“Datang Ke Saya, Saya Tunjukin Ke Mukanya” Luhut Nantang, Ayo Siapa Berani Lawan

Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Luhut Binsar Pandjaitan, jengkel dengan pihak-pihak yang mengkritik penanganan Corona yang dilakukan Pemerintah. Jenderal TNI purnawirawan ini pun menantang para pengkritik itu untuk datang kepadanya. “Saya tunjukin ke mukanya,” kata Luhut. Ayo siapa yang berani melawan tantangan Luhut?

Tantangan itu disampaikan Luhut dalam konferensi pers usai Rapat Kabinet Terbatas (Ratas) dengan Presiden Jokowi, secara virtual, kemarin. Ratas itu dihadiri juga oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Di awal konferensi pers, nada bicara Luhut masih santai. Menko Kemaritiman dan Investasi ini, menyampaikan bahwa dirinya baru saja melaporkan sejumlah perkembangan PPKM Darurat hingga Minggu (11/7) kepada Jokowi. Antara lain adanya penurunan mobilitas masyarakat di Pulau Jawa dan Bali hingga 10-15 persen dari target 20 persen lebih. Penurunan ini terlihat dari hasil pantauan menggunakan Google Traffic, Facebook Mobility, hingga Indeks Cahaya Malam NASA.

“Implementasi di lapangan kami lihat semakin baik,” klaim Luhut.

Dengan penurunan mobilitas masyarakat itu, ia berharap, kasus harian Corona turun di bawah 30 ribuan. Namun, pada kenyataannya, ia mengakui kasus positif harian dalam 3 hari terakhir masih di atas 30 ribu lebih.

Luhut juga melaporkan tambahan stok vaksin, oksigen, obat-obatan, penambahan kapasitas rumah sakit. Dengan sejumlah capaian itu, ia optimis, dalam 4 sampai 5 hari ke depan, kondisinya akan membaik.

Setelah itu, nada bicara Luhut mulai meninggi. Terutama saat menyinggung orang yang menuding kasus Corona saat ini tak terkendali. “Yang bicara tidak terkendali itu bisa datang ke saya. Nanti saya tunjukin ke mukanya, kalau semua terkendali,” tantangnya.

Ia mengakui, saat ini memang ada banyak masalah dalam penanganan Corona. Tapi, Luhut memastikan, tim yang dikomandoinya, kompak. Dengan tim yang kompak itu, Luhut optimis kasus Corona bisa terkendali. “Semua kami putuskan secara terintegrasi,” tegasnya.

Pegiat LaporCovid-19 lewat akun Twitter resminya @laporcovid adalah salah satu pihak yang menyentil kata “terkendali” dalam penanganan pandemi Covid-19. Mereka meminta pemerintah menyetop pencitraan. Sebab, yang dilaporkan Pemerintah banyak kontradiksi dengan kondisi riil di lapangan.

“Dear pemerintah, penanganan #Covid19 itu terkendali atau terkendala? @jokowi @airlangga_hrt @BudiGSadikin @BNPB_Indonesia @KemenkesRI @lawancovid19_id,” cuit akun Twitter resmi @LaporCovid, Sabtu (10/7).

 

Apakah 4 sampai 5 hari ke depan kasus Corona bisa turun? Ahli epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai, sulit. Khususnya di Jawa dan Bali.

“Kalau melihat data, sulit. Harus realistis saja. Karena bicara test positivity rate saja masih jauh di atas 10 persen. Namanya terkendali itu kan jika test positivity rate-nya paling tinggi 5 persen,” kata Dicky, dalam obrolan dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.

Jika menilik data Satgas Penanganan Covid-19, test positivity rate versi PCR yang dilaporkan pada Senin (12/7) masih di angka 44,21 persen. Jika test positivity rate menggunakan alat tes gabungan, yang terdiri dari swab PCR, Antigen, dan TCM adalah 32,78 persen. “Secara ilmiah, nggak mungkin bisa kurang dalam waktu kurang dari seminggu,” terangnya.

Beda kasus, jika pemerintah mengambil kebijakan lockdown. Belajar dari pengalaman negara lain, ada penurunan kasus secara drastis dalam satu minggu. Apalagi, ungkap Dicky, angka reproduksi Covid masih di kisaran 1,4.

Kendati demikian, ia tidak menafikan ada perbaikan atau kemajuan yang dicapai dari PPKM Darurat, meskipun belum signifikan. Ia tidak menyalahkan sikap optimis pemerintah. Namun, ia menyarankan agar tetap realistis dan dibarengi data riil di lapangan.

“Dari Januari, di Rakyat Merdeka, saya sudah sampaikan bahwa 6 bulan ke depan kita akan kritis lagi. Lalu, 2 bulan lagi saya ingatkan lagi. Data saya terbukti sekarang,” tandas kandidat PhD Global Health Security CEPH Griffith University, Australia ini.

Sementara, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera meminta Luhut tidak emosional dalam merespons setiap kritikan yang ditujukan kepada pemerintah. “Semua harus fokus mengendalikan pandemi. Bukan saling tuding dan saling marah,” kata Mardani, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Ia berharap, Pemerintah terbuka atas masukan dari siapa pun. Pemerintah juga perlu menjelaskan jika ada yang perlu. “Angka Covid kita kian tinggi, rumah sakit penuh, harga obat naik, oksigen susah didapat. Wajar jika ada yang berpendapat pemerintah gagal menangani pandemi. Bahwa ada kerjanya iya, wong ada anggaran dan ada petugas. Tapi, hasil masih jauh dari harapan,” pungkasnya. [SAR]

]]> Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Luhut Binsar Pandjaitan, jengkel dengan pihak-pihak yang mengkritik penanganan Corona yang dilakukan Pemerintah. Jenderal TNI purnawirawan ini pun menantang para pengkritik itu untuk datang kepadanya. “Saya tunjukin ke mukanya,” kata Luhut. Ayo siapa yang berani melawan tantangan Luhut?
Tantangan itu disampaikan Luhut dalam konferensi pers usai Rapat Kabinet Terbatas (Ratas) dengan Presiden Jokowi, secara virtual, kemarin. Ratas itu dihadiri juga oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Di awal konferensi pers, nada bicara Luhut masih santai. Menko Kemaritiman dan Investasi ini, menyampaikan bahwa dirinya baru saja melaporkan sejumlah perkembangan PPKM Darurat hingga Minggu (11/7) kepada Jokowi. Antara lain adanya penurunan mobilitas masyarakat di Pulau Jawa dan Bali hingga 10-15 persen dari target 20 persen lebih. Penurunan ini terlihat dari hasil pantauan menggunakan Google Traffic, Facebook Mobility, hingga Indeks Cahaya Malam NASA.
“Implementasi di lapangan kami lihat semakin baik,” klaim Luhut.
Dengan penurunan mobilitas masyarakat itu, ia berharap, kasus harian Corona turun di bawah 30 ribuan. Namun, pada kenyataannya, ia mengakui kasus positif harian dalam 3 hari terakhir masih di atas 30 ribu lebih.
Luhut juga melaporkan tambahan stok vaksin, oksigen, obat-obatan, penambahan kapasitas rumah sakit. Dengan sejumlah capaian itu, ia optimis, dalam 4 sampai 5 hari ke depan, kondisinya akan membaik.
Setelah itu, nada bicara Luhut mulai meninggi. Terutama saat menyinggung orang yang menuding kasus Corona saat ini tak terkendali. “Yang bicara tidak terkendali itu bisa datang ke saya. Nanti saya tunjukin ke mukanya, kalau semua terkendali,” tantangnya.
Ia mengakui, saat ini memang ada banyak masalah dalam penanganan Corona. Tapi, Luhut memastikan, tim yang dikomandoinya, kompak. Dengan tim yang kompak itu, Luhut optimis kasus Corona bisa terkendali. “Semua kami putuskan secara terintegrasi,” tegasnya.
Pegiat LaporCovid-19 lewat akun Twitter resminya @laporcovid adalah salah satu pihak yang menyentil kata “terkendali” dalam penanganan pandemi Covid-19. Mereka meminta pemerintah menyetop pencitraan. Sebab, yang dilaporkan Pemerintah banyak kontradiksi dengan kondisi riil di lapangan.
“Dear pemerintah, penanganan #Covid19 itu terkendali atau terkendala? @jokowi @airlangga_hrt @BudiGSadikin @BNPB_Indonesia @KemenkesRI @lawancovid19_id,” cuit akun Twitter resmi @LaporCovid, Sabtu (10/7).

 

Apakah 4 sampai 5 hari ke depan kasus Corona bisa turun? Ahli epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai, sulit. Khususnya di Jawa dan Bali.
“Kalau melihat data, sulit. Harus realistis saja. Karena bicara test positivity rate saja masih jauh di atas 10 persen. Namanya terkendali itu kan jika test positivity rate-nya paling tinggi 5 persen,” kata Dicky, dalam obrolan dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.
Jika menilik data Satgas Penanganan Covid-19, test positivity rate versi PCR yang dilaporkan pada Senin (12/7) masih di angka 44,21 persen. Jika test positivity rate menggunakan alat tes gabungan, yang terdiri dari swab PCR, Antigen, dan TCM adalah 32,78 persen. “Secara ilmiah, nggak mungkin bisa kurang dalam waktu kurang dari seminggu,” terangnya.
Beda kasus, jika pemerintah mengambil kebijakan lockdown. Belajar dari pengalaman negara lain, ada penurunan kasus secara drastis dalam satu minggu. Apalagi, ungkap Dicky, angka reproduksi Covid masih di kisaran 1,4.
Kendati demikian, ia tidak menafikan ada perbaikan atau kemajuan yang dicapai dari PPKM Darurat, meskipun belum signifikan. Ia tidak menyalahkan sikap optimis pemerintah. Namun, ia menyarankan agar tetap realistis dan dibarengi data riil di lapangan.

“Dari Januari, di Rakyat Merdeka, saya sudah sampaikan bahwa 6 bulan ke depan kita akan kritis lagi. Lalu, 2 bulan lagi saya ingatkan lagi. Data saya terbukti sekarang,” tandas kandidat PhD Global Health Security CEPH Griffith University, Australia ini.
Sementara, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera meminta Luhut tidak emosional dalam merespons setiap kritikan yang ditujukan kepada pemerintah. “Semua harus fokus mengendalikan pandemi. Bukan saling tuding dan saling marah,” kata Mardani, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.
Ia berharap, Pemerintah terbuka atas masukan dari siapa pun. Pemerintah juga perlu menjelaskan jika ada yang perlu. “Angka Covid kita kian tinggi, rumah sakit penuh, harga obat naik, oksigen susah didapat. Wajar jika ada yang berpendapat pemerintah gagal menangani pandemi. Bahwa ada kerjanya iya, wong ada anggaran dan ada petugas. Tapi, hasil masih jauh dari harapan,” pungkasnya. [SAR]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories