Eksklusif Rakyat Merdeka Dengan Ilham Habibie Indonesia Boleh Berharap Punya Pabrik Pesawat Terbang Lagi

Indonesia pasti bisa bikin pesawat sendiri, punya pabrik dan mengulang lagi kejayaan N250 masa lalu. Harapan itu terbuka lebar. Caranya, jangan ragu berkolaborasi dengan negara lain.

Ilham Akbar Habibie diwawancarai Rakyat Merdeka di Intermark, Serpong, Tangerang, Jumat (1/4) lalu. Ilham ditemani koleganya dari Swiss, dan sejumlah stafnya. Sementara dari Rakyat Merdeka, hadir Pemimpin Umum Ratna Susilowati, Redaktur Eksekutif Ujang Sunda, dan reporter Bambang Trismawan.

Ilham Akbar Habibie, putra sulung mendiang Presiden RI ke-3 menyadari, bisnis penerbangan saat ini terpuruk. Namun, dia tetap bersemangat mengembangkan R80. Pesawat jenis baru, yang sangat cocok untuk Indonesia.

Obrolan mengalir santai. Bahkan sesekali ayah tiga anak ini melontarkan guyonan. Seperti saat ditanya kesibukannya selama pandemi. Kata dia, kegiatannya relatif tak banyak berubah. Tetap mengurus usaha dan sibuk di beberapa lembaga dan organisasi.

Selain mengurus International University Liaison Indonesia (IULI), Ilham juga aktif di ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia), PII (Persatuan Insinyur Indonesia), ISMI (Ikatan Saudagar Muslim Indonesia), dan banyak lagi.

“Jadi kesibukannya (selama pandemi) masih sama. Cuma modus operandinya yang berbeda,” kata Ilham, sambil tertawa.

Kebanyakan kegiatan bersifat virtual. Belakangan dikombinasi online dan offline, atau hibrid.

Pendiri PT Regio Aviasi Industri ini menceritakan perkembangan proyek R80. Sangat antusias. Sambil menjelaskan, ia mengambil miniatur pesawat hias di meja. Hanya melihat sekilas, ia bisa menceritakan ini pesawat jenis apa, asal pabrikan mana, jumlah penumpangnya, dan sebagainya.

Pesawat R80 dirancang ayahnya, BJ Habibie pada 2013. Sebagai pengembangan pesawat N250, Gatot Kaca, yang terkenal pada 1995, produksi PT Nurtanio.

PT Regio Aviasi Industri didirikan Ilham setelah ayahnya wafat, untuk mewujudkan cita-cita R80 itu. Sambutan masyarakat cukup antusias. Bahkan ada penggalangan donasi. Pemerintah juga pernah memasukkan R80 kedalam daftar Proyek Strategis Nasional.

 

Menurut Ilham, membuat pesawat adalah pekerjaan yang sangat realistis. Dengan catatan, Indonesia tidak sendirian mewujudkannya. “Ini kerja berat, besar dan kompleks. Harus ada kolaborasi profesional dengan perusahaan lain, bahkan negara lain,” katanya. Sekarang, kata dia, sudah dirintis.

Bikin pesawat pun, dia tekankan, bukan kerjaan gagah-gagahan. Kata Ilham, dilihat dari kacamata bisnis, sebetulnya, proyek pesawat R80 sangat masuk akal dan menguntungkan.

Alasannya, ekonomi Indonesia sudah berkembang besar. Penduduknya banyak. Keunggulan lain, pesawat berpenumpang 80 orang ini, dirancang untuk kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau.

“Wilayah Nusantara ini tak mungkin dihubungkan hanya dengan kereta dan jalan tol. Untuk pulau Jawa mungkin begitu, tapi nyebrang ke Sumatera dan Kalimantan, tentu butuh pesawat. Kalau kita buat pesawat, selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, juga bisa diekspor,” ungkapnya.

Jadi sudah sampai mana perkembangan R80? Kata dia, tahap perintisan sudah selesai. Sekarang masuk implementasi, seperti merancang, mendesain, dan membangun. Ini pekerjaan yang tak mudah. Karena membutuhkan biaya yang tak kecil.

Jadi, saat ini, Ilham sedang mencari kerja sama dengan beberapa investor dari luar. Namun karena pandemi, dunia bisnis penerbangan sedang kurang bagus. Investasi juga masih lambat. “Kita sabar menanti, tapi kita masih sangat fokus,” ujarnya.

Keputusan pemerintah mencoret R80 dari proyek strategis nasional, tak membuat Ilham berkecil hati. Kata dia, bantuan negara tidak harus berupa uang. Namun bisa berupa dukungan. Misalnya, jika bertemu investor, Pemerintah mendampingi. “Jadi ini semacam keseriusan kalau proyek R80 itu didukung negara,” ucapnya.

Ilham mengatakan, proyek pesawat terbang sifatnya sangat strategis dan jangka panjang. Akan ada manfaat ekonomi makro. Sehingga dukungan negara, sangatlah penting. Apalagi tak banyak negara yang bisa membuat pesawat sendiri.

“Jadi, kalau kita bisa bikin pesawat, negara akan dipandang canggih industrinya, dan dinilai memiliki kekuatan. Akan ada penghormatan sebagai negara maju,” ujarnya. Semoga saja. [BCG]

]]> Indonesia pasti bisa bikin pesawat sendiri, punya pabrik dan mengulang lagi kejayaan N250 masa lalu. Harapan itu terbuka lebar. Caranya, jangan ragu berkolaborasi dengan negara lain.

Ilham Akbar Habibie diwawancarai Rakyat Merdeka di Intermark, Serpong, Tangerang, Jumat (1/4) lalu. Ilham ditemani koleganya dari Swiss, dan sejumlah stafnya. Sementara dari Rakyat Merdeka, hadir Pemimpin Umum Ratna Susilowati, Redaktur Eksekutif Ujang Sunda, dan reporter Bambang Trismawan.

Ilham Akbar Habibie, putra sulung mendiang Presiden RI ke-3 menyadari, bisnis penerbangan saat ini terpuruk. Namun, dia tetap bersemangat mengembangkan R80. Pesawat jenis baru, yang sangat cocok untuk Indonesia.

Obrolan mengalir santai. Bahkan sesekali ayah tiga anak ini melontarkan guyonan. Seperti saat ditanya kesibukannya selama pandemi. Kata dia, kegiatannya relatif tak banyak berubah. Tetap mengurus usaha dan sibuk di beberapa lembaga dan organisasi.

Selain mengurus International University Liaison Indonesia (IULI), Ilham juga aktif di ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia), PII (Persatuan Insinyur Indonesia), ISMI (Ikatan Saudagar Muslim Indonesia), dan banyak lagi.

“Jadi kesibukannya (selama pandemi) masih sama. Cuma modus operandinya yang berbeda,” kata Ilham, sambil tertawa.

Kebanyakan kegiatan bersifat virtual. Belakangan dikombinasi online dan offline, atau hibrid.

Pendiri PT Regio Aviasi Industri ini menceritakan perkembangan proyek R80. Sangat antusias. Sambil menjelaskan, ia mengambil miniatur pesawat hias di meja. Hanya melihat sekilas, ia bisa menceritakan ini pesawat jenis apa, asal pabrikan mana, jumlah penumpangnya, dan sebagainya.

Pesawat R80 dirancang ayahnya, BJ Habibie pada 2013. Sebagai pengembangan pesawat N250, Gatot Kaca, yang terkenal pada 1995, produksi PT Nurtanio.

PT Regio Aviasi Industri didirikan Ilham setelah ayahnya wafat, untuk mewujudkan cita-cita R80 itu. Sambutan masyarakat cukup antusias. Bahkan ada penggalangan donasi. Pemerintah juga pernah memasukkan R80 kedalam daftar Proyek Strategis Nasional.

 

Menurut Ilham, membuat pesawat adalah pekerjaan yang sangat realistis. Dengan catatan, Indonesia tidak sendirian mewujudkannya. “Ini kerja berat, besar dan kompleks. Harus ada kolaborasi profesional dengan perusahaan lain, bahkan negara lain,” katanya. Sekarang, kata dia, sudah dirintis.

Bikin pesawat pun, dia tekankan, bukan kerjaan gagah-gagahan. Kata Ilham, dilihat dari kacamata bisnis, sebetulnya, proyek pesawat R80 sangat masuk akal dan menguntungkan.

Alasannya, ekonomi Indonesia sudah berkembang besar. Penduduknya banyak. Keunggulan lain, pesawat berpenumpang 80 orang ini, dirancang untuk kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau.

“Wilayah Nusantara ini tak mungkin dihubungkan hanya dengan kereta dan jalan tol. Untuk pulau Jawa mungkin begitu, tapi nyebrang ke Sumatera dan Kalimantan, tentu butuh pesawat. Kalau kita buat pesawat, selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, juga bisa diekspor,” ungkapnya.

Jadi sudah sampai mana perkembangan R80? Kata dia, tahap perintisan sudah selesai. Sekarang masuk implementasi, seperti merancang, mendesain, dan membangun. Ini pekerjaan yang tak mudah. Karena membutuhkan biaya yang tak kecil.

Jadi, saat ini, Ilham sedang mencari kerja sama dengan beberapa investor dari luar. Namun karena pandemi, dunia bisnis penerbangan sedang kurang bagus. Investasi juga masih lambat. “Kita sabar menanti, tapi kita masih sangat fokus,” ujarnya.

Keputusan pemerintah mencoret R80 dari proyek strategis nasional, tak membuat Ilham berkecil hati. Kata dia, bantuan negara tidak harus berupa uang. Namun bisa berupa dukungan. Misalnya, jika bertemu investor, Pemerintah mendampingi. “Jadi ini semacam keseriusan kalau proyek R80 itu didukung negara,” ucapnya.

Ilham mengatakan, proyek pesawat terbang sifatnya sangat strategis dan jangka panjang. Akan ada manfaat ekonomi makro. Sehingga dukungan negara, sangatlah penting. Apalagi tak banyak negara yang bisa membuat pesawat sendiri.

“Jadi, kalau kita bisa bikin pesawat, negara akan dipandang canggih industrinya, dan dinilai memiliki kekuatan. Akan ada penghormatan sebagai negara maju,” ujarnya. Semoga saja. [BCG]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories