Corona Beres 10 Tahun? Aduh Mana Bisa Tahan .
Perusahaan media multinasional, Bloomberg, memprediksi pandemi Corona (Covid-19) di dunia baru beres 7 tahun. Sedangkan, di Indonesia butuh waktu 10 tahun. Aduh mana bisa tahan rakyat dan rumah sakit kalau selama itu.
Bloomberg mengkalkulasinya meng gunakan rumus dosis vaksin per hari dibagi total populasi. Metode hitungan Bloomberg sebenarnya sangat sederhana. Mereka menyimpulkan pandemi dapat berakhir jika sedikitnya, 75 persen dari total populasi di suatu negara sudah divaksin Covid-19. Sehingga kekebalan komunal (herd immunity) bisa segera tercapai.
Setidaknya, ada 10 negara yang masuk dalam grafik Bloomberg yang dikutip oleh The Straits Times. Urutan pertama, ada Israel yang dianggap paling cepat menyelesaikan pandemi, yakni 2 bulan. Apa sebabnya? Karena Yahudi itu mampu menyuntikkan 135.778 dosis vaksin per hari dan populasinya tidak begitu banyak.
Amerika Serikat diprediksi mampu keluar dari pandemi dalam waktu 11 bulan. Hal itu karena Negeri Paman Sam dapat memberikan vaksin hampir 1,4 juta dosis per hari. Sementara China butuh waktu 5,5 tahun. Sebagai produsen vaksin, negeri tirai bambu hanya mampu menyuntikkan 1 juta dosis per harinya.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Dalam grafik tersebut, Indonesia tergabung bersama India dan Rusia. Ketiga negara ini diprediksi mampu mengatasi pandemi lebih dari 10 tahun. Kenapa demikian? Karena Indonesia hanya mampu menyuntikkan sekitar 60.433 dosis vaksin dalam sehari. Sedangkan populasi penduduknya berdasarkan Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlahnya mencapai 270.203.911 jiwa.
Bagaimana tanggapan Satgas Covid-19? Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito tidak sepakat dengan metode penghitungan tersebut. Menurutnya, semua upaya yang dilakukan Satgas Penanganan Covid-19 dapat mempengaruhi kecepatan Indonesia mengatasi pandemi. “Bloomberg kan nggak tahu kondisi Indonesia,” tegasnya, saat dihubungi, tadi malam.
Hal senada dikatakan Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi. Menurut dia, Kemenkes sudah membuat kalender vaksinasi terhadap 181,5 juta penduduk Indonesia. Ada dua gelombang vaksinasi. Pertama, Januari-April 2021. Adapun yang mendapat suntikkan vaksin: 1,3 juta tenaga kesehatan, 17,4 juta petugas publik, dan 21,5 juta lansia.
Kedua, April 2021 sampai Maret 2022. Dalam periode ini, 63,9 juta masyarakat rentan (yang tinggal di daerah dengan risiko penularan tinggi) dan 77,4 juta masyarakat lainnya mendapat giliran divaksin. “Kita pakai jadwal ini ya. Paling lama 15 bulan, sesuai arahan Pak Presiden diakselerasi 12 bulan,” terang wanita yang juga Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, ini.
“Kita memiliki 30 ribu vaksinator, yang ada di kurang lebih 10 ribu puskesmas kita, maupun di 3.500 rumah sakit kita. Kita harapkan sehari paling tidak bisa 900 sampai 1 juta yang bisa divaksin,” ucap Siti.
Sementara itu, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban menjelaskan, vaksin penting untuk mengakhiri pandemi. Pasalnya, vaksin dapat menjadikan Co¬rona-layaknya¬flu¬musiman.¬ Artinya,¬ vaksin membuat masyarakat memiliki kekebalan tubuh. “Yang jadi diskursus seharusnya bukan melulu vaksin membentuk herd immunity. Itu belakangan. Yang krusial adalah vaksin mencegah orang tidak sakit parah hingga butuh perawatan di rumah sakit,” terang Zubairi.
Menurut dia, Indonesia beruntung karena mendapat banyak stok vaksin dari Sinovac. Sebab, negara-negara di Eropa justru kebingungan dan terkesan panik, karena terlambat memesan vaksin. Terbaru, otoritas di Benua Biru malah menyalahkan AstraZeneca, lantaran persediaannya tertunda. Negara barat bahkan memberikan acungan jempol kepada negara-negara di Asia, termasuk Indonesia lantaran sigap dalam hal vaksin.
Bahkan kata Zubairi, ada opini di The New York Times yang menyebut inilah saatnya mempercayai vaksin dari China dan Rusia. Sebab, vaksin dari kedua negara ini bekerja dengan baik. Sementara, sampai kemarin saja, total kasus Corona di Indonesia mencapai 1.147.010. Kasus aktifnya 176.433 pasien dengan angka kematian yang tembus 31.393 jiwa. [MEN]
]]> .
Perusahaan media multinasional, Bloomberg, memprediksi pandemi Corona (Covid-19) di dunia baru beres 7 tahun. Sedangkan, di Indonesia butuh waktu 10 tahun. Aduh mana bisa tahan rakyat dan rumah sakit kalau selama itu.
Bloomberg mengkalkulasinya meng gunakan rumus dosis vaksin per hari dibagi total populasi. Metode hitungan Bloomberg sebenarnya sangat sederhana. Mereka menyimpulkan pandemi dapat berakhir jika sedikitnya, 75 persen dari total populasi di suatu negara sudah divaksin Covid-19. Sehingga kekebalan komunal (herd immunity) bisa segera tercapai.
Setidaknya, ada 10 negara yang masuk dalam grafik Bloomberg yang dikutip oleh The Straits Times. Urutan pertama, ada Israel yang dianggap paling cepat menyelesaikan pandemi, yakni 2 bulan. Apa sebabnya? Karena Yahudi itu mampu menyuntikkan 135.778 dosis vaksin per hari dan populasinya tidak begitu banyak.
Amerika Serikat diprediksi mampu keluar dari pandemi dalam waktu 11 bulan. Hal itu karena Negeri Paman Sam dapat memberikan vaksin hampir 1,4 juta dosis per hari. Sementara China butuh waktu 5,5 tahun. Sebagai produsen vaksin, negeri tirai bambu hanya mampu menyuntikkan 1 juta dosis per harinya.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Dalam grafik tersebut, Indonesia tergabung bersama India dan Rusia. Ketiga negara ini diprediksi mampu mengatasi pandemi lebih dari 10 tahun. Kenapa demikian? Karena Indonesia hanya mampu menyuntikkan sekitar 60.433 dosis vaksin dalam sehari. Sedangkan populasi penduduknya berdasarkan Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlahnya mencapai 270.203.911 jiwa.
Bagaimana tanggapan Satgas Covid-19? Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito tidak sepakat dengan metode penghitungan tersebut. Menurutnya, semua upaya yang dilakukan Satgas Penanganan Covid-19 dapat mempengaruhi kecepatan Indonesia mengatasi pandemi. “Bloomberg kan nggak tahu kondisi Indonesia,” tegasnya, saat dihubungi, tadi malam.
Hal senada dikatakan Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi. Menurut dia, Kemenkes sudah membuat kalender vaksinasi terhadap 181,5 juta penduduk Indonesia. Ada dua gelombang vaksinasi. Pertama, Januari-April 2021. Adapun yang mendapat suntikkan vaksin: 1,3 juta tenaga kesehatan, 17,4 juta petugas publik, dan 21,5 juta lansia.
Kedua, April 2021 sampai Maret 2022. Dalam periode ini, 63,9 juta masyarakat rentan (yang tinggal di daerah dengan risiko penularan tinggi) dan 77,4 juta masyarakat lainnya mendapat giliran divaksin. “Kita pakai jadwal ini ya. Paling lama 15 bulan, sesuai arahan Pak Presiden diakselerasi 12 bulan,” terang wanita yang juga Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, ini.
“Kita memiliki 30 ribu vaksinator, yang ada di kurang lebih 10 ribu puskesmas kita, maupun di 3.500 rumah sakit kita. Kita harapkan sehari paling tidak bisa 900 sampai 1 juta yang bisa divaksin,” ucap Siti.
Sementara itu, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban menjelaskan, vaksin penting untuk mengakhiri pandemi. Pasalnya, vaksin dapat menjadikan Co¬rona-layaknya¬flu¬musiman.¬ Artinya,¬ vaksin membuat masyarakat memiliki kekebalan tubuh. “Yang jadi diskursus seharusnya bukan melulu vaksin membentuk herd immunity. Itu belakangan. Yang krusial adalah vaksin mencegah orang tidak sakit parah hingga butuh perawatan di rumah sakit,” terang Zubairi.
Menurut dia, Indonesia beruntung karena mendapat banyak stok vaksin dari Sinovac. Sebab, negara-negara di Eropa justru kebingungan dan terkesan panik, karena terlambat memesan vaksin. Terbaru, otoritas di Benua Biru malah menyalahkan AstraZeneca, lantaran persediaannya tertunda. Negara barat bahkan memberikan acungan jempol kepada negara-negara di Asia, termasuk Indonesia lantaran sigap dalam hal vaksin.
Bahkan kata Zubairi, ada opini di The New York Times yang menyebut inilah saatnya mempercayai vaksin dari China dan Rusia. Sebab, vaksin dari kedua negara ini bekerja dengan baik. Sementara, sampai kemarin saja, total kasus Corona di Indonesia mencapai 1.147.010. Kasus aktifnya 176.433 pasien dengan angka kematian yang tembus 31.393 jiwa. [MEN]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .