Anak Laki laki Tak Boleh Main Boneka Dan Masak Masakan Benarkah

<p>Anak laki-laki jangan dikasih boneka dan masak masakan, nanti feminin! Anak perempuan jangan main mobilan nanti tomboy!</p>

<p>Kita tentu sudah sering mendengar anjuran ini. Karena dalam ekspektasi sosial yang berlaku di masyarakat,&nbsp;anak laki-laki dituntut&nbsp;lebih aktif, agresif dan kompetitif. Sedangkan anak perempuan, dituntut lebih patuh dan bisa mengasuh, serta cakap domestik.</p>

<p>Ekspektasi sosial inilah yang tercermin dalam mainan anak.&nbsp;Sehingga, banyak orang tua memilih mainan hanya berdasarkan gendernya.</p>

<p>Padahal, beberapa penelitian menyebutkan, mainan anak yang dianggap sebagai mainan anak perempuan seperti boneka, bisa menstimulasi mengembangkan interaksi verbal. Misalnya,&nbsp;<em>story</em> <em>telling</em> dengan boneka. Di samping membantu mengembangkan empati.</p>

<p>Sedangkan mainan anak laki-laki seperti mobil atau balok bangunan, dapat mengembangkan kemampuan spasial atau ruang.</p>

<p>Terkait hal ini, Child Psychologist, Self Growth &amp; Parenting Coach Irma Gustiana A mengatakan, jika anak laki-laki hanya&nbsp;diberi mainan anak laki,&nbsp;kemampuan verbal dan empatinya kemungkinan tidak akan berkembang sebaik anak perempuan.</p>

<p>Begitu pula anak perempuan. Jika hanya diberi mainan anak perempuan, maka kemampuan spasial/keruangan atau teknisnya, bisa tidak berkembang sebaik anak laki-laki.</p>

<p>&quot;Dengan kata lain, jika anak tidak diberi mainan tertentu atau dibatasi, mereka dapat kehilangan pengalaman belajar yang berpotensi berharga selama masa perkembangan,&quot; kata Irma via laman Instagramnya @ayankirma, Selasa (9/5).</p>

<p>Beberapa hasil penelitian juga menyebutkan, mainan dapur yang dimainkan anak laki-laki, bisa mengembangkan kecerdasan anak yang terkait ilmu pengetahuan dan hubungan personal. Apalagi, kalau anak laki laki bermain masak-masakan bersama ayah dan ibunya.</p>

<p>Kekhawatiran stereotip gender ini, mendorong banyak orang tua menolak beberapa jenis mainan tertentu, yang dianggap memiliki bias gender.</p>

<p>Padahal, kata Irma, mainan bukan satu satunya penentu pemahaman anak mengenai peran gender, sebagai laki-laki dan perempuan.</p>

<p>&quot;Orang dewasa atau orang tua adalah model yang akan dilihat anak sehari-hari, terkait peran gender. Termasuk, kesetaraan gender,&quot; jelas Irma.</p>

<p>&quot;Jadi buat orang tua, jangan batasi mainan anak hanya karena gender. Biarkan dia bermain dan bereksplorasi. Tugas kita mendampingi, memastikan mainan tidak bahaya, dan dia aman di tempat mainnya,&quot; tandasnya. ■</p> <p>Anak laki-laki jangan dikasih boneka dan masak masakan, nanti feminin! Anak perempuan jangan main mobilan nanti tomboy!</p>

<p>Kita tentu sudah sering mendengar anjuran ini. Karena dalam ekspektasi sosial yang berlaku di masyarakat,&nbsp;anak laki-laki dituntut&nbsp;lebih aktif, agresif dan kompetitif. Sedangkan anak perempuan, dituntut lebih patuh dan bisa mengasuh, serta cakap domestik.</p>

<p>Ekspektasi sosial inilah yang tercermin dalam mainan anak.&nbsp;Sehingga, banyak orang tua memilih mainan hanya berdasarkan gendernya.</p>

<p>Padahal, beberapa penelitian menyebutkan, mainan anak yang dianggap sebagai mainan anak perempuan seperti boneka, bisa menstimulasi mengembangkan interaksi verbal. Misalnya,&nbsp;<em>story</em> <em>telling</em> dengan boneka. Di samping membantu mengembangkan empati.</p>

<p>Sedangkan mainan anak laki-laki seperti mobil atau balok bangunan, dapat mengembangkan kemampuan spasial atau ruang.</p>

<p>Terkait hal ini, Child Psychologist, Self Growth &amp; Parenting Coach Irma Gustiana A mengatakan, jika anak laki-laki hanya&nbsp;diberi mainan anak laki,&nbsp;kemampuan verbal dan empatinya kemungkinan tidak akan berkembang sebaik anak perempuan.</p>

<p>Begitu pula anak perempuan. Jika hanya diberi mainan anak perempuan, maka kemampuan spasial/keruangan atau teknisnya, bisa tidak berkembang sebaik anak laki-laki.</p>

<p>&quot;Dengan kata lain, jika anak tidak diberi mainan tertentu atau dibatasi, mereka dapat kehilangan pengalaman belajar yang berpotensi berharga selama masa perkembangan,&quot; kata Irma via laman Instagramnya @ayankirma, Selasa (9/5).</p>

<p>Beberapa hasil penelitian juga menyebutkan, mainan dapur yang dimainkan anak laki-laki, bisa mengembangkan kecerdasan anak yang terkait ilmu pengetahuan dan hubungan personal. Apalagi, kalau anak laki laki bermain masak-masakan bersama ayah dan ibunya.</p>

<p>Kekhawatiran stereotip gender ini, mendorong banyak orang tua menolak beberapa jenis mainan tertentu, yang dianggap memiliki bias gender.</p>

<p>Padahal, kata Irma, mainan bukan satu satunya penentu pemahaman anak mengenai peran gender, sebagai laki-laki dan perempuan.</p>

<p>&quot;Orang dewasa atau orang tua adalah model yang akan dilihat anak sehari-hari, terkait peran gender. Termasuk, kesetaraan gender,&quot; jelas Irma.</p>

<p>&quot;Jadi buat orang tua, jangan batasi mainan anak hanya karena gender. Biarkan dia bermain dan bereksplorasi. Tugas kita mendampingi, memastikan mainan tidak bahaya, dan dia aman di tempat mainnya,&quot; tandasnya. ■</p>.

Sumber : Berita Lifestyle, Kuliner, Travel, Kesehatan, Tips .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories

Generated by Feedzy