
Ekonom Indef: THR Tepat Waktu, Perputaran Ekonomi Bakal Ngebut
Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti optimistis, konsumsi masyarakat akan mengalami kenaikan, jika THR cair tepat waktu. Sesuai imbauan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sebab itu, perusahaan swasta perlu menjalankan imbauan tersebut.
“THR dalam masa pandemi pasti akan mendorong konsumsi masyarakat,” ujar Esther kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Sampai saat ini, pola konsumsi mengalami gangguan karena banyak masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan. Khususnya, kelas pekerja yang mengalami penurunan penghasilan bulanan karena perusahaan mereka memberlakukan aturan Work From Home (WFH).
Jebolan Universitas Maastricht Belanda ini menilai, jelang Hari Raya merupakan momentum yang tepat untuk memacu perputaran ekonomi di tengah krisis akibat pandemi Covid-19.
Pemberian uang tunjangan jelang Hari Raya, apa pun bentuknya, adalah momentum yang tepat untuk mendongkrak konsumsi masyarakat. “Ini akan menggerakkan minat masyarakat untuk berbelanja,” ucap Esther.
Dari data yang dia miliki, karakter pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 57 persen di-drive oleh sektor konsumsi. Nah, ketika pandemi banyak orang tidak punya uang kemudian pendapatannya menurun, tentu konsumsi jadi merosot.
“Apa yang mau dibelanjakan kalau tidak ada uang,” kata Esther.
Untuk mendorong demand side, maka THR harus cair tepat waktu. Besar harapan para pekerja, pelaku usaha mengikuti seruan Menko Airlangga. Agar tidak ada potongan THR atau dicicil seperti tahun lalu.
Gelontoran THR jelang hari raya menjadi harapan masyarakat, khususnya pekerja yang manut tidak mudik.
Bisa saja, yang tak mudik mengirimkan bantuan uang atau membeli barang untuk saudara di kampung halamannya, dari THR tersebut.
Jadi, meski tidak mudik Lebaran, pola konsumsi masyarakat diharapkan bisa terjaga karena karyawan bisa berbelanja dari THR yang diterima.
Selama ini, segala macam uang tambahan seperti bonus, tunjangan atau sejenisnya selalu menjadi pemicu utama meningkatnya daya beli masyarakat di momen tertentu, termasuk Lebaran.
“Pola konsumsi relatif lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelum Lebaran. Mereka cenderung konsumtif. Efeknya, demand juga meningkat,” jelasnya. ■ TIM
]]> Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti optimistis, konsumsi masyarakat akan mengalami kenaikan, jika THR cair tepat waktu. Sesuai imbauan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Sebab itu, perusahaan swasta perlu menjalankan imbauan tersebut.
“THR dalam masa pandemi pasti akan mendorong konsumsi masyarakat,” ujar Esther kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Sampai saat ini, pola konsumsi mengalami gangguan karena banyak masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan. Khususnya, kelas pekerja yang mengalami penurunan penghasilan bulanan karena perusahaan mereka memberlakukan aturan Work From Home (WFH).
Jebolan Universitas Maastricht Belanda ini menilai, jelang Hari Raya merupakan momentum yang tepat untuk memacu perputaran ekonomi di tengah krisis akibat pandemi Covid-19.
Pemberian uang tunjangan jelang Hari Raya, apa pun bentuknya, adalah momentum yang tepat untuk mendongkrak konsumsi masyarakat. “Ini akan menggerakkan minat masyarakat untuk berbelanja,” ucap Esther.
Dari data yang dia miliki, karakter pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 57 persen di-drive oleh sektor konsumsi. Nah, ketika pandemi banyak orang tidak punya uang kemudian pendapatannya menurun, tentu konsumsi jadi merosot.
“Apa yang mau dibelanjakan kalau tidak ada uang,” kata Esther.
Untuk mendorong demand side, maka THR harus cair tepat waktu. Besar harapan para pekerja, pelaku usaha mengikuti seruan Menko Airlangga. Agar tidak ada potongan THR atau dicicil seperti tahun lalu.
Gelontoran THR jelang hari raya menjadi harapan masyarakat, khususnya pekerja yang manut tidak mudik.
Bisa saja, yang tak mudik mengirimkan bantuan uang atau membeli barang untuk saudara di kampung halamannya, dari THR tersebut.
Jadi, meski tidak mudik Lebaran, pola konsumsi masyarakat diharapkan bisa terjaga karena karyawan bisa berbelanja dari THR yang diterima.
Selama ini, segala macam uang tambahan seperti bonus, tunjangan atau sejenisnya selalu menjadi pemicu utama meningkatnya daya beli masyarakat di momen tertentu, termasuk Lebaran.
“Pola konsumsi relatif lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelum Lebaran. Mereka cenderung konsumtif. Efeknya, demand juga meningkat,” jelasnya. ■ TIM
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .