Corona Menurun Jokowi: Awalnya Saya Marah… S ekarang Sih Senyum-senyum
Penanganan Corona di tanah air selama dua pekan terakhir, mulai menunjukkan hasil memuaskan. Strategi pemerintah mengubah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi PPKM mikro cukup efektif. Penambahan kasus positif Corona tidak separah seperti di bulan Januari. Presiden Jokowi yang awalnya marah-marah pun sekarang sudah bisa senyum-senyum.
Lonjakan kasus Corona sepanjang tahun 2020, membuat pemerintah membuat strategi baru memerangi Corona. Bila sebelumnya dipakai istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Jokowi membuat kebijakan baru berupa PPKM untuk Pulau Jawa dan Bali pada awal Tahun Baru 2021.
Namun, dua pekan PPKM diterapkan, lonjakan kasus Corona makin menggila. Hampir setiap hari, penambahan angka kasus positif berada di kisaran 10 sampai 15 ribu kasus. Hasil ini membuat Jokowi sempat meluapkan kemarahannya terhadap perkembangan kasus Corona pada rapat terbatas di Istana Negara, akhir Januari lalu.
Saat berbincang dengan pemimpin media massa di Istana Negara, Rabu (17/2), sikap Jokowi sudah berubah. Eks Gubernur DKI ini pamer keberhasilan PPKM skala mikro yang telah berjalan hampir 3 pekan ini.
“Awalnya saya memang marah, laporan yang saya terima, angka aktif tidak turun-turun. Makanya saya bilang PPKM itu tidak efektif. Sekarang, dengan PPKM mikro, hasilnya sudah mulai terlihat setiap minggunya,” kata Jokowi sambil tersenyum.
Dengan penerapan PPKM skala mikro, penanganan kasus Corona akan dikejar hingga ke tingkat RT/RW. Menurutnya, ini penting dalam memetakan penyebaran Corona terkait penerapan tracing.
“Kita ingin datanya sampe RT atau RW. Sekarang, kita kan baru sampe kecamatan. Perkiraan mungkin sebulan atau dua bulan ketemu sampe RT/RW,” ungkap eks Wali Kota Solo ini.
Berdasarkan data yang diperoleh, Jokowi sudah memanggil lima provinsi dari ranking paling atas dan bawah. Sebab, ranking ini akan menjadi salah satu pertimbangan untuk melakukan vaksinasi. “Akan kita kepung terlebih dahulu agar tercapai herd immunity,” cetusnya.
Terkait testing dan tracing, Presiden RI ke-7 itu mengakui, upaya itu belum merata di setiap provinsi. Hanya beberapa provinsi seperti DKI, upaya testing sudah jauh di atas standard WHO, sementara ada daerah yang belum.
Untuk diketahui, angka penambahan kasus seminggu terakhir memang di berkisar di angka 9 ribu. Contohnya kemarin, penambahan hanya 8.054 kasus. Hanya Jumat (19/2) dan Selasa (16/2) yang penambahannya masing-masing 10.614 dan 10.029 kasus. Kamis (18/2) hanya 9.039 dan Rabu (17/2) 9.687 kasus. Senin dan Minggu sebelumnya bahkan hanya terjadi 6.462 dan 6.765 penambahan kasus baru.
Karena progresnya yang baik, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCP-PEN), Airlangga Hartarto memutuskan memperpanjang PPKM skala mikro untuk 2 minggu ke depan. “23 Februari sampai 8 Maret 2021,” kata Airlangga, Sabtu (20/2).
Menko Perekonomian ini optimis, perpanjangan PPKM skala mikro bakal makin menekan angka lonjakan Corona. Bahkan, 7 provinsi sudah mempersiapkan posko-posko untuk penanganan Corona.
Menanggapi hal itu, epidemiolog Griffith Universiy Australia, Dicky Budiman berpesan soal potensi jebakan PPKM. Mengingat kebijakan tersebut tidak didukung upaya yang bersifat vital, seperti 3T ; testing, tracing, dan treatment. Hal seperti ini justru akan membuat pandemi lama dikalahkan.
Dicky berharap pemerintah mengevaluasi kebijakan tersebut, tentunya dibarengi dengan sains. Dia mencontohkan penurunan kasus belakangan ini. “Saya tidak melihat karena yang menjadi data saat ini adalah angka kematian jika tinggi. Kalau angka kematian tinggi, kasus itu meningkat. Testing juga menurun,” jelas dia.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengkui jumlah kasus harian virus Corona pekan ini turun drastis. Angkanya menyentuh 25 persen dibanding minggu sebelumnya. Hanya saja, penurunan jumlah kasus tersebut dikarenakan rendahnya angka testing.
“Ada beberapa hal yang berkontribusi dalam penurunan kasus, salah satunya juga adalah penurunan testing mingguan. Di minggu ini terjadi penurunan jumlah testing yang cukup drastis,” ungkap Wiku. [MEN]
]]> Penanganan Corona di tanah air selama dua pekan terakhir, mulai menunjukkan hasil memuaskan. Strategi pemerintah mengubah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi PPKM mikro cukup efektif. Penambahan kasus positif Corona tidak separah seperti di bulan Januari. Presiden Jokowi yang awalnya marah-marah pun sekarang sudah bisa senyum-senyum.
Lonjakan kasus Corona sepanjang tahun 2020, membuat pemerintah membuat strategi baru memerangi Corona. Bila sebelumnya dipakai istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Jokowi membuat kebijakan baru berupa PPKM untuk Pulau Jawa dan Bali pada awal Tahun Baru 2021.
Namun, dua pekan PPKM diterapkan, lonjakan kasus Corona makin menggila. Hampir setiap hari, penambahan angka kasus positif berada di kisaran 10 sampai 15 ribu kasus. Hasil ini membuat Jokowi sempat meluapkan kemarahannya terhadap perkembangan kasus Corona pada rapat terbatas di Istana Negara, akhir Januari lalu.
Saat berbincang dengan pemimpin media massa di Istana Negara, Rabu (17/2), sikap Jokowi sudah berubah. Eks Gubernur DKI ini pamer keberhasilan PPKM skala mikro yang telah berjalan hampir 3 pekan ini.
“Awalnya saya memang marah, laporan yang saya terima, angka aktif tidak turun-turun. Makanya saya bilang PPKM itu tidak efektif. Sekarang, dengan PPKM mikro, hasilnya sudah mulai terlihat setiap minggunya,” kata Jokowi sambil tersenyum.
Dengan penerapan PPKM skala mikro, penanganan kasus Corona akan dikejar hingga ke tingkat RT/RW. Menurutnya, ini penting dalam memetakan penyebaran Corona terkait penerapan tracing.
“Kita ingin datanya sampe RT atau RW. Sekarang, kita kan baru sampe kecamatan. Perkiraan mungkin sebulan atau dua bulan ketemu sampe RT/RW,” ungkap eks Wali Kota Solo ini.
Berdasarkan data yang diperoleh, Jokowi sudah memanggil lima provinsi dari ranking paling atas dan bawah. Sebab, ranking ini akan menjadi salah satu pertimbangan untuk melakukan vaksinasi. “Akan kita kepung terlebih dahulu agar tercapai herd immunity,” cetusnya.
Terkait testing dan tracing, Presiden RI ke-7 itu mengakui, upaya itu belum merata di setiap provinsi. Hanya beberapa provinsi seperti DKI, upaya testing sudah jauh di atas standard WHO, sementara ada daerah yang belum.
Untuk diketahui, angka penambahan kasus seminggu terakhir memang di berkisar di angka 9 ribu. Contohnya kemarin, penambahan hanya 8.054 kasus. Hanya Jumat (19/2) dan Selasa (16/2) yang penambahannya masing-masing 10.614 dan 10.029 kasus. Kamis (18/2) hanya 9.039 dan Rabu (17/2) 9.687 kasus. Senin dan Minggu sebelumnya bahkan hanya terjadi 6.462 dan 6.765 penambahan kasus baru.
Karena progresnya yang baik, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCP-PEN), Airlangga Hartarto memutuskan memperpanjang PPKM skala mikro untuk 2 minggu ke depan. “23 Februari sampai 8 Maret 2021,” kata Airlangga, Sabtu (20/2).
Menko Perekonomian ini optimis, perpanjangan PPKM skala mikro bakal makin menekan angka lonjakan Corona. Bahkan, 7 provinsi sudah mempersiapkan posko-posko untuk penanganan Corona.
Menanggapi hal itu, epidemiolog Griffith Universiy Australia, Dicky Budiman berpesan soal potensi jebakan PPKM. Mengingat kebijakan tersebut tidak didukung upaya yang bersifat vital, seperti 3T ; testing, tracing, dan treatment. Hal seperti ini justru akan membuat pandemi lama dikalahkan.
Dicky berharap pemerintah mengevaluasi kebijakan tersebut, tentunya dibarengi dengan sains. Dia mencontohkan penurunan kasus belakangan ini. “Saya tidak melihat karena yang menjadi data saat ini adalah angka kematian jika tinggi. Kalau angka kematian tinggi, kasus itu meningkat. Testing juga menurun,” jelas dia.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengkui jumlah kasus harian virus Corona pekan ini turun drastis. Angkanya menyentuh 25 persen dibanding minggu sebelumnya. Hanya saja, penurunan jumlah kasus tersebut dikarenakan rendahnya angka testing.
“Ada beberapa hal yang berkontribusi dalam penurunan kasus, salah satunya juga adalah penurunan testing mingguan. Di minggu ini terjadi penurunan jumlah testing yang cukup drastis,” ungkap Wiku. [MEN]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .