
Generasi Milenial Harus Bentengi Diri Dari Paham Radikal
Koordinator Pusat Gerakan Milenial Bersatu Yohanes Carlos Wawo menyampaikan, terorisme adalah aktivitas yang meresahkan masyarakat lain. Aksi terorisme yang berawal dari sikap intoleransi wajib dihindari generasi muda.
“Karenanya, kelompok milenial yang terdiri dari mahasiswa dan pemuda lintas organisasi dan agama ini sangat mau berpartisipasi dalam gerakan melawan radikalisme, intoleran, anarkisme dan terorisme yang sangat meresahkan,” kata dalam acara konferensi pers pernyataan sikap bersama Gerakan Milenial Bersatu di Rumah Makan Kampung Kite Resto, Jakarta, Minggu (25/4).
Gerakan Milenial Bersatu peduli dan merasa perlu menyikapi berbagai aksi terorisme yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Termasuk banyaknya orang yang berhasil diamankan oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri karena diduga terlibat jaringan terorisme.
Dalam pernyataan sikapnya, mereka mengutuk keras seluruh aksi terorisme dalam bentuk apapun. “Mengutuk keras tindakan terorisme yang merupakan sebuah kejahatan luar biasa terhadap kemanusiaan,” ujar Carlos.
Bagi Carlos dan rekan-rekannya, aksi terorisme tidak ada urusannya dengan agama tertentu. Karena kegiatan yang meresahkan masyarakat itu adalah murni kejahatan tindak pidana dan tidak dibenarkan oleh agama apapun.
“Tindakan terorisme tidak ada kaitannya dengan agama, suku dan ras di Indonesia,” tegasnya.
Ia pun menyerukan generasi muda bangsa Indonesia untuk kritis dan membentengi diri dari paham-paham intoleransi, radikal yang berujung pada perilaku teror.
“Generasi milenial bangsa Indonesia tidak terpengaruh ajakan dari oknum-oknum kelompok radikal,” kata dia.
Salah satu upaya untuk menangkal paham-paham yang memiliki unsur distorsi keberagaman dan keberlangsungan hidup tersebut adalah dengan memperkuat ukhuwah basyariyah.
Yakni meningkatkan rasa persaudaraan antara sesama anak bangsa yang berbeda-beda suku, ras, agama dan antar golongannya itu.
“Generasi Milenial bangsa Indonesia terlibat aktif dalam menjaga situasi aman dan damai di lingkungan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia,” imbaunya.
Terakhir, Carlos dan seluruh jaringan pemuda lintas agama yang ada menyatakan, bahwa pihaknya sangat mendukung aparat keamanan melakukan tugasnya. “Mendukung upaya Pemerintah beserta TNI dam Polri dalam menanggulangi kelompo radikal dan gerakan terorisme,” pungkasnya. [FAQ]
]]> Koordinator Pusat Gerakan Milenial Bersatu Yohanes Carlos Wawo menyampaikan, terorisme adalah aktivitas yang meresahkan masyarakat lain. Aksi terorisme yang berawal dari sikap intoleransi wajib dihindari generasi muda.
“Karenanya, kelompok milenial yang terdiri dari mahasiswa dan pemuda lintas organisasi dan agama ini sangat mau berpartisipasi dalam gerakan melawan radikalisme, intoleran, anarkisme dan terorisme yang sangat meresahkan,” kata dalam acara konferensi pers pernyataan sikap bersama Gerakan Milenial Bersatu di Rumah Makan Kampung Kite Resto, Jakarta, Minggu (25/4).
Gerakan Milenial Bersatu peduli dan merasa perlu menyikapi berbagai aksi terorisme yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Termasuk banyaknya orang yang berhasil diamankan oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri karena diduga terlibat jaringan terorisme.
Dalam pernyataan sikapnya, mereka mengutuk keras seluruh aksi terorisme dalam bentuk apapun. “Mengutuk keras tindakan terorisme yang merupakan sebuah kejahatan luar biasa terhadap kemanusiaan,” ujar Carlos.
Bagi Carlos dan rekan-rekannya, aksi terorisme tidak ada urusannya dengan agama tertentu. Karena kegiatan yang meresahkan masyarakat itu adalah murni kejahatan tindak pidana dan tidak dibenarkan oleh agama apapun.
“Tindakan terorisme tidak ada kaitannya dengan agama, suku dan ras di Indonesia,” tegasnya.
Ia pun menyerukan generasi muda bangsa Indonesia untuk kritis dan membentengi diri dari paham-paham intoleransi, radikal yang berujung pada perilaku teror.
“Generasi milenial bangsa Indonesia tidak terpengaruh ajakan dari oknum-oknum kelompok radikal,” kata dia.
Salah satu upaya untuk menangkal paham-paham yang memiliki unsur distorsi keberagaman dan keberlangsungan hidup tersebut adalah dengan memperkuat ukhuwah basyariyah.
Yakni meningkatkan rasa persaudaraan antara sesama anak bangsa yang berbeda-beda suku, ras, agama dan antar golongannya itu.
“Generasi Milenial bangsa Indonesia terlibat aktif dalam menjaga situasi aman dan damai di lingkungan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia,” imbaunya.
Terakhir, Carlos dan seluruh jaringan pemuda lintas agama yang ada menyatakan, bahwa pihaknya sangat mendukung aparat keamanan melakukan tugasnya. “Mendukung upaya Pemerintah beserta TNI dam Polri dalam menanggulangi kelompo radikal dan gerakan terorisme,” pungkasnya. [FAQ]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .