Besok, HUT RI Ke-76 Merdeka Dari Corona Batal Diproklamirkan .

Mimpi Indonesia bebas Corona pada peringatan HUT ke-76 RI, 17 Agustus besok, dipastikan tidak terwujud. Sampai sekarang, kasus Corona masih tinggi, meski tidak sebanyak pada awal Juli lalu. Dengan kondisi ini, rencana merdeka dari Corona terpaksa batal diproklamirkan.

Februari lalu, Satgas Penanganan Covid-19 menargetkan, Indonesia bebas Covid-19 pada 17 Agustus 2021, atau bertepatan dengan HUT ke-76 RI. Saat itu, kasus Corona di Indonesia memang sedang landai-landainya. Kasus harian sedang surut, angka kematian juga bisa ditekan.

Sayangnya, kondisi berubah. Sejak akhir Juni, Corona mengamuk dan belum bisa dijinakkan. Sampai kemarin, kasus harian dan tingkat penularan masih tinggi. Begitu juga dengan kasus kematian. 

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kemarin, ada penambahan kasus baru masih 20.183 pasien. Daerah yang menyumbang kasus tertinggi adalah Jawa Tengah (4.144 kasus), diikuti Jawa Timur (1.725 kasus), dan Jawa Barat (1.299 kasus). Dengan penambahan ini, total kasus Corona Indonesia sudah mencapai 3.854.354.

Tanda pandemi Corona belum terkendali paling terlihat dari kasus kematian. Sejak pertengahan Juli lalu, kasus kematian rata-rata atas 1.000 orang per hari. Kemarin, ada tambahan kasus kematian sebanyak 1.222 orang. Dengan tambahan ini, total angka kematian akibat Corona sudah mencapai 117.588 orang.

Angka positivity rate alias rasio kasus warga terpapar virus Corona juga masih di angka 23,18 persen. Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ambang batas minimal positivity rate kurang dari 5 persen.

Meski begitu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen Ganip Warsito masih optimis Indonesia bisa menang melawan Corona. Syaratnya, masyarakat mau bersatu melawan Corona. “Kita harus atasi dengan bersama-sama. Bersatu, itu kuncinya,” ucapnya, dalam telekonferensi, di Jakarta, kemarin. 

Ganip mengingatkan, masyarakat terus disiplin menjalankan protokol kesehatan dan ikut program vaksinasi. Ikhtiar itu bakal melindungi diri sendiri dan orang lain. “Kemudian, waspada dengan kondisi tubuh. Kalau, dirasa tidak nyaman atau kurang sehat, segera testing,” wanti-wantinya.

 

Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto menyampaikan hal senada. Dia bilang, Indonesia bisa merdeka dari Corona jika masyarakat mengubah perilaku.

Sementara itu, Jubir Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, belum ada yang tahu kapan pandemi ini akan berakhir. “Yang terpenting saat ini adalah usaha untuk mengejar target yang sudah kita tentukan. Itu merupakan jalan keluar yang bisa kita capai semaksimal mungkin,” ucap Nadia, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Nadia menerangkan, saat ini, penanganan Corona sudah membaik dari sebelumnya. Pemerintah terus berupaya meningkatkan tes dan lacak. Selama sebulan terakhir, kenaikan tes dan lacak dari 50 ribu ke 200 ribu. Sedangkan tes Genom Sequencing naik dari 140 menjadi 4.000. “Ini adalah hasil kerja keras dari semua pihak yang terdiri dari berbagai laboratorium penelitian, universitas, dan swasta,” kata Nadia. 

Kapan Indonesia merdeka dari Corona? Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyatakan, sulit diprediksi. Pasalnya, kebijakan penanganan Corona di Indonesia masih belum ideal. Selama ini, kebijakan masih terlihat tambal sulam. Terlebih, saat ini varian Delta sudah menyebar ke luar Jawa.

Kata Dicky, salah satu alasan yang membuat Indonesia sulit bebas Corona lantaran kebijakan penanganan masih dipengaruhi kompromi politik dan ekonomi ketimbang kesehatan. Saat ini, target testing 400 ribu per hari masih belum terealisasi. Padahal, kunci pengendalian adalah dengan testing dan tracing yang tinggi. 

“Kuncinya, adalah menggenjot pengetesan dan pelacakan, menerapkan karantina wilayah, dan mempercepat vaksinasi,” tuntasnya. [BCG]

]]> .
Mimpi Indonesia bebas Corona pada peringatan HUT ke-76 RI, 17 Agustus besok, dipastikan tidak terwujud. Sampai sekarang, kasus Corona masih tinggi, meski tidak sebanyak pada awal Juli lalu. Dengan kondisi ini, rencana merdeka dari Corona terpaksa batal diproklamirkan.

Februari lalu, Satgas Penanganan Covid-19 menargetkan, Indonesia bebas Covid-19 pada 17 Agustus 2021, atau bertepatan dengan HUT ke-76 RI. Saat itu, kasus Corona di Indonesia memang sedang landai-landainya. Kasus harian sedang surut, angka kematian juga bisa ditekan.

Sayangnya, kondisi berubah. Sejak akhir Juni, Corona mengamuk dan belum bisa dijinakkan. Sampai kemarin, kasus harian dan tingkat penularan masih tinggi. Begitu juga dengan kasus kematian. 

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kemarin, ada penambahan kasus baru masih 20.183 pasien. Daerah yang menyumbang kasus tertinggi adalah Jawa Tengah (4.144 kasus), diikuti Jawa Timur (1.725 kasus), dan Jawa Barat (1.299 kasus). Dengan penambahan ini, total kasus Corona Indonesia sudah mencapai 3.854.354.

Tanda pandemi Corona belum terkendali paling terlihat dari kasus kematian. Sejak pertengahan Juli lalu, kasus kematian rata-rata atas 1.000 orang per hari. Kemarin, ada tambahan kasus kematian sebanyak 1.222 orang. Dengan tambahan ini, total angka kematian akibat Corona sudah mencapai 117.588 orang.

Angka positivity rate alias rasio kasus warga terpapar virus Corona juga masih di angka 23,18 persen. Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ambang batas minimal positivity rate kurang dari 5 persen.

Meski begitu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen Ganip Warsito masih optimis Indonesia bisa menang melawan Corona. Syaratnya, masyarakat mau bersatu melawan Corona. “Kita harus atasi dengan bersama-sama. Bersatu, itu kuncinya,” ucapnya, dalam telekonferensi, di Jakarta, kemarin. 

Ganip mengingatkan, masyarakat terus disiplin menjalankan protokol kesehatan dan ikut program vaksinasi. Ikhtiar itu bakal melindungi diri sendiri dan orang lain. “Kemudian, waspada dengan kondisi tubuh. Kalau, dirasa tidak nyaman atau kurang sehat, segera testing,” wanti-wantinya.

 

Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto menyampaikan hal senada. Dia bilang, Indonesia bisa merdeka dari Corona jika masyarakat mengubah perilaku.

Sementara itu, Jubir Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, belum ada yang tahu kapan pandemi ini akan berakhir. “Yang terpenting saat ini adalah usaha untuk mengejar target yang sudah kita tentukan. Itu merupakan jalan keluar yang bisa kita capai semaksimal mungkin,” ucap Nadia, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Nadia menerangkan, saat ini, penanganan Corona sudah membaik dari sebelumnya. Pemerintah terus berupaya meningkatkan tes dan lacak. Selama sebulan terakhir, kenaikan tes dan lacak dari 50 ribu ke 200 ribu. Sedangkan tes Genom Sequencing naik dari 140 menjadi 4.000. “Ini adalah hasil kerja keras dari semua pihak yang terdiri dari berbagai laboratorium penelitian, universitas, dan swasta,” kata Nadia. 

Kapan Indonesia merdeka dari Corona? Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyatakan, sulit diprediksi. Pasalnya, kebijakan penanganan Corona di Indonesia masih belum ideal. Selama ini, kebijakan masih terlihat tambal sulam. Terlebih, saat ini varian Delta sudah menyebar ke luar Jawa.

Kata Dicky, salah satu alasan yang membuat Indonesia sulit bebas Corona lantaran kebijakan penanganan masih dipengaruhi kompromi politik dan ekonomi ketimbang kesehatan. Saat ini, target testing 400 ribu per hari masih belum terealisasi. Padahal, kunci pengendalian adalah dengan testing dan tracing yang tinggi. 

“Kuncinya, adalah menggenjot pengetesan dan pelacakan, menerapkan karantina wilayah, dan mempercepat vaksinasi,” tuntasnya. [BCG]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories