Berkat Tangan Dingin Jahja Setiadmadja BCA Sukses Lewati Masa Sulit Akibat Covid-19
Pandemi Covid-19 meluluhlantakkan semua sektor usaha. Sektor perbankan, termasuk Bank Central Asia (BCA) ikut terkena imbasnya. Namun, di tangan dingin Presiden Direktur BCA Jahja Setiadmadja, bank swasta terbesar di Indonesia itu bisa melalui masa sulit, bahkan kembali meraih prestasi gemilang.
“Ketika Covid-19 datang di awal 2020, kami semua tercengang. Jujur saja, sejak saya berkarya di BCA mulai tahun 1990, pernah mengalami krisis 1998 dan 2008, recovery-nya cepat. Tapi berbeda dengan pandemi,” ujar Jahja saat menerima Direktur Utama dan CEO Rakyat Merdeka Group Kiki Iswara Darmayana.
Pertemuan dilakukan di Menara BCA, Jakarta, Senin, 22 Agustus lalu. Dalam pertemuan itu, hadir juga anggota Dewan Kebijakan Redaksi Rakyat Merdeka, Supratman, Wakil Pemimpin Redaksi Kartika Sari dan Redaktur Eksekutif Esti Fitria Wulandari.
Kepada Rakyat Merdeka, Jahja yang pernah berkarier di Price Waterhouse dan PT Kalbe Farma itu mengisahkan, bagaimana mencekamnya kondisi bank yang dia pimpin saat puncak pandemi. Penyaluran kredit mengalami kontraksi yang dalam. Jahja mencontohkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Biasanya BCA bisa menyalurkan Rp 2 triliun dalam sebulan. Namun di awal pandemi, untuk mencapai 1 persen saja dari nilai itu, tidak mampu.
“Waktu pandemi, KPR sempat sentuh Rp 90 miliar dalam sebulan. Bulan kedua naik Rp 180 miliar, lalu Rp 250 miliar. Kenaikannya kecil sekali. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) juga begitu,” kisah pria kelahiran Jakarta, 14 September 1955 itu.
Manajemen pun tersadar, daya beli masyarakat anjlok akibat pembatasan mobilisasi. Sehingga upaya untuk mengerek kredit akan berakhir sia-sia. Akhirnya, BCA memutuskan fokus membantu nasabah yang sedang kesulitan.
“Kami bantu nasabah yang (biasanya) well perform. Kami ingin tunjukkan, saat nasabah susah, BCA selalu ada di sisi mereka,” tegas alumni Universitas Indonesia (UI) itu.
Hal tersebut, kata Jahja, sesuai tagline BCA, yakni “Senantiasa Di Sisi Anda”. Yang dilakukan BCA, membantu mencari peluang dan solusi agar bisnis perusahaan yang dibantu, tidak jatuh terlalu dalam.
Perusahaan lalu melakukan transformasi digital besar-besaran. BCA gencar mengedukasi nasabah dan mendorong mereka bertransaksi secara online. Apalagi saat itu Pemerintah sedang melakukan pembatasan mobilitas masyarakat, untuk meminimalisir penularan Covid-19.
“Ini perjuangan buat kami, karena belum pernah digitalisasi secara menyeluruh,” beber Jahja.
Bukan hanya nasabah yang didorong untuk melakukan transaksi secara online, tetapi juga para pelaku bisnis yang bermitra dengan BCA. Caranya, BCA secara konsisten mengundang dan mengedukasi developer, dealer kendaraan, dan nasabah untuk bersama-sama menggairahkan lagi perekonomian. Kembali mengadakan pameran perumahan dan kendaraan, yang dilakukan secara virtual.
“Kami yakin, kebutuhan akan kendaraan dan perumahan tetap ada. Maka kami gelar pameran secara hybrid. Hasilnya back to normal, KPR bahkan melebihi masa sebelum pandemi,” terang pria berkaca mata itu.
Keberhasilan BCA bisa dilihat dari hasil gelaran pertama KPR BCA Online Expo 2021, mulai Januari hingga Juli 2021. Kala itu, BCA sukses menyalurkan KPR Rp 15 triliun. Dan hingga akhir Agustus, BCA sudah mampu mencapai penyaluran Rp 20,5 triliun. Bandingkan dengan pencapaian sebelum pandemi, BCA mencatat penyaluran KPR sepanjang 2019 senilai Rp 26 triliun.
“KPR ini memang segmen kredit yang paling cepat recovery-nya,” terang Jahja.
Melihat KPR mulai bergeliat, BCA bisa sedikit bernapas lega. Bisnis properti memiliki paling banyak usaha turunannya. Belum lagi, tiap membangun rumah, pihak developer pasti mempekerjakan banyak orang.
“Jumlah tenaga kerja yang dipakai banyak, sudah pasti usaha kecil di sekitarnya juga ikut hidup. Ada tukang pempek, gado-gado. Maka, perekonomian setempat berputar,” tuturnya.
Mengenai optimisme pertumbuhan kredit ke depan, Jahja percaya diri (pede) situasi perekonomian semakin membaik.
BCA tetap fokus menyalurkan kredit korporasi. Jahja mengibaratkan korporasi besar seperti sumber air yang dapat mengalir ke mana saja. Per Juni 2022, BCA berhasil mencatat pertumbuhan penyaluran kredit korporasi 19,1 persen.
“Produk korporasi akan turun ke agen besar, kecil, lalu menyebar ke UMKM dan konsumen. Bicara industri end to end itu tidak bisa hanya fokus ke UMKM saja, harus lihat alurnya juga,” ujarnya.
Khusus untuk UMKM, kata Jahja, konsep BCA bukan cuma menyalurkan kredit. Tapi bagaimana membantu mereka menjual produk dan mencari off taker, baik untuk pasar domestik maupun global.
“Karena kalau jualannya sukses, omzet naik, penghasilan bertambah, otomatis mereka akan butuh kredit,” papar Jahja. [EFI]
]]> Pandemi Covid-19 meluluhlantakkan semua sektor usaha. Sektor perbankan, termasuk Bank Central Asia (BCA) ikut terkena imbasnya. Namun, di tangan dingin Presiden Direktur BCA Jahja Setiadmadja, bank swasta terbesar di Indonesia itu bisa melalui masa sulit, bahkan kembali meraih prestasi gemilang.
“Ketika Covid-19 datang di awal 2020, kami semua tercengang. Jujur saja, sejak saya berkarya di BCA mulai tahun 1990, pernah mengalami krisis 1998 dan 2008, recovery-nya cepat. Tapi berbeda dengan pandemi,” ujar Jahja saat menerima Direktur Utama dan CEO Rakyat Merdeka Group Kiki Iswara Darmayana.
Pertemuan dilakukan di Menara BCA, Jakarta, Senin, 22 Agustus lalu. Dalam pertemuan itu, hadir juga anggota Dewan Kebijakan Redaksi Rakyat Merdeka, Supratman, Wakil Pemimpin Redaksi Kartika Sari dan Redaktur Eksekutif Esti Fitria Wulandari.
Kepada Rakyat Merdeka, Jahja yang pernah berkarier di Price Waterhouse dan PT Kalbe Farma itu mengisahkan, bagaimana mencekamnya kondisi bank yang dia pimpin saat puncak pandemi. Penyaluran kredit mengalami kontraksi yang dalam. Jahja mencontohkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Biasanya BCA bisa menyalurkan Rp 2 triliun dalam sebulan. Namun di awal pandemi, untuk mencapai 1 persen saja dari nilai itu, tidak mampu.
“Waktu pandemi, KPR sempat sentuh Rp 90 miliar dalam sebulan. Bulan kedua naik Rp 180 miliar, lalu Rp 250 miliar. Kenaikannya kecil sekali. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) juga begitu,” kisah pria kelahiran Jakarta, 14 September 1955 itu.
Manajemen pun tersadar, daya beli masyarakat anjlok akibat pembatasan mobilisasi. Sehingga upaya untuk mengerek kredit akan berakhir sia-sia. Akhirnya, BCA memutuskan fokus membantu nasabah yang sedang kesulitan.
“Kami bantu nasabah yang (biasanya) well perform. Kami ingin tunjukkan, saat nasabah susah, BCA selalu ada di sisi mereka,” tegas alumni Universitas Indonesia (UI) itu.
Hal tersebut, kata Jahja, sesuai tagline BCA, yakni “Senantiasa Di Sisi Anda”. Yang dilakukan BCA, membantu mencari peluang dan solusi agar bisnis perusahaan yang dibantu, tidak jatuh terlalu dalam.
Perusahaan lalu melakukan transformasi digital besar-besaran. BCA gencar mengedukasi nasabah dan mendorong mereka bertransaksi secara online. Apalagi saat itu Pemerintah sedang melakukan pembatasan mobilitas masyarakat, untuk meminimalisir penularan Covid-19.
“Ini perjuangan buat kami, karena belum pernah digitalisasi secara menyeluruh,” beber Jahja.
Bukan hanya nasabah yang didorong untuk melakukan transaksi secara online, tetapi juga para pelaku bisnis yang bermitra dengan BCA. Caranya, BCA secara konsisten mengundang dan mengedukasi developer, dealer kendaraan, dan nasabah untuk bersama-sama menggairahkan lagi perekonomian. Kembali mengadakan pameran perumahan dan kendaraan, yang dilakukan secara virtual.
“Kami yakin, kebutuhan akan kendaraan dan perumahan tetap ada. Maka kami gelar pameran secara hybrid. Hasilnya back to normal, KPR bahkan melebihi masa sebelum pandemi,” terang pria berkaca mata itu.
Keberhasilan BCA bisa dilihat dari hasil gelaran pertama KPR BCA Online Expo 2021, mulai Januari hingga Juli 2021. Kala itu, BCA sukses menyalurkan KPR Rp 15 triliun. Dan hingga akhir Agustus, BCA sudah mampu mencapai penyaluran Rp 20,5 triliun. Bandingkan dengan pencapaian sebelum pandemi, BCA mencatat penyaluran KPR sepanjang 2019 senilai Rp 26 triliun.
“KPR ini memang segmen kredit yang paling cepat recovery-nya,” terang Jahja.
Melihat KPR mulai bergeliat, BCA bisa sedikit bernapas lega. Bisnis properti memiliki paling banyak usaha turunannya. Belum lagi, tiap membangun rumah, pihak developer pasti mempekerjakan banyak orang.
“Jumlah tenaga kerja yang dipakai banyak, sudah pasti usaha kecil di sekitarnya juga ikut hidup. Ada tukang pempek, gado-gado. Maka, perekonomian setempat berputar,” tuturnya.
Mengenai optimisme pertumbuhan kredit ke depan, Jahja percaya diri (pede) situasi perekonomian semakin membaik.
BCA tetap fokus menyalurkan kredit korporasi. Jahja mengibaratkan korporasi besar seperti sumber air yang dapat mengalir ke mana saja. Per Juni 2022, BCA berhasil mencatat pertumbuhan penyaluran kredit korporasi 19,1 persen.
“Produk korporasi akan turun ke agen besar, kecil, lalu menyebar ke UMKM dan konsumen. Bicara industri end to end itu tidak bisa hanya fokus ke UMKM saja, harus lihat alurnya juga,” ujarnya.
Khusus untuk UMKM, kata Jahja, konsep BCA bukan cuma menyalurkan kredit. Tapi bagaimana membantu mereka menjual produk dan mencari off taker, baik untuk pasar domestik maupun global.
“Karena kalau jualannya sukses, omzet naik, penghasilan bertambah, otomatis mereka akan butuh kredit,” papar Jahja. [EFI]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .