Didorong Untuk Memperbaiki Kemasan Menteri KKP Minta Koperasi Kerek Daya Saing Petambak Garam

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono mendorong koperasi petambak garam di Indramayu, Jawa Barat untuk meningkatkan daya jual produk yang dihasilkan. Salah satu caranya dengan menyiapkan garam dalam bentuk kemasan agar bisa langsung dijual ke pasar.

“Kalau perlu dikemas supaya bisa langsung dijual ke pasar, bukan hanya dijual ke pabrik,” kata Trenggono dalam keterangannya saat mengunjungi washing plant atau unit pengolahan garam di Kecamatan Krangkeng, Indramayu, Minggu (14/3).

KKP menyebut, produksi garam di Kabupaten Indramayu mencapai 361 ribu ton pada tahun lalu. Namun, penyerapan produksi tersebut dikatakan belum menyeluruh. Sebab, garam yang dihasilkan kelompok petambak hanya dijual ke pabrik-pabrik untuk diolah lagi menjadi garam kemasan.

Alhasil, ucap KKP, setiap tahun ada garam yang tersimpan di gudang sebab pabrik juga memiliki keterbatasan dalam melakukan pengolahan. Untuk produksi tahun lalu misalnya, sekitar 37.000 ton garam disebut masih tersimpan sampai sekarang di gudang-gudang pergaraman yang ada di Cirebon, Jawa Barat.

Ketua Koperasi Garam Inti Rakyat (GIR) Sari Bobos Amin Muhaimin menjelaskan, saat ini penjualan pihaknya masih bergantung pada kebutuhan pabrik. Sebab, perizinan untuk mendukung produksi garam kemasan tengah diurus. Salah satunya, ucapnya, izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Di samping itu, pihaknya juga mengaku membutuhkan pendampingan dari pemerintah agar garam kemasan yang diproduksi nantinya memiliki daya saing tinggi. Sehingga tidak kalah dengan garam-garam yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik besar. “Perizinan sedang diurus,” ujar Amin saat berdialog dengan Menteri Trenggono.

Sementara itu, Amin mengatakan, washing plant di Kecamatan Krangkeng merupakan bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong produktivitas garam lokal Indramayu. Adapun, kapasitas produksi washing plant diungkapkan Amin, mencapai 20 ton per hari. Sedangkan, garam yang dihasilkan nilainya mencapai Rp1.800 per kilogram.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb Haeru Rahayu bilang, para petambak setempat bisa mendapat keuntungan hingga Rp 600 per kilogram garam yang dihasilkan. Selain itu, garam yang dihasilkan juga dikatakan higienis karena prosesnya menggunakan sentuhan teknologi. [EFI]

]]> Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono mendorong koperasi petambak garam di Indramayu, Jawa Barat untuk meningkatkan daya jual produk yang dihasilkan. Salah satu caranya dengan menyiapkan garam dalam bentuk kemasan agar bisa langsung dijual ke pasar.

“Kalau perlu dikemas supaya bisa langsung dijual ke pasar, bukan hanya dijual ke pabrik,” kata Trenggono dalam keterangannya saat mengunjungi washing plant atau unit pengolahan garam di Kecamatan Krangkeng, Indramayu, Minggu (14/3).

KKP menyebut, produksi garam di Kabupaten Indramayu mencapai 361 ribu ton pada tahun lalu. Namun, penyerapan produksi tersebut dikatakan belum menyeluruh. Sebab, garam yang dihasilkan kelompok petambak hanya dijual ke pabrik-pabrik untuk diolah lagi menjadi garam kemasan.

Alhasil, ucap KKP, setiap tahun ada garam yang tersimpan di gudang sebab pabrik juga memiliki keterbatasan dalam melakukan pengolahan. Untuk produksi tahun lalu misalnya, sekitar 37.000 ton garam disebut masih tersimpan sampai sekarang di gudang-gudang pergaraman yang ada di Cirebon, Jawa Barat.

Ketua Koperasi Garam Inti Rakyat (GIR) Sari Bobos Amin Muhaimin menjelaskan, saat ini penjualan pihaknya masih bergantung pada kebutuhan pabrik. Sebab, perizinan untuk mendukung produksi garam kemasan tengah diurus. Salah satunya, ucapnya, izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Di samping itu, pihaknya juga mengaku membutuhkan pendampingan dari pemerintah agar garam kemasan yang diproduksi nantinya memiliki daya saing tinggi. Sehingga tidak kalah dengan garam-garam yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik besar. “Perizinan sedang diurus,” ujar Amin saat berdialog dengan Menteri Trenggono.

Sementara itu, Amin mengatakan, washing plant di Kecamatan Krangkeng merupakan bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong produktivitas garam lokal Indramayu. Adapun, kapasitas produksi washing plant diungkapkan Amin, mencapai 20 ton per hari. Sedangkan, garam yang dihasilkan nilainya mencapai Rp1.800 per kilogram.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb Haeru Rahayu bilang, para petambak setempat bisa mendapat keuntungan hingga Rp 600 per kilogram garam yang dihasilkan. Selain itu, garam yang dihasilkan juga dikatakan higienis karena prosesnya menggunakan sentuhan teknologi. [EFI]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories