Bamsoet Kenang Sosok Sabam Sirait Sebagai Guru Politik Indonesia

Ketua MPR Bambang Soesatyo menilai, sosok Sabam Sirait tidak hanya sebagai tokoh senior di PDIP, melainkan juga telah menjadi tokoh senior dan guru politik bagi bangsa Indonesia. Kiprah Sabam di dunia politik kebangsaan sangat mumpuni.
 
Bamsoet, sapaan akrab Bambang, menerangkan, Sabam mampu berpolitik bersama tujuh presiden Indonesia. Mulai Presiden pertama Soekarno hingga Presiden ketujuh Jokowi. Hal ini menunjukkan bahwa sosok Sabam merupakan pelintas batas waktu politik Indonesia.
 
“Politisi lain boleh datang dan pergi. Ada yang hanya di satu periode kepemimpinan presiden, atau ada juga yang hanya bisa bertahan beberapa tahun. Tidak demikian dengan Sabam Sirait. Keberadaannya di tujuh kepemimpinan presiden membuktikan bahwa kiprah politiknya tidak lekang oleh waktu. Sekaligus menunjukkan bahwa pemikiran dan kiprahnya senantiasa dibutuhkan oleh bangsa,” ujar Bamsoet, usai melayat ke rumah duka mendiang Sabam Sirait didampingi Maruarar Sirait dan Komjen Nanan Soekarna, di kawasan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (30/9).
 
Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, lahir di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatera Utara, 13 Oktober 1936, Sabam merupakan penerima Bintang Mahaputra Utama. Hal ini tidak lepas dari berbagai pengabdian yang pernah ia lakukan. 
 
Antara lain sebagai anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR) periode 1967-1973, anggota DPR periode 1973-1982, anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA-RI) periode 1983-1993, anggota DPR periode 1992-2009, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) periode 2019-sekarang.
 
“Di kepartaian, Sabam Sirait pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 1963-1967, Sekjen Parkindo 1967-1973, dan merupakan penandatangan deklarasi pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), 10 Januari 1973. Ia bahkan menjadi Sekjen PDI tiga periode, yakni 1973-1976, 1976-1981, dan 1981-1986. Sabam juga turut mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), September 1998. Ia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP 1988-2008,” jelas Bamsoet.
 
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini memaparkan, tidak hanya aktif memperjuangkan tegaknya demokrasi dan kemanusiaan di dalam negeri. Sosok Sabam juga aktif memperjuangkan hal serupa di dunia internasional. Hal itu ditunjukkan dengan sikapnya mendukung kemerdekaan Palestina.
 
“Saya termasuk pengagum keteguhan prinsip berpolitik yang diajarkan Pak Sabam. Para pemuda yang ingin dan sedang terjuan di dunia politik, harus terlebih dahulu membaca biografi dan mempelajari perjalanan hidup Pak Sabam. Sehingga tidak menjadi politisi pragmatis ataupun politisi musiman,” pungkas Bamsoet. [USU]
]]> Ketua MPR Bambang Soesatyo menilai, sosok Sabam Sirait tidak hanya sebagai tokoh senior di PDIP, melainkan juga telah menjadi tokoh senior dan guru politik bagi bangsa Indonesia. Kiprah Sabam di dunia politik kebangsaan sangat mumpuni.
 
Bamsoet, sapaan akrab Bambang, menerangkan, Sabam mampu berpolitik bersama tujuh presiden Indonesia. Mulai Presiden pertama Soekarno hingga Presiden ketujuh Jokowi. Hal ini menunjukkan bahwa sosok Sabam merupakan pelintas batas waktu politik Indonesia.
 
“Politisi lain boleh datang dan pergi. Ada yang hanya di satu periode kepemimpinan presiden, atau ada juga yang hanya bisa bertahan beberapa tahun. Tidak demikian dengan Sabam Sirait. Keberadaannya di tujuh kepemimpinan presiden membuktikan bahwa kiprah politiknya tidak lekang oleh waktu. Sekaligus menunjukkan bahwa pemikiran dan kiprahnya senantiasa dibutuhkan oleh bangsa,” ujar Bamsoet, usai melayat ke rumah duka mendiang Sabam Sirait didampingi Maruarar Sirait dan Komjen Nanan Soekarna, di kawasan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (30/9).
 
Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, lahir di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatera Utara, 13 Oktober 1936, Sabam merupakan penerima Bintang Mahaputra Utama. Hal ini tidak lepas dari berbagai pengabdian yang pernah ia lakukan. 
 
Antara lain sebagai anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR) periode 1967-1973, anggota DPR periode 1973-1982, anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA-RI) periode 1983-1993, anggota DPR periode 1992-2009, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) periode 2019-sekarang.
 
“Di kepartaian, Sabam Sirait pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 1963-1967, Sekjen Parkindo 1967-1973, dan merupakan penandatangan deklarasi pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), 10 Januari 1973. Ia bahkan menjadi Sekjen PDI tiga periode, yakni 1973-1976, 1976-1981, dan 1981-1986. Sabam juga turut mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), September 1998. Ia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP 1988-2008,” jelas Bamsoet.
 
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini memaparkan, tidak hanya aktif memperjuangkan tegaknya demokrasi dan kemanusiaan di dalam negeri. Sosok Sabam juga aktif memperjuangkan hal serupa di dunia internasional. Hal itu ditunjukkan dengan sikapnya mendukung kemerdekaan Palestina.
 
“Saya termasuk pengagum keteguhan prinsip berpolitik yang diajarkan Pak Sabam. Para pemuda yang ingin dan sedang terjuan di dunia politik, harus terlebih dahulu membaca biografi dan mempelajari perjalanan hidup Pak Sabam. Sehingga tidak menjadi politisi pragmatis ataupun politisi musiman,” pungkas Bamsoet. [USU]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories