Demi Bisa Divaksin Covid, Nenek AS 90 Tahun Ini Rela Jalan Kaki Melintas Salju Sejauh 9,67 Km

Fran Goldman sangat menginspirasi warga AS di tengah situasi pandemi Covid-19. Betapa tidak, lansia 90 tahun ini rela berjalan kaki sejauh 9,67 km, melintasi salju di Seattle, demi mendapat suntikan dosis pertama vaksin Covid.

“Rahasianya adalah kombinasi gen yang baik dan komitmen untuk berolahraga secara rutin. Dia biasa jalan kaki 4,83 km setiap hari,” kata putri Fran Goldman, Ruth Goldman kepada USA Today, Kamis (18/2).

“Fran selalu berupaya makan sehat, serta menjaga fisik dan mentalnya agar tetap sehat. Dia selalu tertarik mempelajari hal-hal baru,” sambungnya.

Sebelum pandemi Covid, Fran aktif mengikuti kelas Sejarah China, yang sampai saat ini tetap dijalaninya secara virtual. “Dia lebih sehat dari saya dan tiga saudara kandung saya,” ujar Ruth (55), putri bungsu Fran yang saat ini tinggal di Buffalo, AS.

Ruth mengungkap, pekan ini, ibunya kewalahan menerima pesan dan panggilan telepon dari warga  Amerika di seluruh negeri, yang terinspirasi tekad kuatnya mendapatkan vaksin Covid.

Selama sebulan terakhir, Fran aktif mengecek informasi vaksin Covid secara online, beberapa kali sehari. Dia mengontak berbagai nomor telepon. Fran bahkan langsung mendatangi apotek, untuk melihat apakah mereka memiliki daftar tunggu untuk calon penerima vaksin Covid. Hingga akhirnya, Ruth berjodoh dengan Seattle Children’s Hospital dan dijadwalkan vaksin pada Minggu (14/2).

“Itu bukan pekerjaan gampang. Fran beruntung karena dia tangguh dan telaten mengecek via internet. Banyak orang seumuran Fran, atau bahkan lebih muda, gagap teknologi. Atau bahkan tak punya gadget dan akses Wifi untuk menjelajahi internet,” tutur Ruth.

Pada 12-13 Februari kemarin, Seattle berada di periode paling bersalju. Hawa di luar sangat dingin. Namun, itu tak membikin ciut semangat Fran, untuk divaksin. Dia terus memeriksa situs Seattle Children’s Hospital, untuk memastikan apakah mereka menjadwalkan ulang janji, mengingat banyak lokasi vaksinasi lainnya ditutup karena badai.

“Karena mendapatkan jadwal vaksinasinya saja tidak gampang, Fran tak mau impiannya mendapat suntikan pertama vaksin Covid terhalang cuaca buruk,” kata Ruth.

“Sadar tak bisa mengemudi dan mobil tidak bisa melewati jalan masuk yang sangat curam, Fran berpikir untuk berjalan kaki,” lanjutnya.

 

Sabtu (13/2), Fran latihan berjalan demi memastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Seattle Children’s Hospital dengan berjalan kaki, yang mencakup sebagian perjalanan.

Fran bangun pagi-pagi sekali. Dengan tubuh yang terbungkus berlapis-lapis pakaian, Fran meraih tongkatnya dan berangkat. “Butuh waktu sekitar satu jam sekali jalan. Sudah ada jejak yang bagus di jalan setapak. Dia melanjutkan dengan hati-hati,” kata Ruth.

Fran telat 5 menit tiba di Seattle Children’s Hospital. Setelah disuntik vaksin, Fran menunggu 15 menit untuk sesi monitor, sebelum melakukan perjalanan pulang.

Bagi Fran, vaksin adalah harapan. “Dia ingin bisa memeluk cicitnya, dan bisa mendekati kehidupan normal. Fran paham, itu tidak akan sama dengan kondisi sebelum pandemi. Tapi setidaknya, dia bisa mengurangi risiko kena Covid parah. Dia tetap akan terus mengenakan masker dan menjalani protokol kesehatan,” papar Ruth. [HES]

 

]]> Fran Goldman sangat menginspirasi warga AS di tengah situasi pandemi Covid-19. Betapa tidak, lansia 90 tahun ini rela berjalan kaki sejauh 9,67 km, melintasi salju di Seattle, demi mendapat suntikan dosis pertama vaksin Covid.

“Rahasianya adalah kombinasi gen yang baik dan komitmen untuk berolahraga secara rutin. Dia biasa jalan kaki 4,83 km setiap hari,” kata putri Fran Goldman, Ruth Goldman kepada USA Today, Kamis (18/2).

“Fran selalu berupaya makan sehat, serta menjaga fisik dan mentalnya agar tetap sehat. Dia selalu tertarik mempelajari hal-hal baru,” sambungnya.

Sebelum pandemi Covid, Fran aktif mengikuti kelas Sejarah China, yang sampai saat ini tetap dijalaninya secara virtual. “Dia lebih sehat dari saya dan tiga saudara kandung saya,” ujar Ruth (55), putri bungsu Fran yang saat ini tinggal di Buffalo, AS.

Ruth mengungkap, pekan ini, ibunya kewalahan menerima pesan dan panggilan telepon dari warga  Amerika di seluruh negeri, yang terinspirasi tekad kuatnya mendapatkan vaksin Covid.

Selama sebulan terakhir, Fran aktif mengecek informasi vaksin Covid secara online, beberapa kali sehari. Dia mengontak berbagai nomor telepon. Fran bahkan langsung mendatangi apotek, untuk melihat apakah mereka memiliki daftar tunggu untuk calon penerima vaksin Covid. Hingga akhirnya, Ruth berjodoh dengan Seattle Children’s Hospital dan dijadwalkan vaksin pada Minggu (14/2).

“Itu bukan pekerjaan gampang. Fran beruntung karena dia tangguh dan telaten mengecek via internet. Banyak orang seumuran Fran, atau bahkan lebih muda, gagap teknologi. Atau bahkan tak punya gadget dan akses Wifi untuk menjelajahi internet,” tutur Ruth.

Pada 12-13 Februari kemarin, Seattle berada di periode paling bersalju. Hawa di luar sangat dingin. Namun, itu tak membikin ciut semangat Fran, untuk divaksin. Dia terus memeriksa situs Seattle Children’s Hospital, untuk memastikan apakah mereka menjadwalkan ulang janji, mengingat banyak lokasi vaksinasi lainnya ditutup karena badai.

“Karena mendapatkan jadwal vaksinasinya saja tidak gampang, Fran tak mau impiannya mendapat suntikan pertama vaksin Covid terhalang cuaca buruk,” kata Ruth.

“Sadar tak bisa mengemudi dan mobil tidak bisa melewati jalan masuk yang sangat curam, Fran berpikir untuk berjalan kaki,” lanjutnya.

 

Sabtu (13/2), Fran latihan berjalan demi memastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Seattle Children’s Hospital dengan berjalan kaki, yang mencakup sebagian perjalanan.

Fran bangun pagi-pagi sekali. Dengan tubuh yang terbungkus berlapis-lapis pakaian, Fran meraih tongkatnya dan berangkat. “Butuh waktu sekitar satu jam sekali jalan. Sudah ada jejak yang bagus di jalan setapak. Dia melanjutkan dengan hati-hati,” kata Ruth.

Fran telat 5 menit tiba di Seattle Children’s Hospital. Setelah disuntik vaksin, Fran menunggu 15 menit untuk sesi monitor, sebelum melakukan perjalanan pulang.

Bagi Fran, vaksin adalah harapan. “Dia ingin bisa memeluk cicitnya, dan bisa mendekati kehidupan normal. Fran paham, itu tidak akan sama dengan kondisi sebelum pandemi. Tapi setidaknya, dia bisa mengurangi risiko kena Covid parah. Dia tetap akan terus mengenakan masker dan menjalani protokol kesehatan,” papar Ruth. [HES]

 
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories