Gencar Gelar Dialog PKS Hapus Stigma Wahabi .
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berhasil menangkis stigma Wahabi alias kelompok ekstrem kanan dan radikal yang kerap dialamatkan kepadanya. Partai oposisi ini terus menawarkan pesan perdamaian dan gagasan terbaik membangun Indonesia.
“Soal atributisasi (stigma), kita nikmati dengan terus melayani masyarakat,” ujar Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Vokalis PKS di Senayan ini sangat yakin, masyarakat sudah cerdas dalam menentukan pilihan politik saat Pemilu 2024 mendatang. Termasuk, soal menilai rekam jejak sebuah partai politik, hingga kualitas kader dan kebijakan yang diberikan untuk rakyat.
Menurutnya, masyarakat bisa mencari kebenarannya dan menilai dengan jernih siapa dan apa itu PKS. Buktinya, partai ini konsisten berada di Indonesia sejak masih bernama Partai Keadilan (PK) di Pemilu 1999. “Sekarang era sosial media, semua bisa dicek,” ujarnya.
Politisi jebolan Universitas Teknologi Malaysia ini memastikan, partainya tak ambil pusing dengan pelabelan Wahabi. Seluruh mesin politik PKS sedang memikirkan dan membantu bangsa ini agar bisa menang melawan Covid-19. Termasuk, konsisten berada di luar pemerintahan sebagai partai oposisi. Demi menjaga marwah demokrasi, sekaligus menghadirkan check and balances yang kritis dan terukur.
Terkait hal ini, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menganalisa, isu Wahabi ini memang sempat dilabeli kepada PKS menjelang Pemilu sebagai bentuk penggembosan suara pemilih. “Kalau isu Wabahi dan Taliban ampuh, mestinya sejak awal ikut pemilu, PKS nggak lolos Senayan,” ujarnya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Adi menganalisa, isu Wahabi ini tidak besar dalam percaturan politik nasional. Namun, saat ini gempanya begitu besar karena ada kemenangan Taliban di Afghanistan. Konon, Taliban termasuk gerakan Wahabi yang dicap sebagai kelompok ekstrem kanan. “Ada kesan, Wahabi dan Taliban ini ancaman bagi demokrasi, NKRI, dan Pancasila,” katanya.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta ini menerangkan, rakyat tak peduli isu dan stigma parpol. Yang penting, parpol sudah memberikan apa kepada rakyat. “Mereka dapat apa dari parpol. Itu preferensi pilihan mereka,” tutupnya. [BSH]
]]> .
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berhasil menangkis stigma Wahabi alias kelompok ekstrem kanan dan radikal yang kerap dialamatkan kepadanya. Partai oposisi ini terus menawarkan pesan perdamaian dan gagasan terbaik membangun Indonesia.
“Soal atributisasi (stigma), kita nikmati dengan terus melayani masyarakat,” ujar Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Vokalis PKS di Senayan ini sangat yakin, masyarakat sudah cerdas dalam menentukan pilihan politik saat Pemilu 2024 mendatang. Termasuk, soal menilai rekam jejak sebuah partai politik, hingga kualitas kader dan kebijakan yang diberikan untuk rakyat.
Menurutnya, masyarakat bisa mencari kebenarannya dan menilai dengan jernih siapa dan apa itu PKS. Buktinya, partai ini konsisten berada di Indonesia sejak masih bernama Partai Keadilan (PK) di Pemilu 1999. “Sekarang era sosial media, semua bisa dicek,” ujarnya.
Politisi jebolan Universitas Teknologi Malaysia ini memastikan, partainya tak ambil pusing dengan pelabelan Wahabi. Seluruh mesin politik PKS sedang memikirkan dan membantu bangsa ini agar bisa menang melawan Covid-19. Termasuk, konsisten berada di luar pemerintahan sebagai partai oposisi. Demi menjaga marwah demokrasi, sekaligus menghadirkan check and balances yang kritis dan terukur.
Terkait hal ini, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menganalisa, isu Wahabi ini memang sempat dilabeli kepada PKS menjelang Pemilu sebagai bentuk penggembosan suara pemilih. “Kalau isu Wabahi dan Taliban ampuh, mestinya sejak awal ikut pemilu, PKS nggak lolos Senayan,” ujarnya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Adi menganalisa, isu Wahabi ini tidak besar dalam percaturan politik nasional. Namun, saat ini gempanya begitu besar karena ada kemenangan Taliban di Afghanistan. Konon, Taliban termasuk gerakan Wahabi yang dicap sebagai kelompok ekstrem kanan. “Ada kesan, Wahabi dan Taliban ini ancaman bagi demokrasi, NKRI, dan Pancasila,” katanya.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta ini menerangkan, rakyat tak peduli isu dan stigma parpol. Yang penting, parpol sudah memberikan apa kepada rakyat. “Mereka dapat apa dari parpol. Itu preferensi pilihan mereka,” tutupnya. [BSH]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .