Awal Pekan, Rupiah Libas Dolar AS
Pagi ini, nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,05 persen ke level Rp 14.823 per dolar AS dibanding perdagangan pada Jumat (9/9) ke level Rp 14.870 per dolar AS.
Pergerakan mata uang di kawasan Asia bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang minus 0,11 persen, won Korea Selatan melemah 0,15 persen, baht Thailand turun 0,13 persen, peso Filipina turun 0,07 persen, dolar Singapura naik 0,11 persen, yuan China melonjak 0,45 persen, dan dolar Hong Kong naik 0,01 persen.
Indeks dolar AS terhadap mata uang saingannya turun 0,34 persen ke level 108,36. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro menguat 0,59 persen ke level Rp 14.935, terhadap poundsterling Inggris menguat 0,77 persen ke level Rp 17.224, dan terhadap dolar Australia juga naik 1,03 persen ke level Rp 10.138.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, di luar negeri, investor juga akan mencerna dampak potensial dari serangan balik Ukraina, setelah pasukannya melanjutkan kemajuan pesat mereka di wilayah Kharkiv, mengeksploitasi keruntuhan pertahanan Rusia.
Selain itu, dampak Rusia yang dikeluarkan dari sistem keuangan SWIFT, dan ketidaksepakatan antara AS dan Saudi Arabia untuk meningkatkan pasokan minyaknya.
“Di mana, memang saat ini terlihat gangguan dari sisi suplai atau timpang terhadap konsumsi yang tinggi di tengah peningkatan aktivitas masyarakat,” katanya dalam riset, Senin (12/9).
Sementara dari dalam negeri, efektivitas bantuan sosial atan bansos tambahan sebagai antisipasi dampak naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), akan menjadi sentimen yang disoroti pelaku pasar.
“Pemerintah telah menghitung dampak kenaikan harga BBM subsidi terhadap inflasi. Di mana kenaikan harga BBM ini dapat mengerek inflasi hingga 1,8 persen,” ucapnya.
Ibrahim memproyeksi, nilai tukar rupiah sepanjang hari ini akan cenderung fluktuatif tetapi ditutup menguat pada rentang Rp 14.800-Rp 14.860 per dolar AS.
]]> Pagi ini, nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,05 persen ke level Rp 14.823 per dolar AS dibanding perdagangan pada Jumat (9/9) ke level Rp 14.870 per dolar AS.
Pergerakan mata uang di kawasan Asia bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang minus 0,11 persen, won Korea Selatan melemah 0,15 persen, baht Thailand turun 0,13 persen, peso Filipina turun 0,07 persen, dolar Singapura naik 0,11 persen, yuan China melonjak 0,45 persen, dan dolar Hong Kong naik 0,01 persen.
Indeks dolar AS terhadap mata uang saingannya turun 0,34 persen ke level 108,36. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro menguat 0,59 persen ke level Rp 14.935, terhadap poundsterling Inggris menguat 0,77 persen ke level Rp 17.224, dan terhadap dolar Australia juga naik 1,03 persen ke level Rp 10.138.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, di luar negeri, investor juga akan mencerna dampak potensial dari serangan balik Ukraina, setelah pasukannya melanjutkan kemajuan pesat mereka di wilayah Kharkiv, mengeksploitasi keruntuhan pertahanan Rusia.
Selain itu, dampak Rusia yang dikeluarkan dari sistem keuangan SWIFT, dan ketidaksepakatan antara AS dan Saudi Arabia untuk meningkatkan pasokan minyaknya.
“Di mana, memang saat ini terlihat gangguan dari sisi suplai atau timpang terhadap konsumsi yang tinggi di tengah peningkatan aktivitas masyarakat,” katanya dalam riset, Senin (12/9).
Sementara dari dalam negeri, efektivitas bantuan sosial atan bansos tambahan sebagai antisipasi dampak naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), akan menjadi sentimen yang disoroti pelaku pasar.
“Pemerintah telah menghitung dampak kenaikan harga BBM subsidi terhadap inflasi. Di mana kenaikan harga BBM ini dapat mengerek inflasi hingga 1,8 persen,” ucapnya.
Ibrahim memproyeksi, nilai tukar rupiah sepanjang hari ini akan cenderung fluktuatif tetapi ditutup menguat pada rentang Rp 14.800-Rp 14.860 per dolar AS.
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka – RM.ID .