Fahri: Demokrasi Di Indonesia Masih Butuh Banyak Perubahan Paradigma

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menyebutkan, hingga kini, pelaksanaan demokrasi masih terasa berjarak antara pelaku politik dengan masyarakat. Kondisi tersebut disebabkan demokrasi sejauh belum dijadikan sebagai tradisi berpikir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Sedangkan bangsa kita ini masih mengedepankan perasaan. Demokrasi masih belum terbentuk sebagai kekayaan gagasan universal kehidupan suatu bangsa,” ucap Fahri, pada webinar nasional yang diadakan Moya Institute bertajuk “Partai Politik dan Tantangan Demokrasi Terkini”, Kamis (11/2).

Menurut Fahri, untuk menyikapi keadaan demokrasi yang terasa demikian, Indonesia perlu meningkatkan inovasi. Agar ke depan, masyarakat Indonesia bisa makin lebih baik lagi dalam melihat masalah yang terjadi.

Sementara itu, juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Faldo maldini menyampaikan, seharusnya para politisi dapat memberikan solusi terhadap segala masalah yang hadir di tengah masyarakat.

“Aktivitas politik itu lahirkan proses politik. Yang kemudian memunculkan aktor-aktor politik dan mampu secepatnya selesaikan persoalan di masyarakat,” ujar Faldo.

Menurut Faldo, sudah waktunya partai politik dapat mencontoh ke pengembang teknologi. Partai politik harus mampu melahirkan produk aplikasi yang diterima serta bermanfaat bagi masyarakat.

Pembicara lainnya, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan memaparkan penyebab persepsi kurang baik demokrat di masyarakat saat ini. Salah satunya, dalam beraktivitas, partai politik lebih banyak ke ranah negara ketimbang masyarakat. Padahal, fungsi partai politik haruslah berimbang antara ke negara dan masyarakat.

“Partai politik lebih asyik urusan ke negara, dengan mainan-mainannya sehingga lupa dengan tuntutan masyarakat. Aspirasi masyarakat belum jadi pertimbangan utama,” kata Djayadi.

Sedangkan, pengamat politik internasional sekaligus mantan diplomat senior Imron Cotan menyampaikan, agar partai politik benar-benar dapat menjadikan Pancasila sebagai landasan aktivitasnya. Imron meyakini, jika partai politik konsisten berdasarkan Pancasila dalam marwahnya, akan mampu menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang unggul dan mencetak generasi emas tahun 2045. [TIF]

]]> Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menyebutkan, hingga kini, pelaksanaan demokrasi masih terasa berjarak antara pelaku politik dengan masyarakat. Kondisi tersebut disebabkan demokrasi sejauh belum dijadikan sebagai tradisi berpikir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Sedangkan bangsa kita ini masih mengedepankan perasaan. Demokrasi masih belum terbentuk sebagai kekayaan gagasan universal kehidupan suatu bangsa,” ucap Fahri, pada webinar nasional yang diadakan Moya Institute bertajuk “Partai Politik dan Tantangan Demokrasi Terkini”, Kamis (11/2).

Menurut Fahri, untuk menyikapi keadaan demokrasi yang terasa demikian, Indonesia perlu meningkatkan inovasi. Agar ke depan, masyarakat Indonesia bisa makin lebih baik lagi dalam melihat masalah yang terjadi.

Sementara itu, juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Faldo maldini menyampaikan, seharusnya para politisi dapat memberikan solusi terhadap segala masalah yang hadir di tengah masyarakat.

“Aktivitas politik itu lahirkan proses politik. Yang kemudian memunculkan aktor-aktor politik dan mampu secepatnya selesaikan persoalan di masyarakat,” ujar Faldo.

Menurut Faldo, sudah waktunya partai politik dapat mencontoh ke pengembang teknologi. Partai politik harus mampu melahirkan produk aplikasi yang diterima serta bermanfaat bagi masyarakat.

Pembicara lainnya, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan memaparkan penyebab persepsi kurang baik demokrat di masyarakat saat ini. Salah satunya, dalam beraktivitas, partai politik lebih banyak ke ranah negara ketimbang masyarakat. Padahal, fungsi partai politik haruslah berimbang antara ke negara dan masyarakat.

“Partai politik lebih asyik urusan ke negara, dengan mainan-mainannya sehingga lupa dengan tuntutan masyarakat. Aspirasi masyarakat belum jadi pertimbangan utama,” kata Djayadi.

Sedangkan, pengamat politik internasional sekaligus mantan diplomat senior Imron Cotan menyampaikan, agar partai politik benar-benar dapat menjadikan Pancasila sebagai landasan aktivitasnya. Imron meyakini, jika partai politik konsisten berdasarkan Pancasila dalam marwahnya, akan mampu menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang unggul dan mencetak generasi emas tahun 2045. [TIF]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories