
Adji Samekto: Mengajarkan Pancasila Idealnya Tidak Dogmatik
Deputi Pengkajian dan Materi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Adji Samekto menilai, pengajaran Pancasila sebaiknya tidak dogmatik. Memaksakan seolah-olah bahan dari eksternal lalu diinternalisasikan.
“Pancasila idealnya diajarkan dengan cara yang mudah dipahami, sederhana dan rasional. Intinya, ada pada objektifikasi atas isi atau substansi. Mengajak memahami kontruksi berpikir anak didik, sifatnya bukan menekan dari atas,” kata Adji, dalam forum Penyusunan Bahan Ajar Pancasila bagi Pendidikan Formal, di Yogyakarta, Jumat (12/3).
Ikut pula berdiskusi Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Al-Makin; Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo; Direktur Standarisasi Materi dan Metode Formal, Non Formal dan Informal BPIP Toto Purbiyanto; Direktur Pengkajian Materi BPIP M Sabri serta para akademisi aktif di Pusat Studi Pancasila, Yogyakarta.
Adji melanjutkan, bahan ajar Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) pendidikan Usia Dini sampai Perguruan Tinggi yang disusun nantinya juga tidak teoretik. “Bicara Pancasila bukan di ranah kosong atau abu abu. Mengutamakan contoh riil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di berbagai tingkat pendidikan,” tandasnya.
Senada disampaikan Prof Al-Makin. Penyusunan buku bahan ajar Pancasila seyogyanya mudah dipahami. “Menerangkan Pancasila secara sederhana, rasional, tidak teoretik yang menekan. Hindari sifat ekstrim, doktriner dan dogmatis,” ujar Al-Makin.
Dia berharap, penyusunan buku bahan ajar memperhatikan prinsip yang menjadi trademark UIN Sunan Kalijaga. Yakni perspektif interfaith dan inter religius. “Kita dorong generasi muda untuk bersahabat dengan iman lain. Materi ini tolong ditekankan, agar mereka saling bersahabat dengan teman yang beragama lain. Semua ini tantangan bagi para penyusun,” beber Al-Makin.
Ada pun Toto Purbiyanto menyampaikan kegiatan diskusi penyusunan bahan ajar Pancasila ini telah melaksanakan protokol Covid-19 secara ketat. “Peserta memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak komunikasi,” katanya, mengingatkan.
Toto juga mengapresiasi para penyusun materi bahan ajar yang telah menyumbangkan tenaga dan pemikiran. [GO]
]]> Deputi Pengkajian dan Materi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Adji Samekto menilai, pengajaran Pancasila sebaiknya tidak dogmatik. Memaksakan seolah-olah bahan dari eksternal lalu diinternalisasikan.
“Pancasila idealnya diajarkan dengan cara yang mudah dipahami, sederhana dan rasional. Intinya, ada pada objektifikasi atas isi atau substansi. Mengajak memahami kontruksi berpikir anak didik, sifatnya bukan menekan dari atas,” kata Adji, dalam forum Penyusunan Bahan Ajar Pancasila bagi Pendidikan Formal, di Yogyakarta, Jumat (12/3).
Ikut pula berdiskusi Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Al-Makin; Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo; Direktur Standarisasi Materi dan Metode Formal, Non Formal dan Informal BPIP Toto Purbiyanto; Direktur Pengkajian Materi BPIP M Sabri serta para akademisi aktif di Pusat Studi Pancasila, Yogyakarta.
Adji melanjutkan, bahan ajar Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) pendidikan Usia Dini sampai Perguruan Tinggi yang disusun nantinya juga tidak teoretik. “Bicara Pancasila bukan di ranah kosong atau abu abu. Mengutamakan contoh riil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di berbagai tingkat pendidikan,” tandasnya.
Senada disampaikan Prof Al-Makin. Penyusunan buku bahan ajar Pancasila seyogyanya mudah dipahami. “Menerangkan Pancasila secara sederhana, rasional, tidak teoretik yang menekan. Hindari sifat ekstrim, doktriner dan dogmatis,” ujar Al-Makin.
Dia berharap, penyusunan buku bahan ajar memperhatikan prinsip yang menjadi trademark UIN Sunan Kalijaga. Yakni perspektif interfaith dan inter religius. “Kita dorong generasi muda untuk bersahabat dengan iman lain. Materi ini tolong ditekankan, agar mereka saling bersahabat dengan teman yang beragama lain. Semua ini tantangan bagi para penyusun,” beber Al-Makin.
Ada pun Toto Purbiyanto menyampaikan kegiatan diskusi penyusunan bahan ajar Pancasila ini telah melaksanakan protokol Covid-19 secara ketat. “Peserta memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak komunikasi,” katanya, mengingatkan.
Toto juga mengapresiasi para penyusun materi bahan ajar yang telah menyumbangkan tenaga dan pemikiran. [GO]
]]>.
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .