Baru Nikah 6 Bulan Langsung Jadi Bomber Teroris Honeymoon Di Neraka

Pihak kepolisian berhasil mengungkap identitas kedua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar (28/3). Ternyata kedua pelaku adalah pasangan suami istri yang baru 6 bulan nikah. Kedua pelaku yang telah mati konyol, tidak bisa lagi menikmati bulan madu sebagai pengantin baru. Kalau pun ada, maka honeymoon keduanya di neraka.

Identitas dari kedua pelaku itu diungkap langsung Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Kata Listyo, pasutri itu berinisial L dan YSF. Keduanya adalah pengikut kelompok Jamaah Ansharut Daulay (JAD).

“Saudara L dan YSF beberapa bulan lalu, tepatnya enam bulan dinikahkan oleh Rifaldi yang beberapa waktu telah ditangkap pada Januari,” kata Sigit dalam konferensi pers di Makassar, kemarin.

Mereka sering mengikuti pengajian yang berisi doktrin jihad di perumahan Villa Mutiara Cluster Biru, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Keduanya berperan memberikan doktrin. Sebenarnya, banyak yang dilakukan kedua orang ini. Seperti mempersiapkan rencana jihad, dan membeli bahan yang akan digunakan untuk bom bunuh diri.

Pasca aksi bom bunuh diri di Katedral Hati Kudus Yesus Yang Mahakudus, polisi menangkap 13 terduga teroris lainnya. Rinciannya: 5 di Bima, Nusa Tenggara Barat, 4 di Sulawesi Selatan (Sulsel), dan 4 di Jakarta-Bekasi. Kata Sigit, 4 teroris di Sulsel diduga membantu L dan YSF membeli bahan peledak untuk melancarkan aksinya di depan katedral Makassar.

Sementara di Condet dan Bekasi, Tim Densus 88 menyita sejumlah 5 bom aktif berjenis bom sumbu, dan beberapa bahan baku pembuatan bom: 5 toples besar aseton, H202, HCL, sulfur, maupun termometer.

“Bahan-bahan ini akan diolah menjadi bahan peledak. Jumlahnya kurang lebih 4 kilo. Kemudian ditemukan bahan peledak yang sudah jadi jenis TATP dengan jumlah 1,5 kilo,” ungkap Sigit.

Kepala Badan Nasional Penanggulanan Terorisme (BNPT), Irjen Boy Rafli Amar menduga pasutri itu belajar merakit bom lewat pelatihan online di media sosial. Kedua pelaku sendiri tergolong masih muda, karena sang suami: L, merupakan kelahiran 1995.

Informasinya, ada beberapa narasumber senior dari kalangan mereka yang memberikan materi tersebut. Bahkan, narasumber itu sudah terlatih di luar negeri. “Ini bisa seperti ini. Jadi ideologi ini terus dikembangkan oleh kelompok-kelompok radikal terorisme. Jadi sama-sama kita cegah,” imbuh Boy.

Pengamat intelejen dan terorisme, Al Chaidar lebih detail mengungkap tradisi kelompok JAD. Ia menyebut pasutri yang meledakkan diri itu sudah lama menjadi anggota JAD. Keduanya dijodohkan, agar keanggotaannya tetap tertutup.

 

Apakah pasutri ini memang dipersiapkan untuk jadi “pengantin”? Chaidar menjawab, tidak.

“Kalau begitu ya siapa saja yang bersedia. Siapa yang mau masuk surga duluan, kan mesti mati duluan tuh. Meski aslinya orang kaya gitu masuk neraka. Mereka honeymoon tuh di neraka,” tuturnya, saat dihubungi Rakyat Merdeka, tadi malam.

Ia tidak kaget, pasca kejadian di Makassar banyak terduga teroris yang ditangkap. Malah prediksinya, akan lebih banyak yang diamankan. Catatannya, ada sekitar 6-7 juta anggota ISIS di Indonesia yang tersebar dalam JAD, Jemaah Ansharut Khilafah (JAK), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), maupun Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas mengatakan, tidak ada dasarnya pelaku bom bunuh diri dikatakan syahid. Justru orang-orang seperti L dan YSF akan menjadi penghuni neraka. Apalagi ada dalil yang menyebut, membunuh 1 orang tak berdosa, sama saja dengan membunuh manusia.

Terlebih kejadian kemarin, merupakan bunuh diri. Anwar mengisahkan salah satu sahabat Nabi yang gagah berani dalam berperang. Namun sahabat itu justru disebut sebagai ahli neraka. Kenapa demikian? Karena sahabat itu bertempur tanpa perhitungan, dan akhirnya terkena sabetan pedang. Karena kesakitan, sahabat itu menusukkan pedangnya ke dadanya sediri.

“Dosanya minta ampun besar. Kenapa, karena dia bunuh diri. Itu masuk neraka. Apalagi ini, tidak dalam bertempur, atas dasar dan ajaran apa itu, dari mana itu. Islam tidak mengajarkan yang seperti itu,” tegas pria yang juga menjabat Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.

Sementara itu, anggota Komisi III DPR RI, Rudy Mas’ud meminta Polri bertindak tegas kepada kelompok terorisme, dan tetap meningkatkan kewaspadaan agar aksi bom bunuh diri tidak terulang. Apalagi, sejauh ini situasi masyarakat cukup kondusif dan damai.

Politisi Partai Golkar ini pun mendukung Polri gencar membasmi kelompok-kelompok terorisme di Indonesia. “Bom bunuh diri itu tidak dibenarkan oleh agama apapun. Tapi ini kembali terjadi di tengah masyarakat kita. Siapapun pelaku aksi bom bunuh diri itu, sangat tidak manusiawi,” cetus Rudy.

Di duni maya, terungkapnya identitas kedua pelaku membuat kaget netizen. Apalagi, kedua teroris itu merupakan pasutri yang baru nikah 6 bulan.

“Honey moon paling ekstrim… Baru nikah 6 bulan, melanjutkan bulan madunya di Akhirat.. Pasangan sehidup sekonyol plus tolol,” ujar akun @solid01. “6 bulan itu harusnya lagi seneng-senengnya… kok malah di ajak mati,” kata akun @erwinasardani. “Daripada bunuh diri mending tenaganya dipake mantap-mantap di rumah. Halal, enak pula,” timpal akun @syapatu.. “Kalau bom bundir bukan mati syahid tapi mati sangit,” ledek @Pribumi_Lokall. [MEN]

]]> Pihak kepolisian berhasil mengungkap identitas kedua pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar (28/3). Ternyata kedua pelaku adalah pasangan suami istri yang baru 6 bulan nikah. Kedua pelaku yang telah mati konyol, tidak bisa lagi menikmati bulan madu sebagai pengantin baru. Kalau pun ada, maka honeymoon keduanya di neraka.

Identitas dari kedua pelaku itu diungkap langsung Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Kata Listyo, pasutri itu berinisial L dan YSF. Keduanya adalah pengikut kelompok Jamaah Ansharut Daulay (JAD).

“Saudara L dan YSF beberapa bulan lalu, tepatnya enam bulan dinikahkan oleh Rifaldi yang beberapa waktu telah ditangkap pada Januari,” kata Sigit dalam konferensi pers di Makassar, kemarin.

Mereka sering mengikuti pengajian yang berisi doktrin jihad di perumahan Villa Mutiara Cluster Biru, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Keduanya berperan memberikan doktrin. Sebenarnya, banyak yang dilakukan kedua orang ini. Seperti mempersiapkan rencana jihad, dan membeli bahan yang akan digunakan untuk bom bunuh diri.

Pasca aksi bom bunuh diri di Katedral Hati Kudus Yesus Yang Mahakudus, polisi menangkap 13 terduga teroris lainnya. Rinciannya: 5 di Bima, Nusa Tenggara Barat, 4 di Sulawesi Selatan (Sulsel), dan 4 di Jakarta-Bekasi. Kata Sigit, 4 teroris di Sulsel diduga membantu L dan YSF membeli bahan peledak untuk melancarkan aksinya di depan katedral Makassar.

Sementara di Condet dan Bekasi, Tim Densus 88 menyita sejumlah 5 bom aktif berjenis bom sumbu, dan beberapa bahan baku pembuatan bom: 5 toples besar aseton, H202, HCL, sulfur, maupun termometer.

“Bahan-bahan ini akan diolah menjadi bahan peledak. Jumlahnya kurang lebih 4 kilo. Kemudian ditemukan bahan peledak yang sudah jadi jenis TATP dengan jumlah 1,5 kilo,” ungkap Sigit.

Kepala Badan Nasional Penanggulanan Terorisme (BNPT), Irjen Boy Rafli Amar menduga pasutri itu belajar merakit bom lewat pelatihan online di media sosial. Kedua pelaku sendiri tergolong masih muda, karena sang suami: L, merupakan kelahiran 1995.

Informasinya, ada beberapa narasumber senior dari kalangan mereka yang memberikan materi tersebut. Bahkan, narasumber itu sudah terlatih di luar negeri. “Ini bisa seperti ini. Jadi ideologi ini terus dikembangkan oleh kelompok-kelompok radikal terorisme. Jadi sama-sama kita cegah,” imbuh Boy.

Pengamat intelejen dan terorisme, Al Chaidar lebih detail mengungkap tradisi kelompok JAD. Ia menyebut pasutri yang meledakkan diri itu sudah lama menjadi anggota JAD. Keduanya dijodohkan, agar keanggotaannya tetap tertutup.

 

Apakah pasutri ini memang dipersiapkan untuk jadi “pengantin”? Chaidar menjawab, tidak.

“Kalau begitu ya siapa saja yang bersedia. Siapa yang mau masuk surga duluan, kan mesti mati duluan tuh. Meski aslinya orang kaya gitu masuk neraka. Mereka honeymoon tuh di neraka,” tuturnya, saat dihubungi Rakyat Merdeka, tadi malam.

Ia tidak kaget, pasca kejadian di Makassar banyak terduga teroris yang ditangkap. Malah prediksinya, akan lebih banyak yang diamankan. Catatannya, ada sekitar 6-7 juta anggota ISIS di Indonesia yang tersebar dalam JAD, Jemaah Ansharut Khilafah (JAK), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), maupun Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas mengatakan, tidak ada dasarnya pelaku bom bunuh diri dikatakan syahid. Justru orang-orang seperti L dan YSF akan menjadi penghuni neraka. Apalagi ada dalil yang menyebut, membunuh 1 orang tak berdosa, sama saja dengan membunuh manusia.

Terlebih kejadian kemarin, merupakan bunuh diri. Anwar mengisahkan salah satu sahabat Nabi yang gagah berani dalam berperang. Namun sahabat itu justru disebut sebagai ahli neraka. Kenapa demikian? Karena sahabat itu bertempur tanpa perhitungan, dan akhirnya terkena sabetan pedang. Karena kesakitan, sahabat itu menusukkan pedangnya ke dadanya sediri.

“Dosanya minta ampun besar. Kenapa, karena dia bunuh diri. Itu masuk neraka. Apalagi ini, tidak dalam bertempur, atas dasar dan ajaran apa itu, dari mana itu. Islam tidak mengajarkan yang seperti itu,” tegas pria yang juga menjabat Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.

Sementara itu, anggota Komisi III DPR RI, Rudy Mas’ud meminta Polri bertindak tegas kepada kelompok terorisme, dan tetap meningkatkan kewaspadaan agar aksi bom bunuh diri tidak terulang. Apalagi, sejauh ini situasi masyarakat cukup kondusif dan damai.

Politisi Partai Golkar ini pun mendukung Polri gencar membasmi kelompok-kelompok terorisme di Indonesia. “Bom bunuh diri itu tidak dibenarkan oleh agama apapun. Tapi ini kembali terjadi di tengah masyarakat kita. Siapapun pelaku aksi bom bunuh diri itu, sangat tidak manusiawi,” cetus Rudy.

Di duni maya, terungkapnya identitas kedua pelaku membuat kaget netizen. Apalagi, kedua teroris itu merupakan pasutri yang baru nikah 6 bulan.

“Honey moon paling ekstrim… Baru nikah 6 bulan, melanjutkan bulan madunya di Akhirat.. Pasangan sehidup sekonyol plus tolol,” ujar akun @solid01. “6 bulan itu harusnya lagi seneng-senengnya… kok malah di ajak mati,” kata akun @erwinasardani. “Daripada bunuh diri mending tenaganya dipake mantap-mantap di rumah. Halal, enak pula,” timpal akun @syapatu.. “Kalau bom bundir bukan mati syahid tapi mati sangit,” ledek @Pribumi_Lokall. [MEN]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories