Cegah Karhutla, Semua Pihak Harus Sinergi

Kolaborasi dan sinergi berbagai pemangku kepentingan dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) harus terus ditingkatkan. Pencegahan Karhutla juga harus difokuskan di areal gambut yang rawan kebakaran.

Demikian diungkapkan Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Hartono Prawiraatmadja saat Diskusi Pojok Iklim yang bertajuk “Mari Kita Cegah Karhutla”, Rabu (24/3).

Diskusi Pojok Iklim adalah diskusi mingguan multi-stakeholder terkait perubahan iklim yang dilakukan oleh Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim (DPPPI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Ketua DPPPI, Sarwono Kusumaatmadja memberikan, poin-poin penting pencegahan Karhutla dalam diskusi yang dipandu oleh moderator Arief Yuwono, Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Evaluasi Kebijakan Kerjasama Luar Negeri, ini.

Hartono menjelaskan, gambut pada satu Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) harus dikelola sebagai satu kesatuan yang utuh. Satu pengelola lahan tidak bisa hanya fokus pada pengaturan tata air di areal pengelolaannya tanpa memperhatikan pengelola lahan di sisi KHG yang lain. 

“Penting dilakukan kolaborasi pengelolaan gambut dalam kaitannya dengan manajemen tata air yang baik sehingga akan sangat membantu program pencegahan Karhutla karena kondisi lahan gambut yang selalu terjaga kebasahannya,” katanya.

BRGM memiliki tugas untuk mempercepat restorasi gambut di areal masyarakat dan areal yang tidak dibebani izin perusahaan di 7 provinsi di Indonesia. 

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Karliansyah menyatakan, pemerintah sudah mengambil langkah-langkah korektif pengelolaan gambut dan berhasil mendorong pengelolaan lahan gambut di areal yang dikelola perusahaan ke arah yang semakin baik. Hal ini penting guna mencegah Karhutla.

Karliansyah menuturkan, kebijakan perlindungan gambut di Indonesia sejatinya telah ada sejak tahun 1990. Kebijakan tersebut kemudian diperbarui dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) 71 tahun 2014 yang kemudian direvisi dengan PP 57/2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut dan peraturan tururnnanya. Hal ini dimaksudkan untuk pencegahan Karhutla.

 

Kolaborasi Dan Pelibatan Masyarakat 

Pelibatan masyarakat untuk membuka lahan tanpa bakar menjadi kunci penting pencegahan Karhutla, sehingga penerapan pola agrifarming yang ramah lingkungan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, menjadi kebutuhan.

Paktisi Rimbawan Soewarso menyatakan, kerjasama yang kolaboratif antara semua pemangku kepentingan menjadi faktor penentu keberhasilan pencegahan Karhutla. Pasalnya, masyarakat tidak akan membakar lahan kalau kesejahteraannya meningkat.

Soewarso bicara Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang diinisiasi oleh APP Sinar Mas, sebagai salah satu program kolaboratif dalam pencegahan Karhutla. Saat ini, kata Soewarso, program DMPA sudah menghasilkan lebih dari 100 petani sebagai champion dengan berbagai komoditinya.

Seperti Daniel Petani Sanggau yang menerapkan PLTB dan Zovita dari BUMDES yang aktif mempromosikan pentingnya pencegahan karhutla. “Peningkatan penghasilan mereka dari praktik PLTB akan menjadi contoh nyata yang bisa menggerakkan masyarakat lain,” jelas Soewarso.

Soewarso mengingatkan, semua inisiatif yang dilakukan tanpa kolaborasi dan semangat gotong royong, tidak akan maksimal hasilnya. “Maka, sinergi dengan TNI, POLRI, Manggala Agni, KPHP, Masyarakat Peduli Api, Pemerintah Desa, RPK dan TRC sangat dibutuhkan guna keberhasilan pencegahan Karhutla,” imbuh Soewarso.

Kapolda Jambi, Irjen Pol. A Rachmad Wibowo menegaskan, pihaknya akan selalu mendukung upaya kolaboratif dan sinergi berbagai pemangku kepentingan untuk pencegahan Karhutla. “Kami memonitor berbagai upaya pencegahan Karhutla secara intensif, terutama di daerah gambut yang rawan kebakaran. Pemantauan yang dilakukan termasuk pada kanal-kanal air yang ada,” kata Rachmad. 

Saat ini, kata Rachmad, dampaknya sudah mulai terlihat dari vegetasi yang tumbuh dan satwa yang mulai berdatangan. “Saya yakin, kalau upaya ini dilakukan berkelanjutan, maka akan menekan laju Karhutla,” imbuh Rachmad. [DWI]

]]> Kolaborasi dan sinergi berbagai pemangku kepentingan dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) harus terus ditingkatkan. Pencegahan Karhutla juga harus difokuskan di areal gambut yang rawan kebakaran.

Demikian diungkapkan Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Hartono Prawiraatmadja saat Diskusi Pojok Iklim yang bertajuk “Mari Kita Cegah Karhutla”, Rabu (24/3).

Diskusi Pojok Iklim adalah diskusi mingguan multi-stakeholder terkait perubahan iklim yang dilakukan oleh Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim (DPPPI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Ketua DPPPI, Sarwono Kusumaatmadja memberikan, poin-poin penting pencegahan Karhutla dalam diskusi yang dipandu oleh moderator Arief Yuwono, Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Evaluasi Kebijakan Kerjasama Luar Negeri, ini.

Hartono menjelaskan, gambut pada satu Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) harus dikelola sebagai satu kesatuan yang utuh. Satu pengelola lahan tidak bisa hanya fokus pada pengaturan tata air di areal pengelolaannya tanpa memperhatikan pengelola lahan di sisi KHG yang lain. 

“Penting dilakukan kolaborasi pengelolaan gambut dalam kaitannya dengan manajemen tata air yang baik sehingga akan sangat membantu program pencegahan Karhutla karena kondisi lahan gambut yang selalu terjaga kebasahannya,” katanya.

BRGM memiliki tugas untuk mempercepat restorasi gambut di areal masyarakat dan areal yang tidak dibebani izin perusahaan di 7 provinsi di Indonesia. 

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Karliansyah menyatakan, pemerintah sudah mengambil langkah-langkah korektif pengelolaan gambut dan berhasil mendorong pengelolaan lahan gambut di areal yang dikelola perusahaan ke arah yang semakin baik. Hal ini penting guna mencegah Karhutla.

Karliansyah menuturkan, kebijakan perlindungan gambut di Indonesia sejatinya telah ada sejak tahun 1990. Kebijakan tersebut kemudian diperbarui dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) 71 tahun 2014 yang kemudian direvisi dengan PP 57/2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut dan peraturan tururnnanya. Hal ini dimaksudkan untuk pencegahan Karhutla.

 

Kolaborasi Dan Pelibatan Masyarakat 

Pelibatan masyarakat untuk membuka lahan tanpa bakar menjadi kunci penting pencegahan Karhutla, sehingga penerapan pola agrifarming yang ramah lingkungan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, menjadi kebutuhan.

Paktisi Rimbawan Soewarso menyatakan, kerjasama yang kolaboratif antara semua pemangku kepentingan menjadi faktor penentu keberhasilan pencegahan Karhutla. Pasalnya, masyarakat tidak akan membakar lahan kalau kesejahteraannya meningkat.

Soewarso bicara Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang diinisiasi oleh APP Sinar Mas, sebagai salah satu program kolaboratif dalam pencegahan Karhutla. Saat ini, kata Soewarso, program DMPA sudah menghasilkan lebih dari 100 petani sebagai champion dengan berbagai komoditinya.

Seperti Daniel Petani Sanggau yang menerapkan PLTB dan Zovita dari BUMDES yang aktif mempromosikan pentingnya pencegahan karhutla. “Peningkatan penghasilan mereka dari praktik PLTB akan menjadi contoh nyata yang bisa menggerakkan masyarakat lain,” jelas Soewarso.

Soewarso mengingatkan, semua inisiatif yang dilakukan tanpa kolaborasi dan semangat gotong royong, tidak akan maksimal hasilnya. “Maka, sinergi dengan TNI, POLRI, Manggala Agni, KPHP, Masyarakat Peduli Api, Pemerintah Desa, RPK dan TRC sangat dibutuhkan guna keberhasilan pencegahan Karhutla,” imbuh Soewarso.

Kapolda Jambi, Irjen Pol. A Rachmad Wibowo menegaskan, pihaknya akan selalu mendukung upaya kolaboratif dan sinergi berbagai pemangku kepentingan untuk pencegahan Karhutla. “Kami memonitor berbagai upaya pencegahan Karhutla secara intensif, terutama di daerah gambut yang rawan kebakaran. Pemantauan yang dilakukan termasuk pada kanal-kanal air yang ada,” kata Rachmad. 

Saat ini, kata Rachmad, dampaknya sudah mulai terlihat dari vegetasi yang tumbuh dan satwa yang mulai berdatangan. “Saya yakin, kalau upaya ini dilakukan berkelanjutan, maka akan menekan laju Karhutla,” imbuh Rachmad. [DWI]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Generated by Feedzy