BPIP: GP Ansor Sebagai Agen Pemersatu Bangsa Yang Membumikan Pancasila
Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) menyelenggarakan acara Rembuk Nasional Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Islamiah dengan mengambil tema “Bersaudara dari dan demi Indonesia” yang diselenggarakan secara virtual, Sabtu (6/2).
Acara ini dihadiri langsung oleh Menteri Agama yang sekaligus menjabat Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Choilil Coumas juga beberapa tokoh Nasional maupun daerah. Diantaranya Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo, Anggota DPR Bangka Belitung dari Fraksi PDIP Rudianto Tjen , Tokoh Masyarakat Bangka Belitung Basuri Cahaya Purnama, serta seluruh Ketua Wilayah GP Ansor di seluruh Indonesia.
Acara ini dibuka oleh Pimpinan Wilayah Bangka Belitung, Masmuni. Dalam sambutannya, Masmuni menjelaskan tentang Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Islamiah yang harus dijaga oleh seluruh masyarakat seluruh Indonesia.
“Ukhuwah wathaniyah yakni saudara dalam arti sebangsa walaupun tidak seagama atau satu suku. Harus tetap menjalin persaudaraan dan persatuan,” jelas Masmuni.
Di kesempatan yang sama, Kapolda Bangka Belitung Anang Syarif Hidayat menyatakan bahwa GP Ansor harus menjaga dan mempertahankan visinya untuk kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kami sangat berharap GP Ansor mempertahankan visi misi dalam menjaga keutuhan persaudaraan bangsa ini. Mari bersama sama menjaga keutuhan bangsa ini,” tegas Anang.
Anang menambahkan bahwa masalah yang sering terjadi di Indoensia adalah radikalisme dan isu terkait SARA. “Banyak cara dan kedok yang digunakan baik budaya dan agama. Saya yakin GP Ansor tidak ada berafiliasi tergabung dalam hal ini,” jelasnya.
Anang juga berpesan agar dalam setiap penyelengaraan acara juga kegiatan di masyarakat, tetap harus menerapkan protokol kesebatan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Menteri Agama yang sekaligus Ketua GP Ansor Yaqut Choilil Coumas menyatakan bahwa komitmen GP Ansor terhadap NKRI dan Pancasila tidak perlu dipertanyakan lagi.
“Terkait Ukhuwah Islamiah tidak hanya sekadar persaudaraan semua umat Muslim, Tapi ukhuwah Islamiyah juga merupakan persaudaraan yang dapat menunjukkan nilai nilai keislaman yang baik,” ujar Yaqut.
Ia menambahkan Yakut bahwa Indonesia sudah sesuai dengan syariah, karena juga didirikan oleh pemimpin dan alim ulama dari berbagai organisasi Islam, sehingga mustahil tidak memenuhi nilai keislaman. “Agama harus menjadi inspirasi bagi kehidupan karena agama memiliki nilai nilai kebaikan dan kehormatan maka segala tindakan dan usaha menjaga agama tidak boleh bertentangan dengan kemaslahatan semua orang,” tegas Yaqut.
Hal senada disampaikan oleh Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Benny Susetyo. Ia mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan persaudaraan dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Benny menambahkan bahwa jika sila pertama dibatinkan maka nilai kemanusiaan itu akan selalu tercermin. “Jika sila pertama dibatinkan oleh semua orang termasuk pejabat dan pemangku kepentingan tidak akan ada lagi korupsi dan masalah lainnya karena takut kepada Tuhan. Bahkan ujaran kebencian pun tidak akan ada. Nilai kemanusiaan akan tercermin,” tegas Benny.
Benny menambahkan masyarakat Indonesia sekarang sedang menghadapi tantangan akibat dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
“Manusia menjadi alat atau seperti robot dan terasing dari realitas yang beragam hingga tenggelam dalam kebenarannya sendiri yang sesungguhnya telah dibajak dan digunakan oleh kepentingan lain seperti perpecahan dan politik identitas hingga mereka tenggelam lebih banyak dalam hoax dan ujaran kebencian,” tuturnya.
Sila pertama dijelaskan Benny harus dibatinkan oleh setiap orang. “Ketuhanan Yang Maha Esa adalah setiap kebijakan dan tingkah laku yang dibuat mencerminkan nilai nai ketuhanan, bukan sekedar formalitas hingga lebih mengedepankan identitas agama dan melupakan nilai nilai ketuhanan,” tegas Benny.
Ia berharap GP Ansor harus mampu memberikan jawaban terhadap tantangan tantangan zaman ini seperti dehumanisme dan ujuran kebencian di ruang publik yang mendistraksi perkembangan bangsa indonesia.
“Medsos diisi dengan hal produktif dan mampu membuat perubahan positif bagi bangsa. Kunci persaudaraan adalah yang bisa menyatakun kita, Ekslusifitas agama juga harus dihentikan karena ini yang mendorong radikalisme dan perpecahan akibat politik identitas,mengembalikan fitrah kebangsaan dan Pancasila,” jelas Benny.
Benny berharap pembumian dan penanaman nilai Pancasila ini adalah tanggung jawab semua elemen masyarakat tanpa terkecuali. Semua pihak agar dapat mendorong pengadaan kembali Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan upacara bendera pada tata pendidikan indonesia dengan memasukkannya dalam perubahan UU Sisdiknas,” ujar Beni.
Romo Benny juga berharap GP Ansor dapat menjadi agen persatuan serta mampu membantu membumikan Pancasila sebagai sarana perekat bangsa. [SRI]
]]> Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) menyelenggarakan acara Rembuk Nasional Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Islamiah dengan mengambil tema “Bersaudara dari dan demi Indonesia” yang diselenggarakan secara virtual, Sabtu (6/2).
Acara ini dihadiri langsung oleh Menteri Agama yang sekaligus menjabat Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Choilil Coumas juga beberapa tokoh Nasional maupun daerah. Diantaranya Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo, Anggota DPR Bangka Belitung dari Fraksi PDIP Rudianto Tjen , Tokoh Masyarakat Bangka Belitung Basuri Cahaya Purnama, serta seluruh Ketua Wilayah GP Ansor di seluruh Indonesia.
Acara ini dibuka oleh Pimpinan Wilayah Bangka Belitung, Masmuni. Dalam sambutannya, Masmuni menjelaskan tentang Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Islamiah yang harus dijaga oleh seluruh masyarakat seluruh Indonesia.
“Ukhuwah wathaniyah yakni saudara dalam arti sebangsa walaupun tidak seagama atau satu suku. Harus tetap menjalin persaudaraan dan persatuan,” jelas Masmuni.
Di kesempatan yang sama, Kapolda Bangka Belitung Anang Syarif Hidayat menyatakan bahwa GP Ansor harus menjaga dan mempertahankan visinya untuk kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kami sangat berharap GP Ansor mempertahankan visi misi dalam menjaga keutuhan persaudaraan bangsa ini. Mari bersama sama menjaga keutuhan bangsa ini,” tegas Anang.
Anang menambahkan bahwa masalah yang sering terjadi di Indoensia adalah radikalisme dan isu terkait SARA. “Banyak cara dan kedok yang digunakan baik budaya dan agama. Saya yakin GP Ansor tidak ada berafiliasi tergabung dalam hal ini,” jelasnya.
Anang juga berpesan agar dalam setiap penyelengaraan acara juga kegiatan di masyarakat, tetap harus menerapkan protokol kesebatan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Menteri Agama yang sekaligus Ketua GP Ansor Yaqut Choilil Coumas menyatakan bahwa komitmen GP Ansor terhadap NKRI dan Pancasila tidak perlu dipertanyakan lagi.
“Terkait Ukhuwah Islamiah tidak hanya sekadar persaudaraan semua umat Muslim, Tapi ukhuwah Islamiyah juga merupakan persaudaraan yang dapat menunjukkan nilai nilai keislaman yang baik,” ujar Yaqut.
Ia menambahkan Yakut bahwa Indonesia sudah sesuai dengan syariah, karena juga didirikan oleh pemimpin dan alim ulama dari berbagai organisasi Islam, sehingga mustahil tidak memenuhi nilai keislaman. “Agama harus menjadi inspirasi bagi kehidupan karena agama memiliki nilai nilai kebaikan dan kehormatan maka segala tindakan dan usaha menjaga agama tidak boleh bertentangan dengan kemaslahatan semua orang,” tegas Yaqut.
Hal senada disampaikan oleh Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Benny Susetyo. Ia mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan persaudaraan dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Benny menambahkan bahwa jika sila pertama dibatinkan maka nilai kemanusiaan itu akan selalu tercermin. “Jika sila pertama dibatinkan oleh semua orang termasuk pejabat dan pemangku kepentingan tidak akan ada lagi korupsi dan masalah lainnya karena takut kepada Tuhan. Bahkan ujaran kebencian pun tidak akan ada. Nilai kemanusiaan akan tercermin,” tegas Benny.
Benny menambahkan masyarakat Indonesia sekarang sedang menghadapi tantangan akibat dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
“Manusia menjadi alat atau seperti robot dan terasing dari realitas yang beragam hingga tenggelam dalam kebenarannya sendiri yang sesungguhnya telah dibajak dan digunakan oleh kepentingan lain seperti perpecahan dan politik identitas hingga mereka tenggelam lebih banyak dalam hoax dan ujaran kebencian,” tuturnya.
Sila pertama dijelaskan Benny harus dibatinkan oleh setiap orang. “Ketuhanan Yang Maha Esa adalah setiap kebijakan dan tingkah laku yang dibuat mencerminkan nilai nai ketuhanan, bukan sekedar formalitas hingga lebih mengedepankan identitas agama dan melupakan nilai nilai ketuhanan,” tegas Benny.
Ia berharap GP Ansor harus mampu memberikan jawaban terhadap tantangan tantangan zaman ini seperti dehumanisme dan ujuran kebencian di ruang publik yang mendistraksi perkembangan bangsa indonesia.
“Medsos diisi dengan hal produktif dan mampu membuat perubahan positif bagi bangsa. Kunci persaudaraan adalah yang bisa menyatakun kita, Ekslusifitas agama juga harus dihentikan karena ini yang mendorong radikalisme dan perpecahan akibat politik identitas,mengembalikan fitrah kebangsaan dan Pancasila,” jelas Benny.
Benny berharap pembumian dan penanaman nilai Pancasila ini adalah tanggung jawab semua elemen masyarakat tanpa terkecuali. Semua pihak agar dapat mendorong pengadaan kembali Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan upacara bendera pada tata pendidikan indonesia dengan memasukkannya dalam perubahan UU Sisdiknas,” ujar Beni.
Romo Benny juga berharap GP Ansor dapat menjadi agen persatuan serta mampu membantu membumikan Pancasila sebagai sarana perekat bangsa. [SRI]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .