41 Orang Meninggal Di NTT Jangan Ributin Politik Terus, Perhatiin Tuh Korban Banjir .

Indonesia kembali berduka. Saudara kita di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sedang dilanda banjir dan longsor. Puluhan orang meninggal. Dengan kondisi ini, para elite di Jakarta, diharapkan tidak terus meributkan politik. Alangkah baiknya jika mereka memerhatikan para korban banjir itu.

Di NTT, banjir bandang menerjang Kabupaten Flores dan Kabupaten Alor. Di Flores, banjir datang tiba-tiba dan begitu besar. Banjir menerjang pemukiman warga Desa Lamanele dan Waiburak pada Minggu dini hari kemarin. Sekitar 01.00 WITA. Saking besarnya, banyak rumah terseret. Banjir diperparah dengan adanya tanah longsor.

Banjir dan longsor ini diawali hujan deras sepanjang hari pada Jumat dan Sabtu. Akibatnya, debit air pun di Bendungan Benenain, Kabupaten Malaka meninggi, sehingga volume air berlebih dan meluap. Volume air yang cukup tinggi juga menyebabkan banjir di sejumlah jalan di Kupang. Salah satunya, air masuk ke Jalan Sikumana, menyebabkan jalan tersebut tidak bisa dilalui. Air cukup deras melimpah ke semua badan jalan.

Banjir di NTT juga merusak infrastruktur. Di antaranya, jembatan Benenain yang menghubungkan Besikama-Malaka putus. Jembatan dengan panjang lebih dari 30 meter itu, tak bisa dilalui sama sekali. Banjir ini menelan banyak korban.

Sampai kemarin sore, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 41 orang meninggal. “Saat ini, kami mendapatkan data 41 orang meninggal dunia (dalam pendataan), 9 orang luka-luka, 27 orang hilang, 49 KK terdampak (dalam pendataan),” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, kemarin.

Menurutnya, jumlah itu merupakan data pukul 17.30 WIB. Diperkirakan data akan terus bergerak seiring penanganan di lapangan.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan catatan soal kerugian materil. BNPB mencatat lima jembatan di Flores Timur putus akibat diterjang banjir bandang. Selain itu, puluhan rumah di Kecamatan Andora Barat terendam banjir, puluhan rumah di Kecamatan Ile tertimbun lumpur, dan sejumlah rumah hanyut tersapu banjir bandang. “Sekali lagi, data ini sangat dinamis dan juga kita verifikasi ulang dengan daerah,” ujarnya.

Di Alor, banjir bandang melanda 3 desa, yakni Desa Tamakh, Desa Walai Selatan, dan Desa Malaitea. Badan SAR Nasional (Basarnas) melaporkan, ada 8 orang meninggal dalam bencana itu.

Di NTB, banjir melanda empat kecamatan Di Kabupaten Bima. Yaitu Kecamatan Madapangga, Kecamatan Bolo, Kecamatan Woha, dan Kecamatan Monta, Nusa Tenggara Barat. Banjir dikabarkan terjadi mulai Sabtu (3/4), pukul 15.00 (3/4) WITA. Tinggi mata air saat banjir dilaporkan berkisar 50-200 sentimeter. Akibat banjir ini, 2 orang dikabarkan meninggal.

Melihat hal ini, Kepala BNPB Letjen Doni Monardo langsung bergerak. Tadi malam, dia terbang ke Flores Timur untuk memimpin langsung penanganan korban banjir.

 

“Kalau dilihat jumlah korban musibah bencana ini, perlu penanganannya melibatkan pemerintah pusat. Malam ini (tadi malam, red), kepala BNPB Letjen Doni Monardo beserta tim sudah menuju lokasi bencana,” ungkap Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, seperti dikutip MNC Portal, kemarin.

Dengan adanya banjir ini, sosiolog dari Universitas Gajah Mada (UGM) Suntoyo Usman meminta para elite untuk mengerem pertarungan politik. Sudah saatnya elite turun dan memberikan perhatian ke korban banjir.

Selama ini, kata Suntoyo, para elite masih cenderung cuek dengan yang terjadi di masyarakat. Mereka hanya asyik ribut-ribut soal kekuasaan. Tidak memerhatikan penderitaan rakyat.

“Saya kira mereka itu perlu diedukasi. Diberikan kesadaran dalam menangani krisis memang rendah,” katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia mengimbau agar pemerintah dan elite segera melakukan migitasi terhadap bencana banjir. Baik yang terjadi di NTT, NTB, maupun daerah lainnya. “Apakah banjir itu disebabkan dari hutan yang gundul atau faktor lainnya,” katanya.

Kemudian, dia juga berharap, agar solidaritas para elite dan sesama masyarakat di Indonesia terbangun untuk saling membantu para korban yang terkena bencana. “Kalau di kalangan umat Islam, ada infaq, sodakoh, dan zakat. Itu bisa digerakkan,” sarannya. [QAR]

]]> .
Indonesia kembali berduka. Saudara kita di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sedang dilanda banjir dan longsor. Puluhan orang meninggal. Dengan kondisi ini, para elite di Jakarta, diharapkan tidak terus meributkan politik. Alangkah baiknya jika mereka memerhatikan para korban banjir itu.

Di NTT, banjir bandang menerjang Kabupaten Flores dan Kabupaten Alor. Di Flores, banjir datang tiba-tiba dan begitu besar. Banjir menerjang pemukiman warga Desa Lamanele dan Waiburak pada Minggu dini hari kemarin. Sekitar 01.00 WITA. Saking besarnya, banyak rumah terseret. Banjir diperparah dengan adanya tanah longsor.

Banjir dan longsor ini diawali hujan deras sepanjang hari pada Jumat dan Sabtu. Akibatnya, debit air pun di Bendungan Benenain, Kabupaten Malaka meninggi, sehingga volume air berlebih dan meluap. Volume air yang cukup tinggi juga menyebabkan banjir di sejumlah jalan di Kupang. Salah satunya, air masuk ke Jalan Sikumana, menyebabkan jalan tersebut tidak bisa dilalui. Air cukup deras melimpah ke semua badan jalan.

Banjir di NTT juga merusak infrastruktur. Di antaranya, jembatan Benenain yang menghubungkan Besikama-Malaka putus. Jembatan dengan panjang lebih dari 30 meter itu, tak bisa dilalui sama sekali. Banjir ini menelan banyak korban.

Sampai kemarin sore, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 41 orang meninggal. “Saat ini, kami mendapatkan data 41 orang meninggal dunia (dalam pendataan), 9 orang luka-luka, 27 orang hilang, 49 KK terdampak (dalam pendataan),” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, kemarin.

Menurutnya, jumlah itu merupakan data pukul 17.30 WIB. Diperkirakan data akan terus bergerak seiring penanganan di lapangan.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan catatan soal kerugian materil. BNPB mencatat lima jembatan di Flores Timur putus akibat diterjang banjir bandang. Selain itu, puluhan rumah di Kecamatan Andora Barat terendam banjir, puluhan rumah di Kecamatan Ile tertimbun lumpur, dan sejumlah rumah hanyut tersapu banjir bandang. “Sekali lagi, data ini sangat dinamis dan juga kita verifikasi ulang dengan daerah,” ujarnya.

Di Alor, banjir bandang melanda 3 desa, yakni Desa Tamakh, Desa Walai Selatan, dan Desa Malaitea. Badan SAR Nasional (Basarnas) melaporkan, ada 8 orang meninggal dalam bencana itu.

Di NTB, banjir melanda empat kecamatan Di Kabupaten Bima. Yaitu Kecamatan Madapangga, Kecamatan Bolo, Kecamatan Woha, dan Kecamatan Monta, Nusa Tenggara Barat. Banjir dikabarkan terjadi mulai Sabtu (3/4), pukul 15.00 (3/4) WITA. Tinggi mata air saat banjir dilaporkan berkisar 50-200 sentimeter. Akibat banjir ini, 2 orang dikabarkan meninggal.

Melihat hal ini, Kepala BNPB Letjen Doni Monardo langsung bergerak. Tadi malam, dia terbang ke Flores Timur untuk memimpin langsung penanganan korban banjir.

 

“Kalau dilihat jumlah korban musibah bencana ini, perlu penanganannya melibatkan pemerintah pusat. Malam ini (tadi malam, red), kepala BNPB Letjen Doni Monardo beserta tim sudah menuju lokasi bencana,” ungkap Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, seperti dikutip MNC Portal, kemarin.

Dengan adanya banjir ini, sosiolog dari Universitas Gajah Mada (UGM) Suntoyo Usman meminta para elite untuk mengerem pertarungan politik. Sudah saatnya elite turun dan memberikan perhatian ke korban banjir.

Selama ini, kata Suntoyo, para elite masih cenderung cuek dengan yang terjadi di masyarakat. Mereka hanya asyik ribut-ribut soal kekuasaan. Tidak memerhatikan penderitaan rakyat.

“Saya kira mereka itu perlu diedukasi. Diberikan kesadaran dalam menangani krisis memang rendah,” katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia mengimbau agar pemerintah dan elite segera melakukan migitasi terhadap bencana banjir. Baik yang terjadi di NTT, NTB, maupun daerah lainnya. “Apakah banjir itu disebabkan dari hutan yang gundul atau faktor lainnya,” katanya.

Kemudian, dia juga berharap, agar solidaritas para elite dan sesama masyarakat di Indonesia terbangun untuk saling membantu para korban yang terkena bencana. “Kalau di kalangan umat Islam, ada infaq, sodakoh, dan zakat. Itu bisa digerakkan,” sarannya. [QAR]
]]> .
Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories