Dibuka Naik Tipis, Rupiah Masih Belum Aman

Pagi ini nilai tukar rupiah dibuka Rp 14.110 per dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda naik tipis 0,05 persen dibandingkan penutupan kemarin, Rp 14.117 per dolar AS. 

Mayoritas mata uang di kawasan juga mengalami kenaikan terhadap dolar AS. Rupee India menguat 0,21 persen, yuan China naik 0,10 persen dan ringgit Malaysia menguat  0,12 persen.

Indeks dolar AS juga naik 0,14 persen menuju 90,487. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro melemah 0,19 persen ke level Rp 17.200, terhadap dolar Australia juga loyo 0,16 persen ke level Rp 11.197 dan terhadap yuan China melemah 0,23 persen ke level Rp 2.189.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, tekanan terhadap rupiah diprediksi masih akan terjadi di tengah kondisi data eksternal dan internal yang kurang mendukung. Hal itu mengakibatkan arus modal asing kembali keluar dari pasar finansial dalam negeri.

Dalam laporannya, ia menyebutkan, pergerakan nilai rupiah salah satunya dipengaruhi oleh terhambatnya pemulihan ekonomi di Indonesia akibat banjir yang terjadi pada kawasan Jabodetabek pekan lalu.

“Selain kerugian ekonomi dan terhambatnya aktivitas masyarakat, banjir juga berpotensi menimbulkan penyakit lain serta peningkatan risiko penularan virus Corona di berbagai tenda pengungsian,” ujarnya, Selasa (23/2).

Sementara itu, jumlah kasus Covid-19 dalam waktu 2 pekan turun lebih dari 30 persen. Namun, hal ini lebih diakibatkan oleh penurunan jumlah tes yang dilakukan. Tingkat kasus positif Covid-19 di dalam negeri juga masih berada di atas 25 persen, jauh dari ambang batas aman versi WHO yang dipatok di 5 persen.

Sementara lanjutan vaksinasi juga berjalan dengan lambat. Setelah 1 bulan berlangsung, jumlah dosis vaksin yang telah disuntikkan ke masyarakat baru 1 juta. Padahal, angka tersebut adalah target harian pemerintah jika ingin mencapai herd immunity dalam kurun waktu satu tahun.

Sementara itu, dari luar negeri, nilai dolar juga terus menguat seiring dengan naiknya imbal hasil (yield) US Treasury atau obligasi AS karena rilis data penjualan ritel yang kuat.

“Dengan kondisi data eksternal dan internal yang kurang mendukung, mengakibatkan arus modal asing kembali keluar dari pasar finansial dalam negeri, sehingga wajar kalau nilai rupiah kembali melemah,” katanya. [DWI]

]]> Pagi ini nilai tukar rupiah dibuka Rp 14.110 per dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda naik tipis 0,05 persen dibandingkan penutupan kemarin, Rp 14.117 per dolar AS. 

Mayoritas mata uang di kawasan juga mengalami kenaikan terhadap dolar AS. Rupee India menguat 0,21 persen, yuan China naik 0,10 persen dan ringgit Malaysia menguat  0,12 persen.

Indeks dolar AS juga naik 0,14 persen menuju 90,487. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro melemah 0,19 persen ke level Rp 17.200, terhadap dolar Australia juga loyo 0,16 persen ke level Rp 11.197 dan terhadap yuan China melemah 0,23 persen ke level Rp 2.189.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, tekanan terhadap rupiah diprediksi masih akan terjadi di tengah kondisi data eksternal dan internal yang kurang mendukung. Hal itu mengakibatkan arus modal asing kembali keluar dari pasar finansial dalam negeri.

Dalam laporannya, ia menyebutkan, pergerakan nilai rupiah salah satunya dipengaruhi oleh terhambatnya pemulihan ekonomi di Indonesia akibat banjir yang terjadi pada kawasan Jabodetabek pekan lalu.

“Selain kerugian ekonomi dan terhambatnya aktivitas masyarakat, banjir juga berpotensi menimbulkan penyakit lain serta peningkatan risiko penularan virus Corona di berbagai tenda pengungsian,” ujarnya, Selasa (23/2).

Sementara itu, jumlah kasus Covid-19 dalam waktu 2 pekan turun lebih dari 30 persen. Namun, hal ini lebih diakibatkan oleh penurunan jumlah tes yang dilakukan. Tingkat kasus positif Covid-19 di dalam negeri juga masih berada di atas 25 persen, jauh dari ambang batas aman versi WHO yang dipatok di 5 persen.

Sementara lanjutan vaksinasi juga berjalan dengan lambat. Setelah 1 bulan berlangsung, jumlah dosis vaksin yang telah disuntikkan ke masyarakat baru 1 juta. Padahal, angka tersebut adalah target harian pemerintah jika ingin mencapai herd immunity dalam kurun waktu satu tahun.

Sementara itu, dari luar negeri, nilai dolar juga terus menguat seiring dengan naiknya imbal hasil (yield) US Treasury atau obligasi AS karena rilis data penjualan ritel yang kuat.

“Dengan kondisi data eksternal dan internal yang kurang mendukung, mengakibatkan arus modal asing kembali keluar dari pasar finansial dalam negeri, sehingga wajar kalau nilai rupiah kembali melemah,” katanya. [DWI]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories