasokan yang terpercaya dan tangguh.

Tekanan era Covid-19 memunculkan kerapuhan situasi saat ini. Mesin pertumbuhan tambahan diperlukan untuk mengurangi risiko ekonomi global. Karena memang lebih banyak transparansi dan kelangsungan pasar. Institusi multilateral belum berhasil dengan baik dari pengalaman ini.

“Terlepas dari kontroversi di sekitar mereka, bahkan tidak ada kepura-puraan untuk menanggapi krisis global paling serius sejak 1945,” katanya.

Hal ini harus dievaluasi secara serius. Reformasi multilateralisme penting untuk menciptakan solusi yang efektif. Merancang respons yang kuat terhadap tantangan Covid-19, akan mendominasi diplomasi global pada 2021. Dengan caranya sendiri, dia bilang, India telah memberi contoh.

Saat ini, India tengah melangkah maju sebagai apotek dunia. Memasok obat-obatan ke lebih dari 150 negara. Dan banyak dalam bentuk hibah. Selain itu, India juga sudah memulai upaya vaksinasi massal. Dengan jaminan dari Perdana Menteri Narendra Modi, India akan membantu membuat vaksin yang dapat diakses dan terjangkau oleh dunia, sudah diterapkan.

Katanya lagi, pengiriman pertama vaksin buatan India, tidak hanya menjangkau tetangga mereka seperti Bhutan, Maladewa, Bangladesh, Nepal, Mauritius, Seychelles, dan Sri Lanka. Tapi juga mitra yang jauh lebih luas seperti Brasil dan Maroko.

 

Tantangan global utama lainnya saat ini membutuhkan perhatian serupa. Sebagai peserta sentral dalam mencapai kesepakatan Paris, India telah berdiri teguh dalam memerangi perubahan iklim. Target energi terbarukannya berlipat ganda. Cakupan hutannya bertambah.

“Keanekaragaman hayati juga meningkat. Dan fokusnya pada pemanfaatan air, meningkat,” jelasnya.

Lebih lanjut, tantangan melawan terorisme dan radikalisme juga merupakan tantangan yang berat. Sebagai masyarakat yang telah lama mengalami serangan teroris lintas batas, India telah aktif meningkatkan kesadaran global dan mendorong tindakan terkoordinasi.

“Ini akan menjadi fokus utama dalam diplomasi India sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) dan di sejumlah forum lain,” katanya.

Di antara manfaat dari pengalaman selama pandemi Covid-19 adalah kekuatan domain digital. Baik itu untuk pelacakan kontak, maupun penyediaan dukungan keuangan dan pangan. Menurutnya, fokus digital India setelah 2014, telah membuahkan hasil yang mengesankan.

Kata dia, praktik “bekerja dari mana saja” diperkuat dengan adanya pandemi Covid-19, sama kuatnya dengan praktik “belajar dari rumah”. Semua ini akan membantu memperluas perangkat program pembangunan India di luar negeri dan membantu pemulihan banyak mitra.

Tahun 2020, lanjutnya, juga menjadi ajang repatriasi terbesar dalam sejarah. Yakni kepulangan lebih dari 4 juta orang India.

Ini saja menunjukkan pentingnya mobilitas di zaman sekarang. Saat manufaktur cerdas dan ekonomi pengetahuan mengakar lebih dalam, kebutuhan akan bakat terpercaya pasti akan tumbuh. “Memfasilitasi pergerakannya melalui diplomasi merupakan kepentingan global,” ujarnya.

Kembali ke keadaan normal pada 2021, berarti perjalanan yang lebih aman, kesehatan yang lebih baik, kebangkitan ekonomi, dan layanan yang digerakkan secara digital. Menurutnya, semua itu akan dilihat dalam percakapan baru dan pemahaman baru. Dunia setelah Covid-19 akan menjadi lebih multi-kutub, pluralistik, dan seimbang.

“India, dengan pengalamannya, akan membantu membuat perbedaan,” tandasnya. [PYB]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories