Duet Bareng PDIP, PKS Pede Menangi Pilkada Kota Bekasi

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan PDI Perjuangan dinilai masih menjadi partai terbesar di Kota Bekasi, Jawa Barat (Jabar). 

Apalagi, jika kedua partai ini bergabung membentuk koalisi, diprediksi akan menjadi kekuatan besar dan bisa memenangkan Pilkada Kota Bekasi 2024. 

“Kalau PKS dan PDI Perjuangan gabung usung calon di Pilkada Kota Bekasi, tentu akan kuat, karena keduanya adalah partai besar,” kata Direktur Eksekutif Etos Indonesia Institute (EII), Iskandarsyah kepada Rakyat Merdeka, kemarin. 

Dia mengingatkan, PKS merupakan partai besar, tak hanya di Kota Bekasi, tapi juga di Jabar dan Jakarta. PKS memiliki kemampuan dan peluang besar memenangkan kontestasi politik, seperti Pilkada Kota Bekasi. “Di Jabar dan Jakarta PKS besar, tentu bisa memenangkan calon yang diusungnya nanti,” ujarnya. 

Sementara PDI Perjuangan, lanjut Iskandarsyah, merupakan partai pemenang Pemilu yang memiliki kekuatan politik dan pendukung yang tidak sedikit. 

“PDI Perjuangan itu penguasa saat ini. Pada Pilkada mendatang pastinya akan mengusung calon dari PDI Perjuangan, Tri Adhianto Tjahyono yang saat ini menjabat Wakil Wali Kota Bekasi,” tuturnya. 

Jika PKS dan PDIP berkoalisi di Pilkada Kota Bekasi, maka akan membuat partai lainnya memutar otak untuk mengalahkannya. “Golkar sekali pun harus membangun kekuatan besar untuk menghadapi koalisi PKS dan PDI Perjuangan ini,” tegasnya. 

Iskandarsyah menyebutkan, Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto Tjahyono dalam survei EII sebelumnya, memiliki tingkat popularitas cukup tinggi, mengungguli sejumlah figur potensial lainnya, seperti Choiruman Putri hingga Zainul Miftah. 

“Dalam survei (popularitas) tahap I 2021, Tri berada di posisi pertama dengan 27 persen, disusul Choiruman Putro sebesar 14 persen. Ada Ade Puspita Sari sebesar 11 persen, dan Zainul Miftah sebesar 10 persen,” ujarnya.

Iskandarsyah menegaskan, survei lembaganya tidak terafiliasi dengan kekuatan politik tertentu. Bahkan, dia memprediksi tingkat popularitas balon Wali Kota Bekasi akan terus berubah-ubah, tergantung proses konsolidasi figur ataupun partai di lapangan. 

Dia juga menyampaikan, survei akan terus dilakukan selama tiga bulan sekali untuk mengamati dinamika di lapangan. Hasil survei pun dia janjikan secara transparan akan terus disampaikan kepada publik. 

Terkait teknis survei, Iskandarsyah menyebut, survei popularitas tahap I ini diukur berdasarkan descriptive belief atau pengalaman langsung pemilih untuk memilih calon wali kota berdasar kinerja Pemerintahan Kota Bekasi. 

Survei juga diukur berdasarkan inferential belief untuk melihat, seberapa kuat seorang tokoh yang diinginkan rakyat untuk menjadi wali kota. “Sampel kita gunakan sebanyak 600 responden di seluruh Kota Bekasi,” jelasnya. 

Menurutnya, tingkat kepercayaan responden dalam surveinya mencapai 95 persen. sementara, quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 30 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). 

“Juga quality control secara random sebesar 60 persen responden lewat telepon. responden yang baru selesai wawancara dilaporkan ke supervisor untuk dikonfirmasi,” tutupnya. [EDY]
 

]]> Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan PDI Perjuangan dinilai masih menjadi partai terbesar di Kota Bekasi, Jawa Barat (Jabar). 

Apalagi, jika kedua partai ini bergabung membentuk koalisi, diprediksi akan menjadi kekuatan besar dan bisa memenangkan Pilkada Kota Bekasi 2024. 

“Kalau PKS dan PDI Perjuangan gabung usung calon di Pilkada Kota Bekasi, tentu akan kuat, karena keduanya adalah partai besar,” kata Direktur Eksekutif Etos Indonesia Institute (EII), Iskandarsyah kepada Rakyat Merdeka, kemarin. 

Dia mengingatkan, PKS merupakan partai besar, tak hanya di Kota Bekasi, tapi juga di Jabar dan Jakarta. PKS memiliki kemampuan dan peluang besar memenangkan kontestasi politik, seperti Pilkada Kota Bekasi. “Di Jabar dan Jakarta PKS besar, tentu bisa memenangkan calon yang diusungnya nanti,” ujarnya. 

Sementara PDI Perjuangan, lanjut Iskandarsyah, merupakan partai pemenang Pemilu yang memiliki kekuatan politik dan pendukung yang tidak sedikit. 

“PDI Perjuangan itu penguasa saat ini. Pada Pilkada mendatang pastinya akan mengusung calon dari PDI Perjuangan, Tri Adhianto Tjahyono yang saat ini menjabat Wakil Wali Kota Bekasi,” tuturnya. 

Jika PKS dan PDIP berkoalisi di Pilkada Kota Bekasi, maka akan membuat partai lainnya memutar otak untuk mengalahkannya. “Golkar sekali pun harus membangun kekuatan besar untuk menghadapi koalisi PKS dan PDI Perjuangan ini,” tegasnya. 

Iskandarsyah menyebutkan, Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto Tjahyono dalam survei EII sebelumnya, memiliki tingkat popularitas cukup tinggi, mengungguli sejumlah figur potensial lainnya, seperti Choiruman Putri hingga Zainul Miftah. 

“Dalam survei (popularitas) tahap I 2021, Tri berada di posisi pertama dengan 27 persen, disusul Choiruman Putro sebesar 14 persen. Ada Ade Puspita Sari sebesar 11 persen, dan Zainul Miftah sebesar 10 persen,” ujarnya.

Iskandarsyah menegaskan, survei lembaganya tidak terafiliasi dengan kekuatan politik tertentu. Bahkan, dia memprediksi tingkat popularitas balon Wali Kota Bekasi akan terus berubah-ubah, tergantung proses konsolidasi figur ataupun partai di lapangan. 

Dia juga menyampaikan, survei akan terus dilakukan selama tiga bulan sekali untuk mengamati dinamika di lapangan. Hasil survei pun dia janjikan secara transparan akan terus disampaikan kepada publik. 

Terkait teknis survei, Iskandarsyah menyebut, survei popularitas tahap I ini diukur berdasarkan descriptive belief atau pengalaman langsung pemilih untuk memilih calon wali kota berdasar kinerja Pemerintahan Kota Bekasi. 

Survei juga diukur berdasarkan inferential belief untuk melihat, seberapa kuat seorang tokoh yang diinginkan rakyat untuk menjadi wali kota. “Sampel kita gunakan sebanyak 600 responden di seluruh Kota Bekasi,” jelasnya. 

Menurutnya, tingkat kepercayaan responden dalam surveinya mencapai 95 persen. sementara, quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 30 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). 

“Juga quality control secara random sebesar 60 persen responden lewat telepon. responden yang baru selesai wawancara dilaporkan ke supervisor untuk dikonfirmasi,” tutupnya. [EDY]
 
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories