Dua Kali Lebaran Tak Mudik, Saleh Rindu Shalat Id di Kampung Halaman

Seperti tahun lalu, Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay kembali tidak mudik pada Idul Fitri tahun ini. Padahal, dia mengaku sudah rindu berat ingin shalat Id di kampung halaman.

Karena tak mudik, Saleh merayakan lebaran dan menunaikan Shalat Id di rumah saja bersama keluarga. “Tentu ada sesuatu yang hilang. Rindu shalat Idul Fitri berjemaah di kampung halaman,” kata Saleh kepada RM.id, Minggu (16/5).

Kendati demikian, anggota DPR asal Dapil Sumatera Utara II ini mengaku tetap bersyukur. Sebab, dia merasa Ramadan di tengah pandemi masih bisa dilalui dengan khusyuk. Lagipula, dia masih bisa menunaikan Shalat Id berjemaah, walaupun hanya dengan keluarga di rumah.

“Sehabis shalat, sebagaimana biasanya, kami saling bermaafan. Berharap agar semua salah dan khilaf bisa dihapuskan. Ampunan Allah sangat luas. Karena itu, semua berharap agar dosa dan kesalahan juga diampuni,” sambungnya.

Meskipun tak ke mana-mana, hidangan lebaran tetap disediakan seperti biasanya. Mulai dari ketupat sayur, ketupat ketan, rendang, hingga opor ayam. Ada juga kue-kue yang biasanya disediakan saat lebaran. “Sehabis itu, kami tidak lupa melakukan video call dengan keluarga di kampung,” tutur Saleh.

Politisi PAN ini menambahkan, teknologi panggilan video ini cukup membantu silaturahim syawal. Baik dengan keluarga maupun dengan para konstituennya di dapil.

Meskipun terpisah jarak, teknologi ini bisa menjadi penawar rindu, saling bermaafan dan menanyakan kabar masing-masing.

“Bergantian, dari satu desa ke desa lain. Satu rumah, ke rumah yang lain. Sebetulnya video call ini efektif. Hanya saja dirasa kurang sempurna karena sudah biasa Ramadan saling mengunjungi,” imbuh mantan Ketum PP Pemuda Muhammadiyah ini.

Bagaimana dengan salam tempel yang biasanya ditunggu-tunggu oleh keponakan dan saudara setiap lebaran? Tentu tetap ada. Pandemi tidak menghilangkan tradisi ini. Bedanya, tidak diserahkan secara langsung. Tapi ditransfer lewat bank. Seminggu sebelum lebaran, Saleh sudah mengirimkan salam tempel itu. 

“Salam tempelnya dikirim lewat bank. Kita hanya meminta beberapa nomor rekening. Nanti, orang yang dikirimi akan membagi ke keponakan dan anggota keluarga lainnya. Jumlahnya tidak banyak. Hanya sekedar pengingat,” ungkapnya.

Hingga lebaran hari ke 4, ia mengaku masih enggan kemana-mana. Apalagi setelah melihat pemberitaan banyak kerumunan orang di tempat-tempat wisata dan tidak mematuhi protokol kesehatan (prokes).

“Tentu, ada rasa was-was dan khawatir jika ke luar rumah. Terutama pada hari pertama, kedua, dan ketiga,” tambah Saleh.

Dia lebih memilih menghabiskan waktu bersama keluarga, diisi dengan berdiskusi dan bercengkrama. “Bagi saya, waktu seperti ini sangat mahal. Sebab, di masa kerja, sangat sulit untuk membagi waktu. Ya, ambil hikmahnya saja. Semua tentu pasti ada manfaatnya,” pungkasnya. [SAR]

]]> Seperti tahun lalu, Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay kembali tidak mudik pada Idul Fitri tahun ini. Padahal, dia mengaku sudah rindu berat ingin shalat Id di kampung halaman.

Karena tak mudik, Saleh merayakan lebaran dan menunaikan Shalat Id di rumah saja bersama keluarga. “Tentu ada sesuatu yang hilang. Rindu shalat Idul Fitri berjemaah di kampung halaman,” kata Saleh kepada RM.id, Minggu (16/5).

Kendati demikian, anggota DPR asal Dapil Sumatera Utara II ini mengaku tetap bersyukur. Sebab, dia merasa Ramadan di tengah pandemi masih bisa dilalui dengan khusyuk. Lagipula, dia masih bisa menunaikan Shalat Id berjemaah, walaupun hanya dengan keluarga di rumah.

“Sehabis shalat, sebagaimana biasanya, kami saling bermaafan. Berharap agar semua salah dan khilaf bisa dihapuskan. Ampunan Allah sangat luas. Karena itu, semua berharap agar dosa dan kesalahan juga diampuni,” sambungnya.

Meskipun tak ke mana-mana, hidangan lebaran tetap disediakan seperti biasanya. Mulai dari ketupat sayur, ketupat ketan, rendang, hingga opor ayam. Ada juga kue-kue yang biasanya disediakan saat lebaran. “Sehabis itu, kami tidak lupa melakukan video call dengan keluarga di kampung,” tutur Saleh.

Politisi PAN ini menambahkan, teknologi panggilan video ini cukup membantu silaturahim syawal. Baik dengan keluarga maupun dengan para konstituennya di dapil.

Meskipun terpisah jarak, teknologi ini bisa menjadi penawar rindu, saling bermaafan dan menanyakan kabar masing-masing.

“Bergantian, dari satu desa ke desa lain. Satu rumah, ke rumah yang lain. Sebetulnya video call ini efektif. Hanya saja dirasa kurang sempurna karena sudah biasa Ramadan saling mengunjungi,” imbuh mantan Ketum PP Pemuda Muhammadiyah ini.

Bagaimana dengan salam tempel yang biasanya ditunggu-tunggu oleh keponakan dan saudara setiap lebaran? Tentu tetap ada. Pandemi tidak menghilangkan tradisi ini. Bedanya, tidak diserahkan secara langsung. Tapi ditransfer lewat bank. Seminggu sebelum lebaran, Saleh sudah mengirimkan salam tempel itu. 

“Salam tempelnya dikirim lewat bank. Kita hanya meminta beberapa nomor rekening. Nanti, orang yang dikirimi akan membagi ke keponakan dan anggota keluarga lainnya. Jumlahnya tidak banyak. Hanya sekedar pengingat,” ungkapnya.

Hingga lebaran hari ke 4, ia mengaku masih enggan kemana-mana. Apalagi setelah melihat pemberitaan banyak kerumunan orang di tempat-tempat wisata dan tidak mematuhi protokol kesehatan (prokes).

“Tentu, ada rasa was-was dan khawatir jika ke luar rumah. Terutama pada hari pertama, kedua, dan ketiga,” tambah Saleh.

Dia lebih memilih menghabiskan waktu bersama keluarga, diisi dengan berdiskusi dan bercengkrama. “Bagi saya, waktu seperti ini sangat mahal. Sebab, di masa kerja, sangat sulit untuk membagi waktu. Ya, ambil hikmahnya saja. Semua tentu pasti ada manfaatnya,” pungkasnya. [SAR]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Generated by Feedzy