Belanja APBN Jadi Kunci Penyelamatan Ekonomi Indonesia 2021

Alokasi belanja pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di 2021 akan menjadi kunci penyelamatan ekonomi Indonesia.

Sama seperti tahun lalu, realisasi program PEN mencapai 6,09 persen atau Rp 579,8 triliun dari total APBN Rp 2.589,9 triliun. Sementara, di 2021 program PEN dianggarkan Rp 627,9 triliun dari total RAPBN sebesar Rp 2.750,0 triliun.

“Di 2021, APBN dan kebijakan fiskal akan melanjutkan perannya sebagai sebagai alat pendorong pemulihan ekonomi nasional,” kata Rektor Institut Teknologi Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Mukhaer Pakkana dalam diskusi yang diselenggarakan Pusat Kajian Sosial Politik (PKSP) Universitas Nasional Jakarta bekerja sama dengan Public Trust Institute, Selasa (16/3).

Mukhaer menegaskan, pemerintah telah berperan sebagai sentral pemulihan, dan menjadi satu-satunya komponen yang tumbuh positif. Ia meyakini arah pemulihan ini akan terus didorong lebih cepat di 2021 melalui APBN yang tetap countercyclical, program vaksinasi yang efektif, dan PEN yang diperkuat.

“Tapi, perlu juga pemerintah terus memperkuat daya beli masyarakat kelas menengah bawah, dan mendorong peningkatan tingkat konsumsi masyarakat kelas menengah atas,” jelasnya.

Ekonomi Universitas Nasional Prof. Made Adnyana mengakui, belanja pemerintah telah berperan besar dalam menyelamatkan ekonomi Indonesia agar tidak masuk ke jurang depresi ekonomi sepanjang masa pandemi 2020.

Menurutnya, banyak lembaga riset dunia memprediksi pada 2021 perekonomian global akan kembali normal dan tumbuh positif, sehingga memberikan peluang pada kebangkitan ekonomi Indonesia.

Namun, kata Adnyana, pemulihan ekonomi tidak akan mudah bagi Indonesia. Ia menyarankan pemerintah untuk lebih fokus pada penanggulangan pandemi dan melindungi sisi permintaan konsumsi masyarakat agar bisa menjadi pendorong kebangkitan ekonomi nasional.

“Kebangkitan ekonomi dimulai dari sektor padat karya dengan melibatkan seluruh kekuatan, dari badan usaha, kementerian, dan lembaga, hingga pemerintah daerah dan perangkat desa,” tuturnya.

Sedangkan Vice President PT. Sucofindo (Persero) Soleh Rusyadi Maryam menilai, peluang memperbaiki neraca perdagangan Indonesia melalui peningkatan ekspor masih terbuka meskipun tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya, karena ekonomi global baru pada tahap pemulihan.

Kuncinya, kata Soleh, tingkatkan pertumbuhan ekspor produk atau komoditas andalan, diversifikasi dan hilirisasi produk ekspor, perluasan negara tujuan ekspor, dan fokus destinasi dengan negara-negara dengan GDP terbesar atau negara-nagara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi.

“Untuk menjaga neraca perdagangan, tampaknya lebih mudah dilakukan dengan menekan impor barang konsumtif, mengendalikan barang intermediate, dan mengutamakan impor barang modal,” ucapnya. [KPJ]

]]> Alokasi belanja pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di 2021 akan menjadi kunci penyelamatan ekonomi Indonesia.

Sama seperti tahun lalu, realisasi program PEN mencapai 6,09 persen atau Rp 579,8 triliun dari total APBN Rp 2.589,9 triliun. Sementara, di 2021 program PEN dianggarkan Rp 627,9 triliun dari total RAPBN sebesar Rp 2.750,0 triliun.

“Di 2021, APBN dan kebijakan fiskal akan melanjutkan perannya sebagai sebagai alat pendorong pemulihan ekonomi nasional,” kata Rektor Institut Teknologi Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Mukhaer Pakkana dalam diskusi yang diselenggarakan Pusat Kajian Sosial Politik (PKSP) Universitas Nasional Jakarta bekerja sama dengan Public Trust Institute, Selasa (16/3).

Mukhaer menegaskan, pemerintah telah berperan sebagai sentral pemulihan, dan menjadi satu-satunya komponen yang tumbuh positif. Ia meyakini arah pemulihan ini akan terus didorong lebih cepat di 2021 melalui APBN yang tetap countercyclical, program vaksinasi yang efektif, dan PEN yang diperkuat.

“Tapi, perlu juga pemerintah terus memperkuat daya beli masyarakat kelas menengah bawah, dan mendorong peningkatan tingkat konsumsi masyarakat kelas menengah atas,” jelasnya.

Ekonomi Universitas Nasional Prof. Made Adnyana mengakui, belanja pemerintah telah berperan besar dalam menyelamatkan ekonomi Indonesia agar tidak masuk ke jurang depresi ekonomi sepanjang masa pandemi 2020.

Menurutnya, banyak lembaga riset dunia memprediksi pada 2021 perekonomian global akan kembali normal dan tumbuh positif, sehingga memberikan peluang pada kebangkitan ekonomi Indonesia.

Namun, kata Adnyana, pemulihan ekonomi tidak akan mudah bagi Indonesia. Ia menyarankan pemerintah untuk lebih fokus pada penanggulangan pandemi dan melindungi sisi permintaan konsumsi masyarakat agar bisa menjadi pendorong kebangkitan ekonomi nasional.

“Kebangkitan ekonomi dimulai dari sektor padat karya dengan melibatkan seluruh kekuatan, dari badan usaha, kementerian, dan lembaga, hingga pemerintah daerah dan perangkat desa,” tuturnya.

Sedangkan Vice President PT. Sucofindo (Persero) Soleh Rusyadi Maryam menilai, peluang memperbaiki neraca perdagangan Indonesia melalui peningkatan ekspor masih terbuka meskipun tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya, karena ekonomi global baru pada tahap pemulihan.

Kuncinya, kata Soleh, tingkatkan pertumbuhan ekspor produk atau komoditas andalan, diversifikasi dan hilirisasi produk ekspor, perluasan negara tujuan ekspor, dan fokus destinasi dengan negara-negara dengan GDP terbesar atau negara-nagara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi.

“Untuk menjaga neraca perdagangan, tampaknya lebih mudah dilakukan dengan menekan impor barang konsumtif, mengendalikan barang intermediate, dan mengutamakan impor barang modal,” ucapnya. [KPJ]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories