BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Global Meroket
Bank Indonesia (BI) memprediksi, perekonomian global berpotensi tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Perbaikan ekonomi domestik juga terus berlanjut.
Melihat perkembangan tersebut, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, 17-18 Maret 2021 lalu memutuskan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen. Kemudian suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.
“Ke depan, untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut, BI lebih mengoptimalkan kebijakan makroprudensial akomodatif, akselerasi pendalaman pasar uang, dukungan kebijakan internasional, serta digitalisasi sistem pembayaran,” jelas Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Senin (22/3).
BI juga menempuh langkah-langkah kebijakan sebagai tindak lanjut sinergi kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam Paket Kebijakan Terpadu untuk Peningkatan Pembiayaan Dunia Usaha.
Sejalan dengan kebijakan moneter akomodatif BI, dan sinergi dengan kebijakan fiskal pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional, kondisi likuiditas di perbankan dan pasar keuangan tetap longgar.
“Penurunan suku bunga kebijakan moneter dan longgarnya likuiditas mendorong suku bunga terus menurun, meskipun penurunan suku bunga kredit perbankan perlu terus didorong,” ujarnya.
Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) bank-bank BUMN juga diperkirakan akan menurun. Hal ini sejalan dengan rencana penurunan yang telah diumumkan.
Bank Sentral mengharapkan, bank-bank lain juga dapat mempercepat penurunan suku bunga kredit sebagai upaya bersama untuk mendorong kredit/pembiayaan bagi dunia usaha dan pemulihan ekonomi nasional. [DWI]
]]> Bank Indonesia (BI) memprediksi, perekonomian global berpotensi tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Perbaikan ekonomi domestik juga terus berlanjut.
Melihat perkembangan tersebut, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, 17-18 Maret 2021 lalu memutuskan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen. Kemudian suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.
“Ke depan, untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut, BI lebih mengoptimalkan kebijakan makroprudensial akomodatif, akselerasi pendalaman pasar uang, dukungan kebijakan internasional, serta digitalisasi sistem pembayaran,” jelas Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Senin (22/3).
BI juga menempuh langkah-langkah kebijakan sebagai tindak lanjut sinergi kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam Paket Kebijakan Terpadu untuk Peningkatan Pembiayaan Dunia Usaha.
Sejalan dengan kebijakan moneter akomodatif BI, dan sinergi dengan kebijakan fiskal pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional, kondisi likuiditas di perbankan dan pasar keuangan tetap longgar.
“Penurunan suku bunga kebijakan moneter dan longgarnya likuiditas mendorong suku bunga terus menurun, meskipun penurunan suku bunga kredit perbankan perlu terus didorong,” ujarnya.
Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) bank-bank BUMN juga diperkirakan akan menurun. Hal ini sejalan dengan rencana penurunan yang telah diumumkan.
Bank Sentral mengharapkan, bank-bank lain juga dapat mempercepat penurunan suku bunga kredit sebagai upaya bersama untuk mendorong kredit/pembiayaan bagi dunia usaha dan pemulihan ekonomi nasional. [DWI]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .