Catatan 3 Hari Vaksinasi Untuk Awak Media Waspada, Tekanan Darah Tinggi Mengintai Para Pemburu Berita
Peluit vaksinasi Covid-19 untuk awak media, sudah dibunyikan sejak Kamis (25/2). Acaranya dibuka langsung oleh Presiden Jokowi bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, dan Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh di Hall Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Acara yang digelar selama 3 hari ini hingga Sabtu (27/2), diikuti oleh 5.512 awak media. Sebanyak 512 orang, telah didaftarkan lebih awal saat Hari Pers Nasional 2021 di Jakarta. Sementara sisanya, didaftarkan melalui Dewan Pers.
Secara umum, pelaksanaan vaksinasi yang diprakarsai Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Dewan Pers relatif lancar. Verifikasi data peserta, dijalankan dengan baik oleh petugas pendaftaran. Data KTP harus sama dengan data peserta yang di ada di petugas.
Selain itu, protokol kesehatan juga terjaga dengan baik di lokasi vaksinasi. Dari awal, sampai akhir. Peserta yang datang, wajib cuci tangan dengan hand sanitizer, dilanjutkan dengan pengukuran suhu tubuh. Setelah mendapat nomor registrasi, peserta menuju ruang antre. Duduk di ruang tenda yang cukup nyaman, bersih dan rapi.
Kursi bersarung putih seperti yang biasa kita lihat di acara-acara resepsi, ditunjang dengan pendingin udara, cukup mendukung kondisi psikologis peserta vaksin sebelum disuntik. Nyaris tak ada hiruk pikuk.
Acungan jempol layak diberikan kepada penyelenggara, yang telah mengatur acara ini dengan baik. Tak ada soal dalam urusan penyelenggaraan. Well done.
Kondisi peserta setelah divaksin pun, umumnya relatif baik. Petugas berkeliling mengitari kursi observasi, menanyakan kemungkinan keluhan yang dialami peserta vaksin.
Persoalan utamanya, lebih kepada kondisi calon peserta vaksinasi. Banyak wartawan yang tak bisa langsung divaksin, begitu mendarat di pos pengukuran tekanan darah alias tensi. Sebab, tensinya mencapai 180/100.
Merangkum dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hipertensi adalah kondisi tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Para calon peserta vaksinasi yang tensinya mencapai 180/100, harus beristirahat dulu. Wajib mengulang pengukuran tekanan darah dengan alat tensi digital, jika ingin tetap lanjut divaksin.
Bahkan, ada yang diminta untuk pulang dan berobat dulu, sebelum mendapat vaksinasi Covid. Vaksinasinya bisa dilakukan di fasilitas kesehatan milik pemerintah di mana saja, sepanjang membawa kartu vaksinasi Covid yang telah diberikan Panitia Vaksinasi Untuk Awak Media.
Tingginya tensi, dipicu oleh banyak faktor. Bisa saja, calon peserta vaksinasi tegang karena takut disuntik, atau memikirkan efek setelah vaksinasi. Bahkan, ada yang kepikiran berat sejak beberapa hari sebelum vaksinasi.
Namun, tingginya ritme kerja dan tekanan yang dihadapi para wartawan dalam meliput dan mempublikasikan berita, juga menjadi faktor penting yang tak boleh dilupakan.
Bukan rahasia, jika wartawan kerap bekerja hingga larut malam, dan nyaris tak kenal libur. Mungkin juga, banyak yang kurang memperhatikan asupan makanan, mengingat tingginya ritme kerja.
Dikutip dari laman resmi NHS, seseorang berisiko tinggi mengalami hipertensi jika: berusia lebih dari 65 tahun mengalami obesitas atau kelebihan berat badan, memiliki garis keturunan dengan darah tinggi makan, terlalu banyak garam, memiliki pola makan tidak sehat, jarang berolahraga minum terlalu banyak alkohol, terlalu banyak konsumsi kafein, merokok, dan kurang tidur.
Sehingga, bukannya tak mungkin, melonjaknya tensi saat proses screening vaksinasi Covid bukanlah sesuatu yang baru dialami oleh yang bersangkutan.
Bisa jadi, tensi memang sudah merambat naik. Namun, tidak atau kurang disadari oleh yang bersangkutan. Bagi yang akhirnya berhasil divaksin, tingginya tensi harusnya dapat menjadi alarm kondisi tubuh, yang sudah menuntut perhatian ekstra.
Jangan lagi abai, sebab penyakit darah tingi bisa menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah seperti penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, bahkan kematian. [HES]
]]> Peluit vaksinasi Covid-19 untuk awak media, sudah dibunyikan sejak Kamis (25/2). Acaranya dibuka langsung oleh Presiden Jokowi bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, dan Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh di Hall Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Acara yang digelar selama 3 hari ini hingga Sabtu (27/2), diikuti oleh 5.512 awak media. Sebanyak 512 orang, telah didaftarkan lebih awal saat Hari Pers Nasional 2021 di Jakarta. Sementara sisanya, didaftarkan melalui Dewan Pers.
Secara umum, pelaksanaan vaksinasi yang diprakarsai Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Dewan Pers relatif lancar. Verifikasi data peserta, dijalankan dengan baik oleh petugas pendaftaran. Data KTP harus sama dengan data peserta yang di ada di petugas.
Selain itu, protokol kesehatan juga terjaga dengan baik di lokasi vaksinasi. Dari awal, sampai akhir. Peserta yang datang, wajib cuci tangan dengan hand sanitizer, dilanjutkan dengan pengukuran suhu tubuh. Setelah mendapat nomor registrasi, peserta menuju ruang antre. Duduk di ruang tenda yang cukup nyaman, bersih dan rapi.
Kursi bersarung putih seperti yang biasa kita lihat di acara-acara resepsi, ditunjang dengan pendingin udara, cukup mendukung kondisi psikologis peserta vaksin sebelum disuntik. Nyaris tak ada hiruk pikuk.
Acungan jempol layak diberikan kepada penyelenggara, yang telah mengatur acara ini dengan baik. Tak ada soal dalam urusan penyelenggaraan. Well done.
Kondisi peserta setelah divaksin pun, umumnya relatif baik. Petugas berkeliling mengitari kursi observasi, menanyakan kemungkinan keluhan yang dialami peserta vaksin.
Persoalan utamanya, lebih kepada kondisi calon peserta vaksinasi. Banyak wartawan yang tak bisa langsung divaksin, begitu mendarat di pos pengukuran tekanan darah alias tensi. Sebab, tensinya mencapai 180/100.
Merangkum dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hipertensi adalah kondisi tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Para calon peserta vaksinasi yang tensinya mencapai 180/100, harus beristirahat dulu. Wajib mengulang pengukuran tekanan darah dengan alat tensi digital, jika ingin tetap lanjut divaksin.
Bahkan, ada yang diminta untuk pulang dan berobat dulu, sebelum mendapat vaksinasi Covid. Vaksinasinya bisa dilakukan di fasilitas kesehatan milik pemerintah di mana saja, sepanjang membawa kartu vaksinasi Covid yang telah diberikan Panitia Vaksinasi Untuk Awak Media.
Tingginya tensi, dipicu oleh banyak faktor. Bisa saja, calon peserta vaksinasi tegang karena takut disuntik, atau memikirkan efek setelah vaksinasi. Bahkan, ada yang kepikiran berat sejak beberapa hari sebelum vaksinasi.
Namun, tingginya ritme kerja dan tekanan yang dihadapi para wartawan dalam meliput dan mempublikasikan berita, juga menjadi faktor penting yang tak boleh dilupakan.
Bukan rahasia, jika wartawan kerap bekerja hingga larut malam, dan nyaris tak kenal libur. Mungkin juga, banyak yang kurang memperhatikan asupan makanan, mengingat tingginya ritme kerja.
Dikutip dari laman resmi NHS, seseorang berisiko tinggi mengalami hipertensi jika: berusia lebih dari 65 tahun mengalami obesitas atau kelebihan berat badan, memiliki garis keturunan dengan darah tinggi makan, terlalu banyak garam, memiliki pola makan tidak sehat, jarang berolahraga minum terlalu banyak alkohol, terlalu banyak konsumsi kafein, merokok, dan kurang tidur.
Sehingga, bukannya tak mungkin, melonjaknya tensi saat proses screening vaksinasi Covid bukanlah sesuatu yang baru dialami oleh yang bersangkutan.
Bisa jadi, tensi memang sudah merambat naik. Namun, tidak atau kurang disadari oleh yang bersangkutan. Bagi yang akhirnya berhasil divaksin, tingginya tensi harusnya dapat menjadi alarm kondisi tubuh, yang sudah menuntut perhatian ekstra.
Jangan lagi abai, sebab penyakit darah tingi bisa menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah seperti penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, bahkan kematian. [HES]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .