Gagal Lengserkan PM Prayuth Demonstran Serbu Parlemen Thailand

Kondisi politik di Thailand, memanas lagi. Kelompok oposisi di negeri tersebut menggeruduk gedung parlemen pasca Perdana Menteri (PM) Prayuth Chan-ocha dan sembilan menteri, lolos dari usulan mosi tak percaya.

Ribuan pengunjuk rasa ber­kumpul di luar Gedung parle­men Thailand, hingga Sabtu malam (20/2), usai pengumuman parlemen menolak usulan men­jatuhkan opsi mosi tak percaya terhadap PM Prayuth Chan-ocha dan sembilan menteri Negeri Gajah Putih.

Hasil keputusan itu, sudah diprediksi. “Itu mengecewakan, tapi sudah diduga,” kata pemimpin protes, Attapon Buapat, dikutip dari Channel News Asia, kemarin.

Koordinator aksi menjamin unjuk rasa mereka tidak akan berubah menjadi kekerasan. “Tidak ada alasan bagi polisi un­tuk membubarkan demonstrasi ini,” ucap Panusaya “Rung” Sithijirawattanakul.

Wakil juru bicara polisi, Kissa­na Pattanacharoen, mengatakan, para demonstran telah melanggar keputusan darurat untuk mengendalikan pandemi Corona.

“Tugas polisi adalah menjaga ketertiban,” ujarnya saat ditanya apakah akan ada penggunaan kekerasan.

Dalam pemungutan suara, mayoritas anggota dewan me­nyatakan dukungan terhadap Prayuth dan menteri lainnya.

“Hasil perhitungan suara masih ada rasa percaya (pada Perdana Men­teri),” kata Chuan Leekpai, Presiden Dewan Nasional, saat mengumum­kan hasil perhitungan suara.

Sementara, legislator oposisi kecewa dengan hasil pemung­utan suara.

 

“Kami telah membuka luka dan sekarang akan menabur garam di atasnya,” kata Pita Limjaroenrat, ketua Partai Pergerakan, pihak oposisi, setelah pengumuman suara.

Pita mengatakan, Pemerintah lambat dalam menjalankan program vaksinasi dan kebijakan ekonomi. Ditegaskannya, pihaknya akan terus menyelidikinya.

Prayuth adalah mantan panglima angkatan bersenjata. Dia menggulingkan PM terpilih pada 2014. Dia tetap menjabat setelah pemilu 2019. Lolosnya Prayuth dari usulan mosi tidak percaya sudah diperkirakan banyak ka­langan. Sebab, koalisi pendukung Pemerintah mengisi mayoritas kursi di Majelis Rendah.

“Debat berjalan lancar, tapi pemerintah harus melanjutkan pekerjaannya. Saya ingin meminta semua rakyat Thailand untuk bekerja sama untuk memajukan negara,” kata Prayuth dalam pod­cast setelah pemungutan suara.

Massa Demo Lagi

Kekisruhan politik di Myanmar belum menunjukkan akan mereda. Puluhan ribu penentang kudeta militer kembali berkumpul, ke­marin. Sehari sebelumnya, dua demonstran tewas di kota Man­dalay, saat polisi menembaki para pengunjuk rasa penentang kudeta militer pada 1 Februari, lalu.

Setelah peristiwa berdarah itu, platform media sosial Face­book memutuskan untuk mem­bekukan akun berita di Facebook milik militer Myanmar atau yang dijuluki Tatmadaw karena diang­gap menghasut dan mengarah­kan opini publik. [PYB]

]]> Kondisi politik di Thailand, memanas lagi. Kelompok oposisi di negeri tersebut menggeruduk gedung parlemen pasca Perdana Menteri (PM) Prayuth Chan-ocha dan sembilan menteri, lolos dari usulan mosi tak percaya.

Ribuan pengunjuk rasa ber­kumpul di luar Gedung parle­men Thailand, hingga Sabtu malam (20/2), usai pengumuman parlemen menolak usulan men­jatuhkan opsi mosi tak percaya terhadap PM Prayuth Chan-ocha dan sembilan menteri Negeri Gajah Putih.

Hasil keputusan itu, sudah diprediksi. “Itu mengecewakan, tapi sudah diduga,” kata pemimpin protes, Attapon Buapat, dikutip dari Channel News Asia, kemarin.

Koordinator aksi menjamin unjuk rasa mereka tidak akan berubah menjadi kekerasan. “Tidak ada alasan bagi polisi un­tuk membubarkan demonstrasi ini,” ucap Panusaya “Rung” Sithijirawattanakul.

Wakil juru bicara polisi, Kissa­na Pattanacharoen, mengatakan, para demonstran telah melanggar keputusan darurat untuk mengendalikan pandemi Corona.

“Tugas polisi adalah menjaga ketertiban,” ujarnya saat ditanya apakah akan ada penggunaan kekerasan.

Dalam pemungutan suara, mayoritas anggota dewan me­nyatakan dukungan terhadap Prayuth dan menteri lainnya.

“Hasil perhitungan suara masih ada rasa percaya (pada Perdana Men­teri),” kata Chuan Leekpai, Presiden Dewan Nasional, saat mengumum­kan hasil perhitungan suara.

Sementara, legislator oposisi kecewa dengan hasil pemung­utan suara.

 

“Kami telah membuka luka dan sekarang akan menabur garam di atasnya,” kata Pita Limjaroenrat, ketua Partai Pergerakan, pihak oposisi, setelah pengumuman suara.

Pita mengatakan, Pemerintah lambat dalam menjalankan program vaksinasi dan kebijakan ekonomi. Ditegaskannya, pihaknya akan terus menyelidikinya.

Prayuth adalah mantan panglima angkatan bersenjata. Dia menggulingkan PM terpilih pada 2014. Dia tetap menjabat setelah pemilu 2019. Lolosnya Prayuth dari usulan mosi tidak percaya sudah diperkirakan banyak ka­langan. Sebab, koalisi pendukung Pemerintah mengisi mayoritas kursi di Majelis Rendah.

“Debat berjalan lancar, tapi pemerintah harus melanjutkan pekerjaannya. Saya ingin meminta semua rakyat Thailand untuk bekerja sama untuk memajukan negara,” kata Prayuth dalam pod­cast setelah pemungutan suara.

Massa Demo Lagi

Kekisruhan politik di Myanmar belum menunjukkan akan mereda. Puluhan ribu penentang kudeta militer kembali berkumpul, ke­marin. Sehari sebelumnya, dua demonstran tewas di kota Man­dalay, saat polisi menembaki para pengunjuk rasa penentang kudeta militer pada 1 Februari, lalu.

Setelah peristiwa berdarah itu, platform media sosial Face­book memutuskan untuk mem­bekukan akun berita di Facebook milik militer Myanmar atau yang dijuluki Tatmadaw karena diang­gap menghasut dan mengarah­kan opini publik. [PYB]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories